MENYELENGGARAKAN PENDIDIKAN YANG TERINTEGRASI DENGAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA SEHINGGA DAPAT MEWUJUDKAN KADER BANGSA YANG TERDEPAN DALAM PRESTASI, TERAMPIL DALAM BEKERJA, SANTUN DALAM BERPERILAKU BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA
Sabtu, 03 September 2011
TATA TERTIB SD N 2 KETRO
TATA TERTIB SEKOLAH
- Selama waktu sekolah, siswa dilarang keluar dari kompleks sekolah tanpa ijin dari guru piket
- Siswa dilarang bermain di dalam kelas selama istirahat.
- Dilarang membawa mainan dalam bentuk apapun.
- Dilarang keluar masuk kelas pada jam pelajaran tanpa ijin dari guru
- Siswa wajib menjaga kebersihan, keindahan, ketenangan, dan ketertiban kelasnya.
- Siswa dilarang melakukan tindakan apapun yang dapat mengganggu ketenangan kelasnya, kelas lain dan sekolah pada umumnya.
- Siswa masing-masing menyediakan alat-alat pelajaran sebelum pelajaran dimulai, demi kelancaran pelajaran dikelasnya.
- Jika 5 menit setelah tanda pelajaran dimulai, guru belum masuk kelas, maka ketua kelas wajib melapor ke kepala sekolah atau guru piket.
- Siswa dilarang makan dan minum di dalam kelas selama jam pelajaran berlangsung.
- Bila siswa bermaksud meniggalkan sekolah sebelum jam sekolah berakhir, siswa harus menyampaikan surat keterangan dari orang tua dan mendapat ijin dari Kepala Sekolah atau guru piket.
Sabtu, 20 Agustus 2011
Visi Misi SD N 2 KETRO
1. Visi
“Terdepan dalam prestasi , terampil dalam bekerja santun dalam berperilaku berdasarkan Iman dan Taqwa ”
2. Misi
a. Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang efektif
b. Menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler
c. Menanamkan budaya tertib, budaya bersih dan budaya sesuai dengan agama masing – masing.
3. Tujuan Sekolah
a. Meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar.
b. Meningkatkan kualitas kegiatan ekstrakulikuler.
c. Meningkatkan prestasi belajar siswa
d. Meningkatkan siswa dalam kegiatan lomba bidang studi.
Selasa, 28 Juni 2011
update smart security
26 Juni 2011 download di bawah ini
http://www.4shared.com/file/qkObuxlR/NOD32_v3v4_Update_6241_26_June.html
ntar di extract sendiri yaaa
http://www.4shared.com/file/qkObuxlR/NOD32_v3v4_Update_6241_26_June.html
ntar di extract sendiri yaaa
Rabu, 16 Maret 2011
kisi - kisi soal Ujian Nasional ( UN )
download link di bawah ini.. GRATISSSSSSSSSSSSS>>>>>>>>#@%@#%@#%
http://www.4shared.com/document/TDS7dQyD/prediksisoalIPAUASBNSD2010-r1.htm
http://www.4shared.com/document/ixxhXWVf/prediksi-soal-bahasa-indonesia.htm
http://www.4shared.com/document/4SQbAv-p/prediksi-soal-ipa-uasbn-sd-mi-.htm
http://www.4shared.com/document/54DOIpC1/TRY_OUT_UASBN_SD_MATEMATIKA_20.htm
http://www.4shared.com/file/JUQK_UtT/SOAL_TERAKHIR_SEBELUM_UASBN_20.htm
http://www.4shared.com/file/YQY1WISQ/Prediksi_UASBN_SD_2009.htm
http://www.4shared.com/document/pezG0Hdw/prediksi-soal-ipa-uasbn-sd-mi-.htm
http://www.4shared.com/document/GN3mROzi/pos_uasbn_sd_mi_sdlb_tahun_pel.htm
http://www.4shared.com/file/nellURk2/UASBN-SD-2011.htm
Matur suwun..................%@#%!%
http://www.4shared.com/document/TDS7dQyD/prediksisoalIPAUASBNSD2010-r1.htm
http://www.4shared.com/document/ixxhXWVf/prediksi-soal-bahasa-indonesia.htm
http://www.4shared.com/document/4SQbAv-p/prediksi-soal-ipa-uasbn-sd-mi-.htm
http://www.4shared.com/document/54DOIpC1/TRY_OUT_UASBN_SD_MATEMATIKA_20.htm
http://www.4shared.com/file/JUQK_UtT/SOAL_TERAKHIR_SEBELUM_UASBN_20.htm
http://www.4shared.com/file/YQY1WISQ/Prediksi_UASBN_SD_2009.htm
http://www.4shared.com/document/pezG0Hdw/prediksi-soal-ipa-uasbn-sd-mi-.htm
http://www.4shared.com/document/GN3mROzi/pos_uasbn_sd_mi_sdlb_tahun_pel.htm
http://www.4shared.com/file/nellURk2/UASBN-SD-2011.htm
Matur suwun..................%@#%!%
Jumat, 18 Februari 2011
Referensi Skripsi ( PTK )
Dibawah ini ada beberapa link skripsi PTK dari teman2 di UKSW Salatiga
Ini hanya Referensi bukan publikasi...
Jadi untuk dipergunakan sebagai mana mestinya...
http://www.4shared.com/file/ovsAUkkK/PTK__kethip.html
http://www.4shared.com/document/dBNcJmub/PTK__towo.html
http://www.4shared.com/file/tBCdfFZP/PTK__VITA_1.html
http://www.4shared.com/file/soz6gjck/PTK_.html
http://www.4shared.com/file/G3u1w9po/PTK_ADI_292008345.html
http://www.4shared.com/file/SCYFYKkf/PTK_Ahmad_Yunus.html
http://www.4shared.com/file/I49oOqNc/PTK_Alur.html
http://www.4shared.com/file/K-wUeoUz/PTK_Aris_Pristiwati.html
http://www.4shared.com/document/JVtKsTln/PTK_Diah_Nugraheni.html
http://www.4shared.com/file/Gre7Zvsv/PTK_dona282008121.html
http://www.4shared.com/file/9AUE-tk4/PTK_Hastuti_Sarwo_Rini.html
http://www.4shared.com/file/u6aCZSzf/PTK_NIA_JADI.html
http://www.4shared.com/file/JS5ClXAl/PTK_rania.html
http://www.4shared.com/file/Ekv45XWw/PTK_RANIYATI_LASTARI.html
http://www.4shared.com/file/7fIXjf_k/PTK_SkRiepZy_SaNTy2.html
http://www.4shared.com/file/4BaH08Qf/PTK_SLAMET_PRAYOGA.html
http://www.4shared.com/file/zAKJ4LRw/PTK_Tuti_Ambarwati.html
beberapa link masih menunggu..
Ini hanya Referensi bukan publikasi...
Jadi untuk dipergunakan sebagai mana mestinya...
http://www.4shared.com/file/ovsAUkkK/PTK__kethip.html
http://www.4shared.com/document/dBNcJmub/PTK__towo.html
http://www.4shared.com/file/tBCdfFZP/PTK__VITA_1.html
http://www.4shared.com/file/soz6gjck/PTK_.html
http://www.4shared.com/file/G3u1w9po/PTK_ADI_292008345.html
http://www.4shared.com/file/SCYFYKkf/PTK_Ahmad_Yunus.html
http://www.4shared.com/file/I49oOqNc/PTK_Alur.html
http://www.4shared.com/file/K-wUeoUz/PTK_Aris_Pristiwati.html
http://www.4shared.com/document/JVtKsTln/PTK_Diah_Nugraheni.html
http://www.4shared.com/file/Gre7Zvsv/PTK_dona282008121.html
http://www.4shared.com/file/9AUE-tk4/PTK_Hastuti_Sarwo_Rini.html
http://www.4shared.com/file/u6aCZSzf/PTK_NIA_JADI.html
http://www.4shared.com/file/JS5ClXAl/PTK_rania.html
http://www.4shared.com/file/Ekv45XWw/PTK_RANIYATI_LASTARI.html
http://www.4shared.com/file/7fIXjf_k/PTK_SkRiepZy_SaNTy2.html
http://www.4shared.com/file/4BaH08Qf/PTK_SLAMET_PRAYOGA.html
http://www.4shared.com/file/zAKJ4LRw/PTK_Tuti_Ambarwati.html
beberapa link masih menunggu..
Pendidikan Dan Perspektif Budaya
A. Pengertian Kebudayaan
Apakah kebudayaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini kita kaji uraian
berikut ini.
Kebudayaan berasal dari kata cultuur (bahasa Belanda) Culture (bahasa
Inggris), colere (bahasa latin) yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan
dan mengembangkan. Kebudayaan juga berasal dari buddhayah (bahasa
sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Sedangkan pendapat yang lain menyatakan budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk = budi daya, yang berarti daya dari budi yang
berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta , rasa,
karsa.
Lebih lanjut kehidupan dapat diartikan hasil usaha untuk mencukupi
semua kebutuhan hidupnya (Ahmadi 2004:58).
Menurut E.B. Tylor dalam Ahmadi (2004:172) kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dari definisi tersebut,
kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-
caracara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Ahmadi
(2004:173) kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai
alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut kebudayaan dapat ditafsirkan sebagai
hasil cipta rasa dan karya manusia yang dijunjung tinggi.
B. Pendidikan Merupakan Bagian Integral Dari Kebudayaan
Berkaitan dengan pendidikan bahwa kebudayaan sebagai suatu pola dan
hasil tingkah laku yang dipelajari oleh semua anggota masyarakat tertentu.
Sebagai suatu hasil kebudayaan juga ditransmisikan dari generasi tua kepada
generasi muda. Selain kebudayaan yang ada, ditransmisikan melalui pendidikan
tetapi juga ada perubahan-perubahan sesuai dengan kondisi baru, sehingga
terbentuklah pola tingkah laku baru, nilai-nilai dan norma-norma baru yang
sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat (Wardani, 1999:4.5).
