Sabtu, 03 September 2011

SD N KETRO









MENYELENGGARAKAN  PENDIDIKAN YANG TERINTEGRASI DENGAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER DAN BUDAYA BANGSA SEHINGGA DAPAT MEWUJUDKAN  KADER BANGSA  YANG TERDEPAN DALAM PRESTASI, TERAMPIL DALAM BEKERJA, SANTUN DALAM BERPERILAKU BERDASARKAN IMAN DAN TAQWA

TATA TERTIB SD N 2 KETRO






TATA TERTIB SEKOLAH
  1. Selama waktu sekolah, siswa dilarang keluar dari kompleks sekolah tanpa ijin dari guru piket
  2. Siswa dilarang bermain di dalam kelas selama istirahat.
  3. Dilarang membawa mainan dalam bentuk apapun.
  4. Dilarang keluar masuk kelas pada jam pelajaran tanpa ijin dari guru
  5. Siswa wajib menjaga kebersihan, keindahan, ketenangan, dan ketertiban kelasnya.
  6. Siswa dilarang melakukan tindakan apapun yang dapat mengganggu ketenangan kelasnya, kelas lain dan sekolah pada umumnya.
  7. Siswa masing-masing menyediakan alat-alat pelajaran sebelum pelajaran dimulai, demi kelancaran pelajaran dikelasnya.
  8. Jika 5 menit setelah tanda pelajaran dimulai, guru belum masuk kelas, maka ketua kelas wajib melapor ke kepala sekolah atau guru piket.
  9. Siswa dilarang makan dan minum di dalam kelas selama jam pelajaran berlangsung.
  10. Bila siswa bermaksud meniggalkan sekolah sebelum jam sekolah berakhir, siswa harus menyampaikan surat keterangan dari orang tua dan mendapat ijin dari Kepala Sekolah atau guru piket.  

Sabtu, 20 Agustus 2011

Visi Misi SD N 2 KETRO


1.      Visi
“Terdepan dalam prestasi , terampil dalam bekerja santun dalam berperilaku berdasarkan Iman dan Taqwa ”

2.      Misi
a.       Menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang efektif
b.      Menyelenggarakan kegiatan ekstrakulikuler
c.       Menanamkan budaya tertib, budaya bersih dan budaya sesuai dengan agama masing – masing.

3.      Tujuan Sekolah
a.       Meningkatkan efektifitas kegiatan belajar mengajar.
b.       Meningkatkan kualitas kegiatan  ekstrakulikuler.
c.       Meningkatkan prestasi belajar siswa
d.      Meningkatkan siswa dalam kegiatan lomba bidang studi.

Jumat, 18 Februari 2011

Referensi Skripsi ( PTK )

Dibawah ini ada beberapa link skripsi PTK dari teman2 di UKSW Salatiga

Ini hanya Referensi bukan publikasi...

Jadi untuk dipergunakan sebagai mana mestinya...

http://www.4shared.com/file/ovsAUkkK/PTK__kethip.html
http://www.4shared.com/document/dBNcJmub/PTK__towo.html
http://www.4shared.com/file/tBCdfFZP/PTK__VITA_1.html
http://www.4shared.com/file/soz6gjck/PTK_.html
http://www.4shared.com/file/G3u1w9po/PTK_ADI_292008345.html
http://www.4shared.com/file/SCYFYKkf/PTK_Ahmad_Yunus.html
http://www.4shared.com/file/I49oOqNc/PTK_Alur.html
http://www.4shared.com/file/K-wUeoUz/PTK_Aris_Pristiwati.html
http://www.4shared.com/document/JVtKsTln/PTK_Diah_Nugraheni.html
http://www.4shared.com/file/Gre7Zvsv/PTK_dona282008121.html
http://www.4shared.com/file/9AUE-tk4/PTK_Hastuti_Sarwo_Rini.html
http://www.4shared.com/file/u6aCZSzf/PTK_NIA_JADI.html
http://www.4shared.com/file/JS5ClXAl/PTK_rania.html
http://www.4shared.com/file/Ekv45XWw/PTK_RANIYATI_LASTARI.html
http://www.4shared.com/file/7fIXjf_k/PTK_SkRiepZy_SaNTy2.html
http://www.4shared.com/file/4BaH08Qf/PTK_SLAMET_PRAYOGA.html
http://www.4shared.com/file/zAKJ4LRw/PTK_Tuti_Ambarwati.html
beberapa link masih menunggu..