Menurut uraian di atas dapat ditafsirkan bahwa dengan pendidikan
kebudayaan dapat diwariskan dan dengan pendidikan kebudayaan dapat
diperbarui sesuai dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat.
Lebih lanjut secara jelas disebutkan bahwa pendidikan itu merupakan
bagian dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.2). Pendidikan itu merupakan bagian
integral dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.9).
Menurut UU Nomor 4 tahun 1950 juncto nomor 12 tahun 1954 tentang
Dasar-Dasar Pendidikan dan pengajaran di sekolah pada bab III pasal 4 dari
pendidikan dan pengajaran adalah asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan
UUD negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Demikian juga menurut UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Indonesia dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila
dan UUD 1945. Dari uraian di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pendidikan
nasional Indonesia berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia sebab pendidikan
nasional Indonesia berakar pada kebudayaan Indonesia.
C. Ciri Khusus Agar Pendidikan Menjadi Pusat Kebudayaan
Ciri khusus agar pendidikan menjadi pusat kebudayaan adalah : (1) dapat
meningkatkan mutu, (2) dapat menciptakan masyarakat belajar, (3) dapat menjadi
teladan masyarakat sekitarnya, (4) dapat membentuk manusia seutuhnya
(Parsono dkk, 1990:4.16)
1. Peningkatan mutu pendidikan
Agar peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal maka perlu
diperhatikan antara lain :
a. Tujuan, Tujuan pendidikan harus dirumuskan secara jelas baik tujuan
institusional, tujuan kurikulum, tujuan institusional maupun tujuan
instruksional. Semua tujuan harus dirumuskan secara jelas, tepat dan
berdasarkan kompetensi.
b. Materi pelajaran, materi pelajaran yang berbentuk pengetahuan, sikap dan
ketrampilan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai
tujuan kompetensi, isi materi pelajaran harus disusun sedemikian rupa
untuk menemukan sesuatu. Organisasi materi harus dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk menganalisis, menyimpulkan, berbuat
sesuatu dan mengerjakan sesuatu.
c. Metode pengajaran harus bervariasi, dapat meningkatkan siswa untuk
berdiskusi, berlatih, berpikir ilmiah, dapat menemukan sesuatu sendiri,
belajar bekerja sama.
d. Kemampuan yang telah dimiliki siswa (entry behavior) diperhatikan.
Metode dan materi pengajaran disesuaikan kemampuan siswa.
e. Fasilitas dan perlengkapan yang memadai sehingga dapat mendukung
terjadinya proses belajar mengajar yang optimal.
2. Menciptakan Masyarakat Belajar
Pendidikan hendaknya dapat menciptakan siswa agar ada upaya untuk selalu
ingin tahu dan juga agar tercipta keinginan belajar sepanjang hayat.
3. Sekolah dapat menjadi teladan dari masyarakat
Jika sekolah dapat menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya, maka sekolah
dapat menjadi pusat kebudayaan.
4. Membentuk manusia Indonesia seutuhnya Menurut UU No. 2 tahun 1989 bab II pasal 4 ciri-ciri seutuhnya adalah : (1)
manusia yang beriman, (2) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (3)
memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (4) kepribadian yang mantap dan
mandiri, (5) serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Parsono dkk, 1990:4.7).
D. Pendidikan Merupakan Sarana Untuk Pembudayaan
Melalui pendidikan merupakan sarana untuk membudayakan anak. Hal
ini tercermin dari fungsi sekolah adalah mentransformasikan nilai budaya dari
satu generasi ke generasi lainnya. Lebih lanjut hubungan sekolah dengan
masyarakat merupakan hubungan transformatif. Artinya sekolah memiliki
kewajiban untuk mensosialisasikan nilai-nilai atau norma-norma yang ada di
masyarakat kepada anak didik dengan berbagai perubahan-perubahan sebagai
hasil perbaikan dari kekurangan yang ada. Dalam arti positif pendidikan dapat
dipandang sebagai kegiatan inovasi (Sunaryo dan Nyoman Dantes,
1996/1997:40).
Dari uraian tersebut di atas dimaksudkan melalui pendidikan di sekolah,
pendidikan dalam rumah tangga maupun pendidikan di luar sekolah dapat
dipakai sebagai sarana untuk pembentukan kebudayaan. Dari pengertian tersebut
dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk pembudayaan.
E. Peranan Sekolah Dalam Hal Kebudayaan
1. Peranan Sekolah Sebagai Pewaris
Kebudayaan seperti telah dibahas terdahulu, yaitu hasil cipta, karsa
dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah
laku yang dipelajari dan dimiliki semua anggota masyarakat tertentu dan
dijunjung tinggi. Hasil cipta, karsa dan karya manusia yang memiliki nilai
dan dijunjung tinggi tidak dengan sendirinya dimiliki oleh anak didik tanpa
diajarkan (ditransmisikan) kepada anak atau dipelajari oleh anak tersebut.
2. Peranan Sekolah Sebagai Pemelihara
Nilai-nilai budaya yang tinggi dan pantas untuk dilestarikan, maka
sekolah perlu memelihara, sedangkan budaya yang tidak perlu seperti
egosentris (mementingkan diri sendiri) lambat laun harus dikurangi.
3. Peranan Sekolah Sebagai Pembaru Kebudayaan
Selain peranan sekolah sebagai pemelihara dan pewaris nilai-nilai
budaya, juga sebagai pembaru (inovatif). Budaya yang sudah tidak sesuai
dengan keinginan atau kehendak masyarakat dihilangkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak masyarakat dijaga dan dikembangkan, sehingga
timbul budaya-budaya baru di kemudian hari.
Apakah kebudayaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini kita kaji uraian
berikut ini.
Kebudayaan berasal dari kata cultuur (bahasa Belanda) Culture (bahasa
Inggris), colere (bahasa latin) yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan
dan mengembangkan. Kebudayaan juga berasal dari buddhayah (bahasa
sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Sedangkan pendapat yang lain menyatakan budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk = budi daya, yang berarti daya dari budi yang
berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta , rasa,
karsa.
Lebih lanjut kehidupan dapat diartikan hasil usaha untuk mencukupi
semua kebutuhan hidupnya (Ahmadi 2004:58).
Menurut E.B. Tylor dalam Ahmadi (2004:172) kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dari definisi tersebut,
kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-
caracara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Ahmadi
(2004:173) kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai
alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut kebudayaan dapat ditafsirkan sebagai
hasil cipta rasa dan karya manusia yang dijunjung tinggi.
B. Pendidikan Merupakan Bagian Integral Dari Kebudayaan
Berkaitan dengan pendidikan bahwa kebudayaan sebagai suatu pola dan
hasil tingkah laku yang dipelajari oleh semua anggota masyarakat tertentu.
Sebagai suatu hasil kebudayaan juga ditransmisikan dari generasi tua kepada
generasi muda. Selain kebudayaan yang ada, ditransmisikan melalui pendidikan
tetapi juga ada perubahan-perubahan sesuai dengan kondisi baru, sehingga
terbentuklah pola tingkah laku baru, nilai-nilai dan norma-norma baru yang
sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat (Wardani, 1999:4.5).
Menurut uraian di atas dapat ditafsirkan bahwa dengan pendidikan
kebudayaan dapat diwariskan dan dengan pendidikan kebudayaan dapat
diperbarui sesuai dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat.
Lebih lanjut secara jelas disebutkan bahwa pendidikan itu merupakan
bagian dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.2). Pendidikan itu merupakan bagian
integral dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.9).
Menurut UU Nomor 4 tahun 1950 juncto nomor 12 tahun 1954 tentang
Dasar-Dasar Pendidikan dan pengajaran di sekolah pada bab III pasal 4 dari
pendidikan dan pengajaran adalah asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan
UUD negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Demikian juga menurut UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Indonesia dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila
dan UUD 1945. Dari uraian di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pendidikan
nasional Indonesia berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia sebab pendidikan
nasional Indonesia berakar pada kebudayaan Indonesia.
C. Ciri Khusus Agar Pendidikan Menjadi Pusat Kebudayaan
Ciri khusus agar pendidikan menjadi pusat kebudayaan adalah : (1) dapat
meningkatkan mutu, (2) dapat menciptakan masyarakat belajar, (3) dapat menjadi
teladan masyarakat sekitarnya, (4) dapat membentuk manusia seutuhnya
(Parsono dkk, 1990:4.16)
1. Peningkatan mutu pendidikan
Agar peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal maka perlu
diperhatikan antara lain :
a. Tujuan, Tujuan pendidikan harus dirumuskan secara jelas baik tujuan
institusional, tujuan kurikulum, tujuan institusional maupun tujuan
instruksional. Semua tujuan harus dirumuskan secara jelas, tepat dan
berdasarkan kompetensi.
b. Materi pelajaran, materi pelajaran yang berbentuk pengetahuan, sikap dan
ketrampilan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai
tujuan kompetensi, isi materi pelajaran harus disusun sedemikian rupa
untuk menemukan sesuatu. Organisasi materi harus dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk menganalisis, menyimpulkan, berbuat
sesuatu dan mengerjakan sesuatu.
c. Metode pengajaran harus bervariasi, dapat meningkatkan siswa untuk
berdiskusi, berlatih, berpikir ilmiah, dapat menemukan sesuatu sendiri,
belajar bekerja sama.
d. Kemampuan yang telah dimiliki siswa (entry behavior) diperhatikan.
Metode dan materi pengajaran disesuaikan kemampuan siswa.
e. Fasilitas dan perlengkapan yang memadai sehingga dapat mendukung
terjadinya proses belajar mengajar yang optimal.
2. Menciptakan Masyarakat Belajar
Pendidikan hendaknya dapat menciptakan siswa agar ada upaya untuk selalu
ingin tahu dan juga agar tercipta keinginan belajar sepanjang hayat.
3. Sekolah dapat menjadi teladan dari masyarakat
Jika sekolah dapat menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya, maka sekolah
dapat menjadi pusat kebudayaan.
4. Membentuk manusia Indonesia seutuhnya Menurut UU No. 2 tahun 1989 bab II pasal 4 ciri-ciri seutuhnya adalah : (1)
manusia yang beriman, (2) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (3)
memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (4) kepribadian yang mantap dan
mandiri, (5) serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Parsono dkk, 1990:4.7).
D. Pendidikan Merupakan Sarana Untuk Pembudayaan
Melalui pendidikan merupakan sarana untuk membudayakan anak. Hal
ini tercermin dari fungsi sekolah adalah mentransformasikan nilai budaya dari
satu generasi ke generasi lainnya. Lebih lanjut hubungan sekolah dengan
masyarakat merupakan hubungan transformatif. Artinya sekolah memiliki
kewajiban untuk mensosialisasikan nilai-nilai atau norma-norma yang ada di
masyarakat kepada anak didik dengan berbagai perubahan-perubahan sebagai
hasil perbaikan dari kekurangan yang ada. Dalam arti positif pendidikan dapat
dipandang sebagai kegiatan inovasi (Sunaryo dan Nyoman Dantes,
1996/1997:40).
Dari uraian tersebut di atas dimaksudkan melalui pendidikan di sekolah,
pendidikan dalam rumah tangga maupun pendidikan di luar sekolah dapat
dipakai sebagai sarana untuk pembentukan kebudayaan. Dari pengertian tersebut
dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk pembudayaan.
E. Peranan Sekolah Dalam Hal Kebudayaan
1. Peranan Sekolah Sebagai Pewaris
Kebudayaan seperti telah dibahas terdahulu, yaitu hasil cipta, karsa
dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah
laku yang dipelajari dan dimiliki semua anggota masyarakat tertentu dan
dijunjung tinggi. Hasil cipta, karsa dan karya manusia yang memiliki nilai
dan dijunjung tinggi tidak dengan sendirinya dimiliki oleh anak didik tanpa
diajarkan (ditransmisikan) kepada anak atau dipelajari oleh anak tersebut.
2. Peranan Sekolah Sebagai Pemelihara
Nilai-nilai budaya yang tinggi dan pantas untuk dilestarikan, maka
sekolah perlu memelihara, sedangkan budaya yang tidak perlu seperti
egosentris (mementingkan diri sendiri) lambat laun harus dikurangi.
3. Peranan Sekolah Sebagai Pembaru Kebudayaan
Selain peranan sekolah sebagai pemelihara dan pewaris nilai-nilai
budaya, juga sebagai pembaru (inovatif). Budaya yang sudah tidak sesuai
dengan keinginan atau kehendak masyarakat dihilangkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak masyarakat dijaga dan dikembangkan, sehingga
timbul budaya-budaya baru di kemudian hari.
PENGERTIAN DAN PENDEKATAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
A. Pengertian Sosiologi Pendidikan
Apakah sosiologi pendidikan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini ada
beberapa hal yang perlu dicermati, diantaranya sebagai berikut: Sosiologi
pendidikan berasal dari kata sosiologi dan pendidikan, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur
sosialnya (Pidarta, 2000:145), Jadi sosiologi dapat ditafsirkan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu
wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Menurut Mayor Polak dalam Gunawan (2000:3) disebutkan bahwa
sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai
keseluruhan, yakni hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis
maupun dinamis. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
dalam Gunawan (2000:3) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Menurut H.P. Fairchild dalam Ahmadi (2000:1) Sosiologi Pendidikan
adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang fundamental. Secara etimologi sosiologi pendidikan terdiri
7 sosiologi dan pendidikan, yang berarti aspek-aspek sosiologi dikaitkan dengan
masalah-masalah pendidikan.
Menurut Charles A. Ellwood dalam Ahmadi (2000:7) Sosiologi
pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju untuk melahirkan
maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses
pendidikan dan proses sosial.
Menurut Wuraji dalam Pidarta (2000:146) sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat ditafsirkan bahwa sosiologi
pendidikan adalah aspek-aspek sosiologi yang diterapkan pada masalah-masalah
pendidikan yang fundamental.
Kaitan antara sosiologi pendidikan dengan sosiologi, ilmu pendidikan dan
kelompok
Gambar 1 Sosiologi Pendidikan dalam kelompok ilmu-ilmu sosial (Dirujuk dari
Ravik Karsidi, 2005:2)
Mengapa dalam pendidikan terdapat aspek-aspek sosiologis sebab situasi
pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial. Hubungan dan
pergaulan sosial yang ada dalam pendidikan (sekolah) antara lain terjadi antara
pendidik dengan pendidik, pendidik dan anak didik, anak didik dengan anak
didik, pendidik dengan pegawai, pegawai dengan pegawai, anak didik dengan
pegawai.
Mengapa guru dan calon guru perlu memahami hal-hal yang berkaitan
dengan sosiologi? Hal ini disebabkan antara lain:
1. Bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif. Perubahan
yang cepat menimbulkan adanya cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat
adanya hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan paham sesuatu yang
menimbulkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Masalah yang timbul
tidak dapat diatasi oleh lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu para ahli
sosiologi diharapkan dapat mengembangkan pemikirannya untuk ikut
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
2. Guru selain sebagai administrator, informatory dan pemimpin, maka harus
berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Kepribadian guru dapat
mempengaruhi suasana kelas/sekolah, baik kebebasan yang dinikmati anak
dalam mengeluarkan pendapatnya dan mengembangkan kreatifitasnya
ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dan pengembanga
kepribadiannya. Kebebasan guru juga dibatasi oleh atasannya (kepala
sekolah, pemilik, kepala Dinas sangsi menteri), keseluruhannya dipengaruhi,
dibatasi, serta diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan di sekolah dipengaruhi berbagai faktor antara ;ain menyangkut
usaha murid, guru, orang tua, interaksi antara murid dengan murid serta
lingkungan sosialnya baik yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah.
Anak memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya menyangkut bakat,
kemampuan pembawaannya, karena dipengaruhi lingkungan sosial yang
berlainan. Untuk itu sudah sewajarnya bila seorang guru harus berusaha
menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, hubungan manusia dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Bagaimana perkembangan sosiologi pendidikan? Untuk menjawab
permasalahan ini kita kaji bersama hal-hal sebagai berikut. Perkembangan
sosiologi pendidikan di mulai oleh Jhon Dewey yang menerbitkan buku “School
and society” tahun 1899. selanjutnya pada tahun 1920, F. R. Clow David
Inedden, Ross Finney, C.C. Petrus, C.L. Robbius, E. R. Groves dan lain-lain
meneruskan jalan pikiran tersebut di atas dan menekankan pentingnya nilai sosial
pendidikan. Sosiologi pendidikan dikuliahkan pertama kali oleh Henry Awazalo
tahun 1910 di Teaher College, Universitas Columbia. Pada tahun 1916 di
Universitas New York dan Columbia didirikan jurusan sosiologi pendidikan.
Himpunan untuk studi sosiologi pendidikan dibentuk pada konggres himpunan
sosiologi Amerika pada tahun 1923. Sejak tahun 1928 terbitlah The Jurnal of
educational Sociology di bawah pimpinan E. George Payne. Majalah social
education mulai terbit tahun 1936. Sejak tahun 1940 dalam Review of
Educational research dimuat artikel-artikel yang mempunyai hubungan dengan
sosiologi pendidikan. Pada tahun 1967 sosiologi pendidikan diberikan pertama
kali di IKIP Negeri Yogyakarta jurusan Didaktik kurikulum.
B. Pendekatan Sosiologi Pendidikan
Pendekatan sosiologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan
yaitu pendekatan individu, pendekatan sosial dan pendekatan interaksi.
1. Pendekatan individu
Individu merupakan bagian dari kelompok atau masyarakat dengan
kata lain bahwa individu merupakan pembentuk kelompok. Apabila kita
dapat memahami tingkah laku individu satu persatu bagaimana cara
berpikirnya, perasaannya, kemauannya, perbuatannya, mentalitasnya dan
seterusnya, maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok,
bagaimana mentalita kelompok.
Individu dipengaruhi oleh faktor intern meliputi faktor-faktor biologis
dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan
fisik dan lingkungan sosial (Ahmadi, 2000:27).
Pada bagian ini yaitu individu dibahas tentang faktor biologis pada tingkah
laku manusia dan faktor psikologis pada tingkah laku manusia.
a. Faktor biologis pada tingkah laku manusia
Menyangkut keadaan biologis manusia dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia, dapat ditemukan antara lain:
Penyelewengan nasionalisme yang ekstrim seperti yang dianut Hitler,
bahwa ras Arya dari Jerman sebagai ras yang super, melebihi ras-ras yang
lain. Ras kulit putih menganggap bahwa ras kulit hitam memiliki
intelegensi yang rendah. Tetapi dalam penyelidikan-penyelidikan
membuktikan bahwa tinggi rendahnya Intelegensi tidak tergantung pada
asal ras, tetapi dipengaruhi faktor milieu fisik dan kultural pada
masyarakat. Bangsa kulit berwarna belum maju karena berkaitan dengan
kebebasan, fasilitas ekonomi, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial
yang luas dan keagamaan.
Hal yang lain misalnya menyangkut makanan yang berkaitan dengan
protein, jaringan otak dan saraf-sarafnya berasal dari protein, orang yang
jaringan otaknya tumbuh secara baik karena protein, maka perkembangan
Intelegensinya juga baik.
b. Faktor psikologis pada tingkah laku manusia
Unsur kejiwaan atau psikologis dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia. Hal ini dipertegas sesuai pendapat Ahmadi (2000:36) yang
menyatakan bahwa:
“Faktor-faktor hereditair, misalnya pembawaan, bakat dan sebagainya,
yang harus kita akui sebagai kekuatan potensial, kekuatan yang latent, kekuatan-kekuatan potensial mana baru dapat diaktuilkan, baru dapat
dimanifestasikan kalau faktor-faktor milieu, faktor-faktor lingkungan
sekitar mengijinkan, memberi kesempatan dan fasilitas yang mencukupi
adanya”.