Berbagai kegiatan di SD N 2 Ketro



























Pendidikan Dan Perspektif Budaya

A.  Pengertian Kebudayaan
Apakah kebudayaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini kita kaji uraian
berikut ini.
Kebudayaan berasal dari kata  cultuur (bahasa Belanda) Culture (bahasa
Inggris), colere (bahasa latin) yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan
dan mengembangkan. Kebudayaan juga berasal dari buddhayah (bahasa
sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Sedangkan pendapat yang lain menyatakan budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk = budi daya, yang berarti daya dari budi yang
berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta , rasa,
karsa.
Lebih lanjut kehidupan dapat diartikan hasil usaha untuk mencukupi
semua kebutuhan hidupnya (Ahmadi 2004:58).
Menurut E.B. Tylor dalam Ahmadi (2004:172) kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota  masyarakat. Dari definisi tersebut,
kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-
caracara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Ahmadi
(2004:173) kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai
alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut  kebudayaan dapat ditafsirkan sebagai
hasil cipta rasa dan karya manusia yang dijunjung tinggi.

B.  Pendidikan Merupakan Bagian Integral Dari Kebudayaan
Berkaitan dengan pendidikan bahwa kebudayaan sebagai suatu pola dan
hasil tingkah laku yang dipelajari oleh semua anggota masyarakat tertentu.
Sebagai suatu hasil kebudayaan juga ditransmisikan dari generasi tua kepada
generasi muda. Selain kebudayaan yang ada, ditransmisikan melalui pendidikan
tetapi juga ada perubahan-perubahan  sesuai dengan kondisi baru, sehingga
terbentuklah pola tingkah laku baru, nilai-nilai dan norma-norma baru yang
sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat (Wardani, 1999:4.5).
Menurut uraian di atas dapat ditafsirkan bahwa dengan pendidikan
kebudayaan dapat diwariskan dan dengan pendidikan kebudayaan dapat
diperbarui sesuai dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat.
Lebih lanjut secara jelas disebutkan bahwa pendidikan itu merupakan
bagian dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.2). Pendidikan itu merupakan bagian
integral dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.9).
Menurut UU Nomor 4 tahun 1950  juncto nomor 12 tahun 1954 tentang
Dasar-Dasar Pendidikan dan pengajaran  di sekolah pada bab III pasal 4 dari
pendidikan dan pengajaran adalah asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan
UUD negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Demikian juga menurut UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Indonesia dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila
dan UUD 1945. Dari uraian di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pendidikan
nasional Indonesia berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia sebab pendidikan
nasional Indonesia berakar pada kebudayaan Indonesia.

C.  Ciri Khusus Agar Pendidikan Menjadi Pusat Kebudayaan
Ciri khusus agar pendidikan menjadi pusat kebudayaan adalah : (1) dapat
meningkatkan mutu, (2) dapat menciptakan masyarakat belajar, (3) dapat menjadi
teladan masyarakat sekitarnya, (4) dapat membentuk manusia seutuhnya
(Parsono dkk, 1990:4.16)
1.  Peningkatan mutu pendidikan
Agar peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal maka perlu
diperhatikan antara lain :
a.  Tujuan, Tujuan pendidikan harus dirumuskan secara jelas baik tujuan
institusional, tujuan kurikulum, tujuan institusional maupun tujuan
instruksional. Semua tujuan harus dirumuskan secara jelas, tepat dan
berdasarkan kompetensi.
b.  Materi pelajaran, materi pelajaran yang berbentuk pengetahuan, sikap dan
ketrampilan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai
tujuan kompetensi, isi materi pelajaran harus disusun sedemikian rupa
untuk menemukan sesuatu. Organisasi materi harus dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk menganalisis, menyimpulkan, berbuat
sesuatu dan mengerjakan sesuatu.
c.  Metode pengajaran harus bervariasi, dapat meningkatkan siswa untuk
berdiskusi, berlatih, berpikir ilmiah, dapat menemukan sesuatu sendiri,
belajar bekerja sama.
d.  Kemampuan yang telah dimiliki siswa (entry behavior) diperhatikan.
Metode dan materi pengajaran disesuaikan kemampuan siswa.
e.  Fasilitas dan perlengkapan yang memadai sehingga dapat mendukung
terjadinya proses belajar mengajar yang optimal.
2.  Menciptakan Masyarakat Belajar
Pendidikan hendaknya dapat menciptakan siswa agar ada upaya untuk selalu
ingin tahu dan juga agar tercipta keinginan belajar sepanjang hayat.
3.  Sekolah dapat menjadi teladan dari masyarakat
Jika sekolah dapat menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya, maka sekolah
dapat menjadi pusat kebudayaan.
4.  Membentuk manusia Indonesia seutuhnya Menurut UU No. 2 tahun 1989 bab II pasal 4 ciri-ciri seutuhnya adalah : (1)
manusia yang beriman, (2) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (3)
memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (4) kepribadian yang mantap dan
mandiri, (5) serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Parsono dkk, 1990:4.7).

D.  Pendidikan Merupakan Sarana Untuk Pembudayaan
Melalui pendidikan merupakan sarana untuk membudayakan anak. Hal
ini tercermin dari fungsi sekolah adalah mentransformasikan nilai budaya dari
satu generasi ke generasi lainnya. Lebih lanjut hubungan sekolah dengan
masyarakat merupakan hubungan transformatif. Artinya sekolah memiliki
kewajiban untuk mensosialisasikan nilai-nilai atau norma-norma yang ada di
masyarakat kepada anak didik dengan berbagai perubahan-perubahan sebagai
hasil perbaikan dari kekurangan yang ada. Dalam arti positif pendidikan dapat
dipandang sebagai kegiatan inovasi (Sunaryo dan Nyoman Dantes,
1996/1997:40).
Dari uraian tersebut di atas dimaksudkan melalui pendidikan di sekolah,
pendidikan dalam rumah tangga maupun pendidikan di luar sekolah dapat
dipakai sebagai sarana untuk pembentukan kebudayaan. Dari pengertian tersebut
dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk pembudayaan.

E.  Peranan Sekolah Dalam Hal Kebudayaan
1.  Peranan Sekolah Sebagai Pewaris
Kebudayaan seperti telah dibahas terdahulu, yaitu hasil cipta, karsa
dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah
laku yang dipelajari dan dimiliki semua anggota masyarakat tertentu dan
dijunjung tinggi. Hasil cipta, karsa dan karya manusia yang memiliki nilai
dan dijunjung tinggi tidak dengan sendirinya dimiliki oleh anak didik tanpa
diajarkan (ditransmisikan) kepada anak atau dipelajari oleh anak tersebut.
2.  Peranan Sekolah Sebagai Pemelihara
Nilai-nilai budaya yang tinggi dan pantas untuk dilestarikan, maka
sekolah perlu memelihara, sedangkan budaya yang tidak perlu seperti
egosentris (mementingkan diri sendiri) lambat laun harus dikurangi.
3.  Peranan Sekolah Sebagai Pembaru Kebudayaan
Selain peranan sekolah sebagai pemelihara dan pewaris nilai-nilai
budaya, juga sebagai pembaru (inovatif). Budaya yang sudah tidak sesuai
dengan keinginan atau kehendak masyarakat dihilangkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak masyarakat dijaga dan dikembangkan, sehingga
timbul budaya-budaya baru di kemudian hari.