Dari pendapat tersebut dapat memperjelas bahwa aktualitas seseorang
yang berwujud tingkah laku dipengaruhi adanya unsur kejiwaan berupa
hereditas dan juga faktor lingkungan (milieu).
2. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial menekankan pada masyarakat dan pengaruh
geografi. Di masyarakat terjadi individu berhubungan dengan individu dan
juga menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial. Sedangkan interaksi dan
proses sosial didasari oleh fakta-fakta sebagai berikut: 1) imitasi; 2) sugesti;
3) identifikasi; simpati (Pidarta, 2000:147).
Imitasi adalah peniruan, misalnya anak meniru gurunya yang
berpakaian rapi. Tetapi anak tidak meniru orang lain yang gemar minum-
minuman keras. Meniru guru yang berpakaian rapi merupakan imitasi
terhadap hal yang positif. Kalau anak ikut-ikutan minum-minuman keras
terhadap temannya maka itu merupakan imitasi yang negatif.
Sugesti adalah jika anak menerima atau tertarik pada pandangan atau
sikap orang lain, ini dilakukan tanpa adanya kritik atau pertimbangan yang
rasional. Identifikasi adalah keinginan untuk menggunakan dirinya kepada
orang lain yang dianggap memiliki keistimewaan atau kelebihan.
Simpati yaitu tertariknya orang satu terhadap orang lain. Timbulnya
simpati karena berdasarkan penilaian perasaan.
3. Pendekatan Interaksi
Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan
sosial antara individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat
dan sebaliknya. Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi syarat: 1)
kontak sosial, 2) komunikasi (Pidarta, 2000:149).
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:
1. Kontak antar individu, misalnya antara anak dengan ibu di rumah, anak
dengan anak, anak dengan guru di sekolah.
2. Kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya, contohnya
antara anak dengan kelompok remaja masjid atau gereja. 3. Kontak antar kelompok, contohnya antara kelompok orang tua murid
dengan guru-guru.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Adapun alat-alat
komunikasi antara lain : melalui pembicaraan, melalui mimik dengan
lambang-lambang misalnya mengacungkan ibu jari, melalui alat-alat
misalnya melalui media cetak dan elektronik.
Sampai di sini Anda telah mempelajari dan menyelesaikan kegiatan
belajar sub unit I (satu). Tentu Anda telah menguasai uraian di atas. Untuk
mengetahui pemahaman Anda, kita kerjakan latihan berikut ini:
Apakah sosiologi pendidikan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini ada
beberapa hal yang perlu dicermati, diantaranya sebagai berikut: Sosiologi
pendidikan berasal dari kata sosiologi dan pendidikan, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur
sosialnya (Pidarta, 2000:145), Jadi sosiologi dapat ditafsirkan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu
wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Menurut Mayor Polak dalam Gunawan (2000:3) disebutkan bahwa
sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai
keseluruhan, yakni hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis
maupun dinamis. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
dalam Gunawan (2000:3) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Menurut H.P. Fairchild dalam Ahmadi (2000:1) Sosiologi Pendidikan
adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang fundamental. Secara etimologi sosiologi pendidikan terdiri
7 sosiologi dan pendidikan, yang berarti aspek-aspek sosiologi dikaitkan dengan
masalah-masalah pendidikan.
Menurut Charles A. Ellwood dalam Ahmadi (2000:7) Sosiologi
pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju untuk melahirkan
maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses
pendidikan dan proses sosial.
Menurut Wuraji dalam Pidarta (2000:146) sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat ditafsirkan bahwa sosiologi
pendidikan adalah aspek-aspek sosiologi yang diterapkan pada masalah-masalah
pendidikan yang fundamental.
Kaitan antara sosiologi pendidikan dengan sosiologi, ilmu pendidikan dan
kelompok
Gambar 1 Sosiologi Pendidikan dalam kelompok ilmu-ilmu sosial (Dirujuk dari
Ravik Karsidi, 2005:2)
Mengapa dalam pendidikan terdapat aspek-aspek sosiologis sebab situasi
pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial. Hubungan dan
pergaulan sosial yang ada dalam pendidikan (sekolah) antara lain terjadi antara
pendidik dengan pendidik, pendidik dan anak didik, anak didik dengan anak
didik, pendidik dengan pegawai, pegawai dengan pegawai, anak didik dengan
pegawai.
Mengapa guru dan calon guru perlu memahami hal-hal yang berkaitan
dengan sosiologi? Hal ini disebabkan antara lain:
1. Bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif. Perubahan
yang cepat menimbulkan adanya cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat
adanya hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan paham sesuatu yang
menimbulkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Masalah yang timbul
tidak dapat diatasi oleh lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu para ahli
sosiologi diharapkan dapat mengembangkan pemikirannya untuk ikut
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
2. Guru selain sebagai administrator, informatory dan pemimpin, maka harus
berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Kepribadian guru dapat
mempengaruhi suasana kelas/sekolah, baik kebebasan yang dinikmati anak
dalam mengeluarkan pendapatnya dan mengembangkan kreatifitasnya
ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dan pengembanga
kepribadiannya. Kebebasan guru juga dibatasi oleh atasannya (kepala
sekolah, pemilik, kepala Dinas sangsi menteri), keseluruhannya dipengaruhi,
dibatasi, serta diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan di sekolah dipengaruhi berbagai faktor antara ;ain menyangkut
usaha murid, guru, orang tua, interaksi antara murid dengan murid serta
lingkungan sosialnya baik yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah.
Anak memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya menyangkut bakat,
kemampuan pembawaannya, karena dipengaruhi lingkungan sosial yang
berlainan. Untuk itu sudah sewajarnya bila seorang guru harus berusaha
menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, hubungan manusia dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Bagaimana perkembangan sosiologi pendidikan? Untuk menjawab
permasalahan ini kita kaji bersama hal-hal sebagai berikut. Perkembangan
sosiologi pendidikan di mulai oleh Jhon Dewey yang menerbitkan buku “School
and society” tahun 1899. selanjutnya pada tahun 1920, F. R. Clow David
Inedden, Ross Finney, C.C. Petrus, C.L. Robbius, E. R. Groves dan lain-lain
meneruskan jalan pikiran tersebut di atas dan menekankan pentingnya nilai sosial
pendidikan. Sosiologi pendidikan dikuliahkan pertama kali oleh Henry Awazalo
tahun 1910 di Teaher College, Universitas Columbia. Pada tahun 1916 di
Universitas New York dan Columbia didirikan jurusan sosiologi pendidikan.
Himpunan untuk studi sosiologi pendidikan dibentuk pada konggres himpunan
sosiologi Amerika pada tahun 1923. Sejak tahun 1928 terbitlah The Jurnal of
educational Sociology di bawah pimpinan E. George Payne. Majalah social
education mulai terbit tahun 1936. Sejak tahun 1940 dalam Review of
Educational research dimuat artikel-artikel yang mempunyai hubungan dengan
sosiologi pendidikan. Pada tahun 1967 sosiologi pendidikan diberikan pertama
kali di IKIP Negeri Yogyakarta jurusan Didaktik kurikulum.
B. Pendekatan Sosiologi Pendidikan
Pendekatan sosiologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan
yaitu pendekatan individu, pendekatan sosial dan pendekatan interaksi.
1. Pendekatan individu
Individu merupakan bagian dari kelompok atau masyarakat dengan
kata lain bahwa individu merupakan pembentuk kelompok. Apabila kita
dapat memahami tingkah laku individu satu persatu bagaimana cara
berpikirnya, perasaannya, kemauannya, perbuatannya, mentalitasnya dan
seterusnya, maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok,
bagaimana mentalita kelompok.
Individu dipengaruhi oleh faktor intern meliputi faktor-faktor biologis
dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan
fisik dan lingkungan sosial (Ahmadi, 2000:27).
Pada bagian ini yaitu individu dibahas tentang faktor biologis pada tingkah
laku manusia dan faktor psikologis pada tingkah laku manusia.
a. Faktor biologis pada tingkah laku manusia
Menyangkut keadaan biologis manusia dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia, dapat ditemukan antara lain:
Penyelewengan nasionalisme yang ekstrim seperti yang dianut Hitler,
bahwa ras Arya dari Jerman sebagai ras yang super, melebihi ras-ras yang
lain. Ras kulit putih menganggap bahwa ras kulit hitam memiliki
intelegensi yang rendah. Tetapi dalam penyelidikan-penyelidikan
membuktikan bahwa tinggi rendahnya Intelegensi tidak tergantung pada
asal ras, tetapi dipengaruhi faktor milieu fisik dan kultural pada
masyarakat. Bangsa kulit berwarna belum maju karena berkaitan dengan
kebebasan, fasilitas ekonomi, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial
yang luas dan keagamaan.
Hal yang lain misalnya menyangkut makanan yang berkaitan dengan
protein, jaringan otak dan saraf-sarafnya berasal dari protein, orang yang
jaringan otaknya tumbuh secara baik karena protein, maka perkembangan
Intelegensinya juga baik.
b. Faktor psikologis pada tingkah laku manusia
Unsur kejiwaan atau psikologis dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia. Hal ini dipertegas sesuai pendapat Ahmadi (2000:36) yang
menyatakan bahwa:
“Faktor-faktor hereditair, misalnya pembawaan, bakat dan sebagainya,
yang harus kita akui sebagai kekuatan potensial, kekuatan yang latent, kekuatan-kekuatan potensial mana baru dapat diaktuilkan, baru dapat
dimanifestasikan kalau faktor-faktor milieu, faktor-faktor lingkungan
sekitar mengijinkan, memberi kesempatan dan fasilitas yang mencukupi
adanya”.