PENGERTIAN DAN PENDEKATAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

A.  Pengertian Sosiologi Pendidikan
Apakah sosiologi pendidikan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini ada
beberapa hal yang perlu dicermati,  diantaranya sebagai berikut: Sosiologi
pendidikan berasal dari kata sosiologi dan pendidikan, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur
sosialnya (Pidarta, 2000:145), Jadi sosiologi dapat ditafsirkan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu
wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Menurut Mayor Polak dalam Gunawan (2000:3) disebutkan bahwa
sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai
keseluruhan, yakni hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis
maupun dinamis. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
dalam Gunawan (2000:3) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Menurut H.P. Fairchild dalam Ahmadi (2000:1) Sosiologi Pendidikan
adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang fundamental. Secara etimologi sosiologi pendidikan terdiri
7 sosiologi dan pendidikan, yang berarti aspek-aspek sosiologi dikaitkan dengan
masalah-masalah pendidikan.
Menurut Charles A. Ellwood dalam Ahmadi (2000:7) Sosiologi
pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju untuk melahirkan
maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses
pendidikan dan proses sosial.
Menurut Wuraji dalam Pidarta (2000:146) sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat ditafsirkan bahwa sosiologi
pendidikan adalah aspek-aspek sosiologi yang diterapkan pada masalah-masalah
pendidikan yang fundamental.
Kaitan antara sosiologi pendidikan dengan sosiologi, ilmu pendidikan dan
kelompok
Gambar 1 Sosiologi Pendidikan dalam kelompok ilmu-ilmu sosial (Dirujuk dari
Ravik Karsidi, 2005:2)
Mengapa dalam pendidikan terdapat aspek-aspek sosiologis sebab situasi
pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial. Hubungan dan
pergaulan sosial yang ada dalam pendidikan (sekolah) antara lain terjadi antara
pendidik dengan pendidik, pendidik dan anak didik, anak didik dengan anak
didik, pendidik dengan pegawai, pegawai dengan pegawai, anak didik dengan
pegawai.
Mengapa guru dan calon guru perlu memahami hal-hal yang berkaitan
dengan sosiologi? Hal ini disebabkan antara lain:
1.  Bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif. Perubahan
yang cepat menimbulkan adanya cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat
adanya hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan paham sesuatu yang
menimbulkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Masalah yang timbul


tidak dapat diatasi oleh lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu para ahli
sosiologi diharapkan dapat mengembangkan pemikirannya untuk ikut
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
2.  Guru selain sebagai administrator,  informatory dan pemimpin, maka harus
berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Kepribadian guru dapat
mempengaruhi suasana kelas/sekolah, baik kebebasan yang dinikmati anak
dalam mengeluarkan pendapatnya dan mengembangkan kreatifitasnya
ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dan pengembanga
kepribadiannya. Kebebasan guru juga dibatasi oleh atasannya (kepala
sekolah, pemilik, kepala Dinas sangsi menteri), keseluruhannya dipengaruhi,
dibatasi, serta diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan di sekolah dipengaruhi berbagai faktor antara ;ain menyangkut
usaha murid, guru, orang tua, interaksi antara murid dengan murid serta
lingkungan sosialnya baik yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah.