Dari pendapat tersebut dapat memperjelas bahwa aktualitas seseorang
yang berwujud tingkah laku dipengaruhi adanya unsur kejiwaan berupa
hereditas dan juga faktor lingkungan (milieu).
2. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial menekankan pada masyarakat dan pengaruh
geografi. Di masyarakat terjadi individu berhubungan dengan individu dan
juga menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial. Sedangkan interaksi dan
proses sosial didasari oleh fakta-fakta sebagai berikut: 1) imitasi; 2) sugesti;
3) identifikasi; simpati (Pidarta, 2000:147).
Imitasi adalah peniruan, misalnya anak meniru gurunya yang
berpakaian rapi. Tetapi anak tidak meniru orang lain yang gemar minum-
minuman keras. Meniru guru yang berpakaian rapi merupakan imitasi
terhadap hal yang positif. Kalau anak ikut-ikutan minum-minuman keras
terhadap temannya maka itu merupakan imitasi yang negatif.
Sugesti adalah jika anak menerima atau tertarik pada pandangan atau
sikap orang lain, ini dilakukan tanpa adanya kritik atau pertimbangan yang
rasional. Identifikasi adalah keinginan untuk menggunakan dirinya kepada
orang lain yang dianggap memiliki keistimewaan atau kelebihan.
Simpati yaitu tertariknya orang satu terhadap orang lain. Timbulnya
simpati karena berdasarkan penilaian perasaan.
3. Pendekatan Interaksi
Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan
sosial antara individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat
dan sebaliknya. Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi syarat: 1)
kontak sosial, 2) komunikasi (Pidarta, 2000:149).
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:
1. Kontak antar individu, misalnya antara anak dengan ibu di rumah, anak
dengan anak, anak dengan guru di sekolah.
2. Kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya, contohnya
antara anak dengan kelompok remaja masjid atau gereja. 3. Kontak antar kelompok, contohnya antara kelompok orang tua murid
dengan guru-guru.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Adapun alat-alat
komunikasi antara lain : melalui pembicaraan, melalui mimik dengan
lambang-lambang misalnya mengacungkan ibu jari, melalui alat-alat
misalnya melalui media cetak dan elektronik.
Sampai di sini Anda telah mempelajari dan menyelesaikan kegiatan
belajar sub unit I (satu). Tentu Anda telah menguasai uraian di atas. Untuk
mengetahui pemahaman Anda, kita kerjakan latihan berikut ini:
Jumat, 11 Februari 2011
RPP, SILABUS, PROMES (Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi)
Di bawah ini ada beberapa link yang bisa untuk download RPP, Silabus dan Promes terbaru dimana RPP sudah ada 3 kegiatan yaitu Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi...
Untuk kelas I mpe III udah tematik dari RPP, Silabus dan Promesnya....
Silahkan di download.... GRATISSSSSSSSSSSSSSS.......
http://www.4shared.com/file/3m_oHv-q/dona_TEMATIK_1.html
http://www.4shared.com/file/wbuGPUYI/dona_TEMATIK_2.html
http://www.4shared.com/file/zhG8QXjt/dona_KELAS_IV.html
http://www.4shared.com/file/RlUblbBl/dona_TEMATIK_3.html
http://www.4shared.com/file/g3Z2MwiI/dona_KELAS_V.html
http://www.4shared.com/file/2xU_oHkm/dona_KELAS_VI.html
Pastikan PC anda ada Program Winrar.... Otey..
Terima Kasih.....
Untuk kelas I mpe III udah tematik dari RPP, Silabus dan Promesnya....
Silahkan di download.... GRATISSSSSSSSSSSSSSS.......
http://www.4shared.com/file/3m_oHv-q/dona_TEMATIK_1.html
http://www.4shared.com/file/wbuGPUYI/dona_TEMATIK_2.html
http://www.4shared.com/file/zhG8QXjt/dona_KELAS_IV.html
http://www.4shared.com/file/RlUblbBl/dona_TEMATIK_3.html
http://www.4shared.com/file/g3Z2MwiI/dona_KELAS_V.html
http://www.4shared.com/file/2xU_oHkm/dona_KELAS_VI.html
Pastikan PC anda ada Program Winrar.... Otey..
Terima Kasih.....
Metode Eksperimen, Pembelajaran Unit dan Pembelajaran dengan Modul
1. Metode Eksperimen
a. Pengertian
Sagala (2006), Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa
eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau
hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau
diluar laboratorium. Sedangkan metode eksperimen dalam pembelajaran
adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang
dipelajari.
Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan
guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen
itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.
b. Tujuan
Apa tujuan metode eksperimen ? Metode eksperimen bertujuan agar :
1) Siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang
diperoleh.
2) Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaannya.
3) Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui
percobaan.
4) Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.
c. Alasan Penggunaan Metode Eksperimen
Apa alasan guru menggunakan metode eksperimen ? Beberapa alasan
penggunaan metode eksperimen adalah :
1) Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah. 2) Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.
3) Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya
sebelum ada bukti-bukti nyata.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Eksperimen
1) Kekuatan Metode Eksperimen
a) Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya
sendiri daripada menurut cerita orang atau buku.
b) Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan
melalui percobaan yang dilakukannya.
c) Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan
berpikir ilmiah.
d) Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam
ingatan.
e) Menghilangkan verbalisme.
2) Kelemahan Metode Eksperimen
a) Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta
umumnya mahal.
b) Dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen
umumnya memerlukan waktu lama.
c) Kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan
kesimpulannya.
d) Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Eksperimen
Bagaimana cara menguasai kelemahan metode eksperimen ? Ada
beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode eksperimen.
1) Guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan
eksperimen.
2) Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen
yang diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya,
variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama
eksperimen.
3) Mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan.
4) Meminta setiap siswa melaporkan proses dan hasil eksperimennya,
membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui
kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi. f. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Eksperimen
Apa saja langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen ?
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen tersebut meliputi:
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode
eksperimen.
b) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen.
c) Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam
eksperimen.
d) Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk
Lembar Kerja Siswa (LKS).
2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a) Kegiatan Pembukaan
Menanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu
(opersepsi).
Memotivasi siswa dengan mengemukakan ceritera anekdot yang
ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan
prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b) Kegiatan Inti
Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan
dipakai dalam eksperimen.
Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS
yang telah disiapkan guru.
Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.
c) Kegiatan Penutup
Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.
Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi
eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan bagi yang
sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
2. Metode Pembelajaran Unit
a. Pengertian
Taredja, dkk. (1980), dan Sumantri dan Permana (2006) menyatakan bahwa
metode pengajaran unit adalah suatu cara pembelajaran dimana siswa dan
guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang
dipelajari melalui berbagai segi yang berhubungan, sehingga pemecahannya
secara keseluruhan dan bermakna. Pengajaran unit ini sekarang dinamakan
pembelajaran terpadu.
Menurut Sumantri dan Permana (1998/1999) terdapat beberapa jenis
keterpaduan dalam pembelajaran terpadu : (1) Keterpaduan antara dua atau
lebih masalah, konsep, keterampilan, tugas, atau ide-ide lain dalam satu
bidang studi, (2) Keterpaduan beberapa topik atau sub tema dalam berbagai
bidang studi (model jaring laba-laba/webbed model) dan (3) lintas bidang
studi yaitu pemecahan masalah yang melibatkan adanya prioritas kurikuler
dan menemukan pengetahuan atau konsep, keterampilan dan sikap yang
tumpang tindih dari beberapa bidang studi.
b. Tujuan
Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan tujuan metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Melatih siswa berpikir komprehensif dengan cara mengkaji dan
memecahkan masalah dari berbagai disiplin ilmu atau aspek.
2) Melatih siswa menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah
dalam pemecahan masalah.
3) Membentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu
dan menghargai pendapat orang lain.
4) Melatih siswa agar memiliki kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan dan memimpin suatu kegiatan.
5) Mengembangkan keterampilan berkomunikasi. c. Alasan menggunakan Metode Pembelajaran Unit
Sumantri dan Permana (1998/1999) memberi alasan mengapa guru memilih
menggunakan metode pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Dalam kurikulum terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lain,
atau antara bidang studi satu dengan bidang studi lainnya dalam suatu
pemecahan masalah, sehingga perlu ada satu metode yang dapat
menciptakan kesatuannya.
2) Dapat memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari
berbagai disiplin ilmu.
3) Dapat melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1) Kekuatan Metode Pembelajaran Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kekuatan metode pembelajaran unit
sebagai berikut :
a) Siswa dapat belajar secara keseluruhan (utuh). Semua atau beberapa
mata pelajaran dipadu jadi satu dalam satu masalah. Dengan demikian
ilmu-ilmu yang ada dihayati secara utuh.
b) Pelajaran menjadi lebih berarti. Kalau pada pelajaran tradisional
semua siswa harus melakukan apa yang diajarkan seperti apa adanya,
maka dalam pembelajaran terpadu, siswa belajar sesuai minat, bakat
dan tingkat perkembangannya. Karena itu siswa belajar lebih
bemakna.
c) Situasi kelas lebih demokratis. Hal ini dimungkinkan karena prinsip
dari pembelajaran terpadu adalah perencanaan bersama, dilaksanakan
oleh siswa, guru hanya sebagai pembimbing. Karena itu suasana
belajar menjadi lebih demokratis.
d) Digunakannya asas-asas didaktik secara lebih wajar. Asas-asas
didaktik seperti peragaan, minat, kerja kelompok, kerjasama, kerja
sendiri, dan sebagainya benar-benar dimanfaatkan.
e) Digunakannya prinsip-prinsip psikologi belajar modern, seperti minat
anak berhubungan pengalamannya, anak mempersepsi lingkungannya
secara keseluruhan tidak terpisah-pisah, anak yang sehat selalu aktif
bergerak melakukan sesuatu, dan siswa SD perkembangan
kognitifnya masih ada pada phase operasional konkrit. Dalam
pembelajaran terpadu ini semua diakomodasikan.
2) Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kelemahan metode pembelajaran
unit, antara lain :
a) Memilih pokok masalah yang akan dijadikan unit bukan suatu
pekerjaan yang mudah.
b) Melaksanakan pembelajaran unit menuntut kecakapan tersendiri,
sedangkan guru belum semuanya mampu menyelenggarakannya.
c) Memerlukan ketekunan, pekerjaan dan waktu yang lebih banyak.
d) Karena melibatkan banyak siswa maka dimungkinkan memerlukan
biaya yang lebih banyak.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1) Kesulitan dalam memilih pokok masalah dapat diatasi dengan cara
membentuk tim atau panitia. Melalui rapat tim atau panitia yang terdiri
dari beberapa guru dapat dirumuskan masalah yang hangat dan relevan
dengan kurikulum dan tingkat perkembangan siswa.
2) Kesulitan guru karena dalam pembelajaran unit diperlukan banyak waktu
energi dan biaya, maka pembelajaran unit dapat dicarikan waktu yang
luang dan dilaksanakan secara block waktu (tak ada kegiatan lain selain
pembelajaran unit). Masalah biaya dapat diatasi dengan memasukkan
biaya pembelajaran unit ke DUK sekolah atau sumber lain yang halal.
3) Masalah kedangkalan pelajaran dapat diatasi dengan perencanaan yang
matang jangan asal-asalan saja.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Unit
Bagaimana cara melaksanakan pembelajaran dengan metode unit ? Taredja,
dkk (1980) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Kegiatan Persiapan
a) Menjelaskan kepada siswa tentang bagaimana cara melaksanakan
pembelajaran dengan metode unit.
b) Guru bersama siswa menetapkan pokok masalah yang akan dijadikan
unit. Pokok masalah itu hendaknya sesuai dengan minat dan latar
belakang siswa, sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa, dan
sesuai dengan ketersediaan sumber baik buku, para ahli maupun
instansi. c) Guru dan siswa menetapkan aspek-aspek pokok masalah dan mata
pelajaran- mata pelajaran yang ikut serta pada pemecahan pokok
masalah tersebut.
d) Guru bersama siswa menetapkan tujuan instruksional khusus (TIK)
untuk setiap aspek masalah.
e) Guru dan siswa menetapkan kelompok-kelompok kerja dan tugas-
tugasnya. Biasanya jumlah kelompok disesuaikan dengan banyaknya
aspek masalah/unit.
f) Guru dan siswa menetapkan organisasi kelas : ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan sebagainya. Organisasi ini yang
akan mengelola penyelesaian kegiatan unit.
g) Guru dan siswa menetapkan jadwal kegiatan, sasaran, target, dan tata
tertib yang harus dipatuhi selama pembelajaran unit ini.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Persiapan
Guru menanyakan materi pelajaran sebelumnya.
Guru berceritera tentang kehidupan di masyarakat yang berkaitan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan melalui
pembelajaran unit.
Guru mengingatkan kembali tentang TIK yang telah dirumuskan
dan bagaimana penyelesaiannya oleh kelompok.
b) Kegiatan Inti
Para siswa mengatur tempat mereka belajar / bekerja, apakah
tempat belajar itu di dalam kelas maupun di luar kelas.
Mempelajari sesuatu sesuai dengan tugas masing-masing,
misalnya : melakukan percobaan-percobaan, mengerjakan soal-
soal, menggambar, mempelajari nyanyian, mengunjungi tempat-
tempat yang telah direncanakan, mengikuti ceramah dari nara
sumber, dan sebagainya
Dalam rangka penyelesaian tugas, siswa mengadakan diskusi,
mengatur bahan, dan berkoordinasi dengan kelompok lain.
Menyiapkan laporan kelompok untuk disajikan pada laporan
kelompok sewaktu diadakan pleno.
Laporan kelompok yaitu laporan lisan dan tertulis yang dilakukan
oleh setiap kelompok dalam sidang pleno, sehingga semua siswa
dapat belajar dari kelompok lain. Pameran. Setelah laporan kelompok selesai, kegiatan berikutnya
adalah melakukan pameran. Yang dipamerkan adalah semua yang
telah dihasilkan oleh kelompok. Pameran dapat berbentuk :
─ Statis, yaitu pameran tentang karya belajar yang berwujud
laporan tertulis/paper, gambar-gambar, hasil pekerjaan tangan,
hasil memasak, grafik, bagan, dan sebagainya.
─ Dinamis, yaitu pameran tentang hasil belajar yang berupa
pementasan sandiwara, pembacaan puisi, pagelaran seni (tari,
nyanyi, dan sebagainya), pidato dan sebagainya.
Dalam pameran ini dapat diundang siswa dari sekolah lain,
instansi lain yang berkaitan dengan pendidikan, dan terutama
adalah orang tua siswa.
c) Kegiatan Penutup
Guru meminta siswa merangkum hasil belajar melalui kegiatan
dalam metode pembelajaran unit.
Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pelaksanaan
pembelajaran melalui metode pembelajaran unit.
Tindak lanjut, yaitu menjelaskan kembali materi pelajaran yang
belum dikuasai siswa dan menugasi untuk memperdalam
penguasaan materi pelajaran melalui Penugasan Rumah (PR). 3. Metode Pengajaran dengan Modul
a. Pengertian
Russel (dalam Mainuddin dan Gunawan, 1980) menyatakan bahwa modul
adalah suatu paket pembelajaran yang membicarakan satu satuan konsep
tunggal mata pelajaran. Hal ini dalam usaha untuk mengindividualisasikan
belajar dengan memberi kemampuan siswa menguasai satu unit isi sebelum
pindah ke unit yang lain. Metode pembelajaran dengan modul merupakan salah satu bentuk dari
bentuk-bentuk belajar mandiri. Sagala (2006) mengemukakan ada empat
bentuk belajar mandiri yaitu : (1) self instruction semacam modul, (2)
independent study, (3) individualized prescribed instruction, dan (4) self
package learning.
Russel (dalam Mainuddin dan Gunawan, 1980) mengemukakan 8
karakteristik umum modul, yaitu :
1) Self contained, atau self instructional packages. Modul itu merupakan
satuan paket bahan pelajaran yang lengkap untuk belajar sendiri.
2) Memperhitungkan perbedaan individu. Siswa bebas menentukan sendiri
proses belajarnya.
3) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara eksplisit dan spesifik dalam
perumusan tingkah laku yang bisa diukur.
4) Adanya asosiasi, struktur dan urutan yang disajikan. Ide-ide dasar
disajikan lebih dulu.
5) Pemakaian bermacam-macam media.
6) Partisipasi aktif siswa. Siswa belajar sendiri dari modul.
7) Reinforcement langsung. Dalam modul, reinforcement segera didapat
setelah siswa menunjukkan respon yang disetujui.
Komponen modul yang pernah dikembangkan oleh Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) meliputi : petunjuk guru, lembar kegiatan siswa,
lembar kerja siswa, kunci jawaban untuk lembar kerja, lembar penilaian/tes,
dan kunci jawaban untuk lembar tes.
b. Tujuan
Metode pembelajaran dengan modul bertujuan :
1) Agar siswa aktif belajar secara mandiri.
2) Agar siswa terbiasa mengontrol kecepatan dan mengevaluasi belajarnya
sendiri.
3) Memberi reinforcement secepatnya setelah siswa selesai mengerjakan
materi modul dengan memperbolehkan pindah ke modul berikutnya.
Penguatan ini memotivasi siswa untuk mengulang kembali perbuatan
belajarnya yang baik itu.
4) Melatih disiplin, taat peraturan dan petunjuk yang ada, serta melatih
kebiasaan mengoreksi diri sendiri dan kejujuran.
c. Alasan Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Modul
Mengapa guru memilih metode pembelajaran dengan modul ? Alasan guru
adalah :
1) Siswa dapat belajar lebih aktif dan mandiri (CBSA)
2) Siswa dapat menyesuaikan diri dengan keunikan cara belajarnya masing-
masing.
3) Siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan perbedaan
kemampuan, potensi dan kecepatan belajar masing-masing.
4) Dimungkinkan untuk mendukung modul digunakan multi media, seperti ;
audio visual, internet, web, dan sebagainya sehingga perbedaan-
perbedaan dan keunikan individu dapat diakomodasi.
5) Dengan metode pembelajaran dengan modul mutu proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.
6) Dapat mengatasi kekurangan guru, dan mengatasi persoalan jauhnya
tempat tinggal siswa dari kampus.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1) Kekuatan Metode Pembelajaran dengan Modul
a) Ratio guru dan siswa dapat ditingkatkan menjadi sekitar 1 : 200,
padahal dengan sistem biasa ratio tersebut adalah 1 : 40
b) Siswa aktif belajar secara mandiri.
c) Meningkatkan kualitas hasil belajar, karena siswa yang belum
mencapai mastery learning 80% harus mengkaji ulang materi modul
dan tes.
d) Siswa termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh untuk
segera menyelesaikan modul yang ditargetkan.
2) Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
a) Ikatan kelas renggang, belajar bersama berkurang, padahal motivasi
belajar dipengaruhi pula oleh kebersamaan.
b) Aspek estetis dan etis kurang diperhatikan.
c) Kesulitan dalam menulis modul. Modul yang baik menuntut keahlian,
keterampilan dan pengalaman.
d) Pembelajaran dengan modul umumnya kurang memperhatikan aspek
perasaan. Manusia dianggap sebagai mesin yang reaktif terhadap
stimulus (modul) yang disajikan padanya.
e) Cenderung untuk memuat materi yang banyak dalam modul, sehingga
memberatkan siswa. f) Modul menuntut siswa pintar membaca dengan pemahaman, hal ini
menjadi hambatan bagi siswa yang kurang trampil membaca.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1) Perlu dibuat modul yang penguasaannya dilakukan melalui diskusi atau
kerja kelompok.
2) Modul harus disusun oleh orang yang selain ahli dibidang mata kuliah
juga berpengalaman dalam menulis modul.
3) Materi harus disusun berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai yang
telah dirumuskan dalam silabus mata kuliah.
4) Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa baku, yaitu Bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Disamping itu tingkat kesukaran bahasa perlu
disesuaikan dengan umur dan pengetahuan siswa.
f. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Modul
1) Kegiatan Persiapan
a) Guru menyiapkan modul yang akan dipelajari oleh siswa dan berbagai
media pendukungnya. Untuk ini guru harus mempunyai arsip nomor
atau judul modul yang telah diselesaikan siswa.
b) Guru membaca modul yang akan diajarkan agar isi modul dikuasai
sehingga kalau nanti ada siswa bertanya dapat memberi penjelasan.
Disamping itu guru juga perlu menyiapkan pertanyaan apersepsi.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Pembukaan
Guru menanyakan isi materi modul yang telah diselesaikan
(apersepsi).
Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan atau cerita
anekdot yang berkaitan dengan materi modul yang akan dipelajari.
Karena tujuan pembelajaran telah ditulis dalam modul, maka
dalam acuan ini guru cukup memberi petunjuk untuk membaca
tujuan pembelajaran yang ada dalam modul, begitu pula halnya
dengan petunjuk cara pengerjaan modul.
b) Kegiatan Inti
Guru meminta siswa menyiapkan dan mempelajari modul.
Guru mengawasi kegiatan belajar siswa.
Guru sebagai fasilitator membantu siswa memecahkan kesulitan
belajar, pengarah diskusi (jika diperlukan), dan sebagainya. Menentukan langkah selanjutnya setelah siswa menyelesaikan
modulnya, misalnya memberi modul pengayaan bagi siswa yang
telah mencapai belajar tuntas 80%, dan meminta siswa
mempelajari lagi modul jika hasil tes formatif kurang dari 80%.
c) Kegiatan Penutup
Memberi kesempatan siswa membuat rangkuman pokok-pokok
materi yang dipelajari dari modul.
Evaluasi telah dilaksanakan sewaktu mempelajari modul. Karena
itu guru tidak melakukan evaluasi lagi.
Tindak lanjut, berupa PR baik mengerjakan soal-soal dari buku
yang ada ataupun membuat rangkuman dari buku yang dibacanya.
a. Pengertian
Sagala (2006), Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa
eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau
hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau
diluar laboratorium. Sedangkan metode eksperimen dalam pembelajaran
adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang
dipelajari.
Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan
guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen
itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.
b. Tujuan
Apa tujuan metode eksperimen ? Metode eksperimen bertujuan agar :
1) Siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang
diperoleh.
2) Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaannya.
3) Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui
percobaan.
4) Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.
c. Alasan Penggunaan Metode Eksperimen
Apa alasan guru menggunakan metode eksperimen ? Beberapa alasan
penggunaan metode eksperimen adalah :
1) Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah. 2) Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.
3) Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya
sebelum ada bukti-bukti nyata.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Eksperimen
1) Kekuatan Metode Eksperimen
a) Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya
sendiri daripada menurut cerita orang atau buku.
b) Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan
melalui percobaan yang dilakukannya.
c) Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan
berpikir ilmiah.
d) Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam
ingatan.
e) Menghilangkan verbalisme.
2) Kelemahan Metode Eksperimen
a) Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta
umumnya mahal.
b) Dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen
umumnya memerlukan waktu lama.
c) Kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan
kesimpulannya.
d) Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Eksperimen
Bagaimana cara menguasai kelemahan metode eksperimen ? Ada
beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode eksperimen.
1) Guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan
eksperimen.
2) Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen
yang diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya,
variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama
eksperimen.
3) Mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan.
4) Meminta setiap siswa melaporkan proses dan hasil eksperimennya,
membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui
kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi. f. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Eksperimen
Apa saja langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen ?
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen tersebut meliputi:
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode
eksperimen.
b) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen.
c) Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam
eksperimen.
d) Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk
Lembar Kerja Siswa (LKS).
2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a) Kegiatan Pembukaan
Menanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu
(opersepsi).
Memotivasi siswa dengan mengemukakan ceritera anekdot yang
ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan
prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b) Kegiatan Inti
Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan
dipakai dalam eksperimen.
Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS
yang telah disiapkan guru.
Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.
c) Kegiatan Penutup
Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.
Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi
eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan bagi yang
sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
2. Metode Pembelajaran Unit
a. Pengertian
Taredja, dkk. (1980), dan Sumantri dan Permana (2006) menyatakan bahwa
metode pengajaran unit adalah suatu cara pembelajaran dimana siswa dan
guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang
dipelajari melalui berbagai segi yang berhubungan, sehingga pemecahannya
secara keseluruhan dan bermakna. Pengajaran unit ini sekarang dinamakan
pembelajaran terpadu.
Menurut Sumantri dan Permana (1998/1999) terdapat beberapa jenis
keterpaduan dalam pembelajaran terpadu : (1) Keterpaduan antara dua atau
lebih masalah, konsep, keterampilan, tugas, atau ide-ide lain dalam satu
bidang studi, (2) Keterpaduan beberapa topik atau sub tema dalam berbagai
bidang studi (model jaring laba-laba/webbed model) dan (3) lintas bidang
studi yaitu pemecahan masalah yang melibatkan adanya prioritas kurikuler
dan menemukan pengetahuan atau konsep, keterampilan dan sikap yang
tumpang tindih dari beberapa bidang studi.
b. Tujuan
Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan tujuan metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Melatih siswa berpikir komprehensif dengan cara mengkaji dan
memecahkan masalah dari berbagai disiplin ilmu atau aspek.
2) Melatih siswa menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah
dalam pemecahan masalah.
3) Membentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu
dan menghargai pendapat orang lain.
4) Melatih siswa agar memiliki kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan dan memimpin suatu kegiatan.
5) Mengembangkan keterampilan berkomunikasi. c. Alasan menggunakan Metode Pembelajaran Unit
Sumantri dan Permana (1998/1999) memberi alasan mengapa guru memilih
menggunakan metode pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Dalam kurikulum terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lain,
atau antara bidang studi satu dengan bidang studi lainnya dalam suatu
pemecahan masalah, sehingga perlu ada satu metode yang dapat
menciptakan kesatuannya.
2) Dapat memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari
berbagai disiplin ilmu.
3) Dapat melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1) Kekuatan Metode Pembelajaran Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kekuatan metode pembelajaran unit
sebagai berikut :
a) Siswa dapat belajar secara keseluruhan (utuh). Semua atau beberapa
mata pelajaran dipadu jadi satu dalam satu masalah. Dengan demikian
ilmu-ilmu yang ada dihayati secara utuh.
b) Pelajaran menjadi lebih berarti. Kalau pada pelajaran tradisional
semua siswa harus melakukan apa yang diajarkan seperti apa adanya,
maka dalam pembelajaran terpadu, siswa belajar sesuai minat, bakat
dan tingkat perkembangannya. Karena itu siswa belajar lebih
bemakna.
c) Situasi kelas lebih demokratis. Hal ini dimungkinkan karena prinsip
dari pembelajaran terpadu adalah perencanaan bersama, dilaksanakan
oleh siswa, guru hanya sebagai pembimbing. Karena itu suasana
belajar menjadi lebih demokratis.
d) Digunakannya asas-asas didaktik secara lebih wajar. Asas-asas
didaktik seperti peragaan, minat, kerja kelompok, kerjasama, kerja
sendiri, dan sebagainya benar-benar dimanfaatkan.
e) Digunakannya prinsip-prinsip psikologi belajar modern, seperti minat
anak berhubungan pengalamannya, anak mempersepsi lingkungannya
secara keseluruhan tidak terpisah-pisah, anak yang sehat selalu aktif
bergerak melakukan sesuatu, dan siswa SD perkembangan
kognitifnya masih ada pada phase operasional konkrit. Dalam
pembelajaran terpadu ini semua diakomodasikan.
2) Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kelemahan metode pembelajaran
unit, antara lain :
a) Memilih pokok masalah yang akan dijadikan unit bukan suatu
pekerjaan yang mudah.
b) Melaksanakan pembelajaran unit menuntut kecakapan tersendiri,
sedangkan guru belum semuanya mampu menyelenggarakannya.
c) Memerlukan ketekunan, pekerjaan dan waktu yang lebih banyak.
d) Karena melibatkan banyak siswa maka dimungkinkan memerlukan
biaya yang lebih banyak.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1) Kesulitan dalam memilih pokok masalah dapat diatasi dengan cara
membentuk tim atau panitia. Melalui rapat tim atau panitia yang terdiri
dari beberapa guru dapat dirumuskan masalah yang hangat dan relevan
dengan kurikulum dan tingkat perkembangan siswa.
2) Kesulitan guru karena dalam pembelajaran unit diperlukan banyak waktu
energi dan biaya, maka pembelajaran unit dapat dicarikan waktu yang
luang dan dilaksanakan secara block waktu (tak ada kegiatan lain selain
pembelajaran unit). Masalah biaya dapat diatasi dengan memasukkan
biaya pembelajaran unit ke DUK sekolah atau sumber lain yang halal.
3) Masalah kedangkalan pelajaran dapat diatasi dengan perencanaan yang
matang jangan asal-asalan saja.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Unit
Bagaimana cara melaksanakan pembelajaran dengan metode unit ? Taredja,
dkk (1980) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Kegiatan Persiapan
a) Menjelaskan kepada siswa tentang bagaimana cara melaksanakan
pembelajaran dengan metode unit.
b) Guru bersama siswa menetapkan pokok masalah yang akan dijadikan
unit. Pokok masalah itu hendaknya sesuai dengan minat dan latar
belakang siswa, sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa, dan
sesuai dengan ketersediaan sumber baik buku, para ahli maupun
instansi. c) Guru dan siswa menetapkan aspek-aspek pokok masalah dan mata
pelajaran- mata pelajaran yang ikut serta pada pemecahan pokok
masalah tersebut.
d) Guru bersama siswa menetapkan tujuan instruksional khusus (TIK)
untuk setiap aspek masalah.
e) Guru dan siswa menetapkan kelompok-kelompok kerja dan tugas-
tugasnya. Biasanya jumlah kelompok disesuaikan dengan banyaknya
aspek masalah/unit.
f) Guru dan siswa menetapkan organisasi kelas : ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan sebagainya. Organisasi ini yang
akan mengelola penyelesaian kegiatan unit.
g) Guru dan siswa menetapkan jadwal kegiatan, sasaran, target, dan tata
tertib yang harus dipatuhi selama pembelajaran unit ini.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Persiapan
Guru menanyakan materi pelajaran sebelumnya.