Anak memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya menyangkut bakat,
kemampuan pembawaannya, karena dipengaruhi lingkungan sosial yang
berlainan. Untuk itu sudah sewajarnya bila seorang guru harus berusaha
menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, hubungan manusia dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Bagaimana perkembangan sosiologi pendidikan? Untuk menjawab
permasalahan ini kita kaji bersama hal-hal sebagai berikut. Perkembangan
sosiologi pendidikan di mulai oleh Jhon Dewey yang menerbitkan buku “School
and society” tahun 1899. selanjutnya pada tahun 1920, F. R. Clow David
Inedden, Ross Finney, C.C. Petrus, C.L. Robbius, E. R. Groves dan lain-lain
meneruskan jalan pikiran tersebut di atas dan menekankan pentingnya nilai sosial
pendidikan. Sosiologi pendidikan dikuliahkan pertama kali oleh Henry Awazalo
tahun 1910 di Teaher College, Universitas Columbia. Pada tahun 1916 di
Universitas New York dan Columbia didirikan jurusan sosiologi pendidikan.
Himpunan untuk studi sosiologi pendidikan dibentuk pada konggres himpunan
sosiologi Amerika pada tahun 1923. Sejak tahun 1928 terbitlah The Jurnal of
educational Sociology di bawah pimpinan E. George Payne. Majalah social
education mulai terbit tahun 1936. Sejak tahun 1940 dalam Review of
Educational research dimuat artikel-artikel yang mempunyai hubungan dengan
sosiologi pendidikan. Pada tahun 1967 sosiologi pendidikan diberikan pertama
kali di IKIP Negeri Yogyakarta jurusan Didaktik kurikulum.
 B.  Pendekatan Sosiologi Pendidikan
Pendekatan sosiologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan
yaitu pendekatan individu, pendekatan sosial dan pendekatan interaksi.
1.  Pendekatan individu
Individu merupakan bagian dari kelompok atau masyarakat dengan
kata lain bahwa individu merupakan pembentuk kelompok. Apabila kita
dapat memahami tingkah laku individu satu persatu bagaimana cara
berpikirnya, perasaannya, kemauannya, perbuatannya, mentalitasnya dan
seterusnya, maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok,
bagaimana mentalita kelompok.
Individu dipengaruhi oleh faktor intern meliputi faktor-faktor biologis
dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan
fisik dan lingkungan sosial (Ahmadi, 2000:27).
Pada bagian ini yaitu individu dibahas tentang faktor biologis pada tingkah
laku manusia dan faktor psikologis pada tingkah laku manusia.
a.  Faktor biologis pada tingkah laku manusia
Menyangkut keadaan biologis manusia dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia, dapat ditemukan antara lain:
Penyelewengan nasionalisme yang ekstrim seperti yang dianut Hitler,
bahwa ras Arya dari Jerman sebagai ras yang super, melebihi ras-ras yang
lain. Ras kulit putih menganggap bahwa ras kulit hitam memiliki
intelegensi yang rendah. Tetapi dalam penyelidikan-penyelidikan
membuktikan bahwa tinggi rendahnya Intelegensi tidak tergantung pada
asal ras, tetapi dipengaruhi faktor  milieu fisik dan kultural pada
masyarakat. Bangsa kulit berwarna belum maju karena berkaitan dengan
kebebasan, fasilitas ekonomi, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial
yang luas dan keagamaan.
Hal yang lain misalnya menyangkut makanan yang berkaitan dengan
protein, jaringan otak dan saraf-sarafnya berasal dari protein, orang yang
jaringan otaknya tumbuh secara baik karena protein, maka perkembangan
Intelegensinya juga baik.
b.  Faktor psikologis pada tingkah laku manusia
Unsur kejiwaan atau psikologis dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia. Hal ini dipertegas sesuai pendapat Ahmadi (2000:36) yang
menyatakan bahwa:
“Faktor-faktor hereditair, misalnya  pembawaan, bakat dan sebagainya,
yang harus kita akui sebagai kekuatan potensial, kekuatan yang  latent, kekuatan-kekuatan potensial mana baru dapat diaktuilkan, baru dapat
dimanifestasikan kalau faktor-faktor  milieu, faktor-faktor lingkungan
sekitar mengijinkan, memberi kesempatan dan fasilitas yang mencukupi
adanya”.
Dari pendapat tersebut dapat memperjelas bahwa aktualitas seseorang
yang berwujud tingkah laku dipengaruhi adanya unsur kejiwaan berupa
hereditas dan juga faktor lingkungan (milieu).
2.  Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial menekankan pada masyarakat dan pengaruh
geografi. Di masyarakat terjadi individu berhubungan dengan individu dan
juga menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial. Sedangkan interaksi dan
proses sosial didasari oleh fakta-fakta sebagai berikut: 1) imitasi; 2) sugesti;
3) identifikasi; simpati (Pidarta, 2000:147).
Imitasi adalah peniruan, misalnya anak meniru gurunya yang
berpakaian rapi. Tetapi anak tidak meniru orang lain yang gemar minum-
minuman keras. Meniru guru yang berpakaian rapi merupakan imitasi
terhadap hal yang positif. Kalau anak ikut-ikutan minum-minuman keras
terhadap temannya maka itu merupakan imitasi yang negatif.
Sugesti adalah jika anak menerima atau tertarik pada pandangan atau
sikap orang lain, ini dilakukan tanpa adanya kritik atau pertimbangan yang
rasional. Identifikasi adalah keinginan untuk menggunakan dirinya kepada
orang lain yang dianggap memiliki keistimewaan atau kelebihan.
Simpati yaitu tertariknya orang satu terhadap orang lain. Timbulnya
simpati karena berdasarkan penilaian perasaan.