Guru berceritera tentang kehidupan di masyarakat yang berkaitan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan melalui
pembelajaran unit.
Guru mengingatkan kembali tentang TIK yang telah dirumuskan
dan bagaimana penyelesaiannya oleh kelompok.
b) Kegiatan Inti
Para siswa mengatur tempat mereka belajar / bekerja, apakah
tempat belajar itu di dalam kelas maupun di luar kelas.
Mempelajari sesuatu sesuai dengan tugas masing-masing,
misalnya : melakukan percobaan-percobaan, mengerjakan soal-
soal, menggambar, mempelajari nyanyian, mengunjungi tempat-
tempat yang telah direncanakan, mengikuti ceramah dari nara
sumber, dan sebagainya
Dalam rangka penyelesaian tugas, siswa mengadakan diskusi,
mengatur bahan, dan berkoordinasi dengan kelompok lain.
Menyiapkan laporan kelompok untuk disajikan pada laporan
kelompok sewaktu diadakan pleno.
Laporan kelompok yaitu laporan lisan dan tertulis yang dilakukan
oleh setiap kelompok dalam sidang pleno, sehingga semua siswa
dapat belajar dari kelompok lain. Pameran. Setelah laporan kelompok selesai, kegiatan berikutnya
adalah melakukan pameran. Yang dipamerkan adalah semua yang
telah dihasilkan oleh kelompok. Pameran dapat berbentuk :
─ Statis, yaitu pameran tentang karya belajar yang berwujud
laporan tertulis/paper, gambar-gambar, hasil pekerjaan tangan,
hasil memasak, grafik, bagan, dan sebagainya.
─ Dinamis, yaitu pameran tentang hasil belajar yang berupa
pementasan sandiwara, pembacaan puisi, pagelaran seni (tari,
nyanyi, dan sebagainya), pidato dan sebagainya.
Dalam pameran ini dapat diundang siswa dari sekolah lain,
instansi lain yang berkaitan dengan pendidikan, dan terutama
adalah orang tua siswa.
c) Kegiatan Penutup
Guru meminta siswa merangkum hasil belajar melalui kegiatan
dalam metode pembelajaran unit.
Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pelaksanaan
pembelajaran melalui metode pembelajaran unit.
Tindak lanjut, yaitu menjelaskan kembali materi pelajaran yang
belum dikuasai siswa dan menugasi untuk memperdalam
penguasaan materi pelajaran melalui Penugasan Rumah (PR). 3. Metode Pengajaran dengan Modul
a. Pengertian
Russel (dalam Mainuddin dan Gunawan, 1980) menyatakan bahwa modul
adalah suatu paket pembelajaran yang membicarakan satu satuan konsep
tunggal mata pelajaran. Hal ini dalam usaha untuk mengindividualisasikan
belajar dengan memberi kemampuan siswa menguasai satu unit isi sebelum
pindah ke unit yang lain. Metode pembelajaran dengan modul merupakan salah satu bentuk dari
bentuk-bentuk belajar mandiri. Sagala (2006) mengemukakan ada empat
bentuk belajar mandiri yaitu : (1) self instruction semacam modul, (2)
independent study, (3) individualized prescribed instruction, dan (4) self
package learning.
Russel (dalam Mainuddin dan Gunawan, 1980) mengemukakan 8
karakteristik umum modul, yaitu :
1) Self contained, atau self instructional packages. Modul itu merupakan
satuan paket bahan pelajaran yang lengkap untuk belajar sendiri.
2) Memperhitungkan perbedaan individu. Siswa bebas menentukan sendiri
proses belajarnya.
3) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara eksplisit dan spesifik dalam
perumusan tingkah laku yang bisa diukur.
4) Adanya asosiasi, struktur dan urutan yang disajikan. Ide-ide dasar
disajikan lebih dulu.
5) Pemakaian bermacam-macam media.
6) Partisipasi aktif siswa. Siswa belajar sendiri dari modul.
7) Reinforcement langsung. Dalam modul, reinforcement segera didapat
setelah siswa menunjukkan respon yang disetujui.
Komponen modul yang pernah dikembangkan oleh Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) meliputi : petunjuk guru, lembar kegiatan siswa,
lembar kerja siswa, kunci jawaban untuk lembar kerja, lembar penilaian/tes,
dan kunci jawaban untuk lembar tes.
b. Tujuan
Metode pembelajaran dengan modul bertujuan :
1) Agar siswa aktif belajar secara mandiri.
2) Agar siswa terbiasa mengontrol kecepatan dan mengevaluasi belajarnya
sendiri.
3) Memberi reinforcement secepatnya setelah siswa selesai mengerjakan
materi modul dengan memperbolehkan pindah ke modul berikutnya.
Penguatan ini memotivasi siswa untuk mengulang kembali perbuatan
belajarnya yang baik itu.
4) Melatih disiplin, taat peraturan dan petunjuk yang ada, serta melatih
kebiasaan mengoreksi diri sendiri dan kejujuran.
c. Alasan Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Modul
Mengapa guru memilih metode pembelajaran dengan modul ? Alasan guru
adalah :
1) Siswa dapat belajar lebih aktif dan mandiri (CBSA)
2) Siswa dapat menyesuaikan diri dengan keunikan cara belajarnya masing-
masing.
3) Siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan perbedaan
kemampuan, potensi dan kecepatan belajar masing-masing.
4) Dimungkinkan untuk mendukung modul digunakan multi media, seperti ;
audio visual, internet, web, dan sebagainya sehingga perbedaan-
perbedaan dan keunikan individu dapat diakomodasi.
5) Dengan metode pembelajaran dengan modul mutu proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.
6) Dapat mengatasi kekurangan guru, dan mengatasi persoalan jauhnya
tempat tinggal siswa dari kampus.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1) Kekuatan Metode Pembelajaran dengan Modul
a) Ratio guru dan siswa dapat ditingkatkan menjadi sekitar 1 : 200,
padahal dengan sistem biasa ratio tersebut adalah 1 : 40
b) Siswa aktif belajar secara mandiri.
c) Meningkatkan kualitas hasil belajar, karena siswa yang belum
mencapai mastery learning 80% harus mengkaji ulang materi modul
dan tes.
d) Siswa termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh untuk
segera menyelesaikan modul yang ditargetkan.
2) Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
a) Ikatan kelas renggang, belajar bersama berkurang, padahal motivasi
belajar dipengaruhi pula oleh kebersamaan.
b) Aspek estetis dan etis kurang diperhatikan.
c) Kesulitan dalam menulis modul. Modul yang baik menuntut keahlian,
keterampilan dan pengalaman.
d) Pembelajaran dengan modul umumnya kurang memperhatikan aspek
perasaan. Manusia dianggap sebagai mesin yang reaktif terhadap
stimulus (modul) yang disajikan padanya.
e) Cenderung untuk memuat materi yang banyak dalam modul, sehingga
memberatkan siswa. f) Modul menuntut siswa pintar membaca dengan pemahaman, hal ini
menjadi hambatan bagi siswa yang kurang trampil membaca.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1) Perlu dibuat modul yang penguasaannya dilakukan melalui diskusi atau
kerja kelompok.
2) Modul harus disusun oleh orang yang selain ahli dibidang mata kuliah
juga berpengalaman dalam menulis modul.
3) Materi harus disusun berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai yang
telah dirumuskan dalam silabus mata kuliah.
4) Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa baku, yaitu Bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Disamping itu tingkat kesukaran bahasa perlu
disesuaikan dengan umur dan pengetahuan siswa.
f. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Modul
1) Kegiatan Persiapan
a) Guru menyiapkan modul yang akan dipelajari oleh siswa dan berbagai
media pendukungnya. Untuk ini guru harus mempunyai arsip nomor
atau judul modul yang telah diselesaikan siswa.
b) Guru membaca modul yang akan diajarkan agar isi modul dikuasai
sehingga kalau nanti ada siswa bertanya dapat memberi penjelasan.
Disamping itu guru juga perlu menyiapkan pertanyaan apersepsi.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Pembukaan
Guru menanyakan isi materi modul yang telah diselesaikan
(apersepsi).
Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan atau cerita
anekdot yang berkaitan dengan materi modul yang akan dipelajari.
Karena tujuan pembelajaran telah ditulis dalam modul, maka
dalam acuan ini guru cukup memberi petunjuk untuk membaca
tujuan pembelajaran yang ada dalam modul, begitu pula halnya
dengan petunjuk cara pengerjaan modul.
b) Kegiatan Inti
Guru meminta siswa menyiapkan dan mempelajari modul.
Guru mengawasi kegiatan belajar siswa.
Guru sebagai fasilitator membantu siswa memecahkan kesulitan
belajar, pengarah diskusi (jika diperlukan), dan sebagainya. Menentukan langkah selanjutnya setelah siswa menyelesaikan
modulnya, misalnya memberi modul pengayaan bagi siswa yang
telah mencapai belajar tuntas 80%, dan meminta siswa
mempelajari lagi modul jika hasil tes formatif kurang dari 80%.
c) Kegiatan Penutup
Memberi kesempatan siswa membuat rangkuman pokok-pokok
materi yang dipelajari dari modul.
Evaluasi telah dilaksanakan sewaktu mempelajari modul. Karena
itu guru tidak melakukan evaluasi lagi.
Tindak lanjut, berupa PR baik mengerjakan soal-soal dari buku
yang ada ataupun membuat rangkuman dari buku yang dibacanya.
Langganan:
Postingan (Atom)