3.  Pendekatan Interaksi
Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan
sosial antara individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat
dan sebaliknya. Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi syarat: 1)
kontak sosial, 2) komunikasi (Pidarta, 2000:149).

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:
1.  Kontak antar individu, misalnya antara anak dengan ibu di rumah, anak
dengan anak, anak dengan guru di sekolah.
2.  Kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya, contohnya
antara anak dengan kelompok remaja masjid atau gereja. 3.  Kontak antar kelompok, contohnya antara kelompok orang tua murid
dengan guru-guru.
 Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Adapun alat-alat
komunikasi antara lain : melalui pembicaraan, melalui mimik dengan
lambang-lambang misalnya mengacungkan ibu jari, melalui alat-alat
misalnya melalui media cetak dan elektronik.
Sampai di sini Anda telah mempelajari dan menyelesaikan kegiatan
belajar sub unit I (satu). Tentu Anda telah menguasai uraian di atas. Untuk
mengetahui pemahaman Anda, kita kerjakan latihan berikut ini:

Jumat, 11 Februari 2011

RPP, SILABUS, PROMES (Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi)

Di bawah ini ada beberapa link yang bisa untuk download RPP, Silabus dan Promes terbaru dimana RPP sudah ada 3 kegiatan yaitu Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi...
Untuk kelas I mpe III udah tematik dari RPP, Silabus dan Promesnya....
Silahkan di download.... GRATISSSSSSSSSSSSSSS.......

 http://www.4shared.com/file/3m_oHv-q/dona_TEMATIK_1.html
http://www.4shared.com/file/wbuGPUYI/dona_TEMATIK_2.html
http://www.4shared.com/file/zhG8QXjt/dona_KELAS_IV.html
http://www.4shared.com/file/RlUblbBl/dona_TEMATIK_3.html
http://www.4shared.com/file/g3Z2MwiI/dona_KELAS_V.html
http://www.4shared.com/file/2xU_oHkm/dona_KELAS_VI.html

Pastikan PC anda ada Program Winrar.... Otey..
Terima Kasih.....

Metode Eksperimen, Pembelajaran Unit dan Pembelajaran dengan Modul

1.  Metode Eksperimen
a.  Pengertian
Sagala  (2006),  Sumantri  dan  Permana  (1998/1999)  menyatakan  bahwa
eksperimen  adalah  percobaan  untuk  membuktikan  suatu  pertanyaan  atau
hipotesis  tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu  laboratorium atau
diluar  laboratorium.  Sedangkan  metode  eksperimen  dalam  pembelajaran
adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan  sendiri  suatu pertanyaan  atau hipotesis  yang
dipelajari.
Dalam  proses  pembelajaran  dengan  metode  eksperimen  siswa  diberi
kesempatan  untuk  mengalami  sendiri  atau  melakukan  sendiri,  mengikuti
proses,  mengamati  suatu  obyek,  menganalisis,  membuktikan  dan  menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan
guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen
itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.
b.  Tujuan
Apa tujuan metode eksperimen ? Metode eksperimen bertujuan agar :
1)  Siswa  mampu  menyimpulkan  fakta-fakta,  informasi  atau  data  yang
diperoleh.
2)  Siswa  mampu  merancang,  mempersiapkan,  melaksanakan  dan
melaporkan percobaannya.
3)  Siswa  mampu  menggunakan  logika  berpikir  induktif  untuk  menarik
kesimpulan  dari  fakta,  informasi  atau  data  yang  dikumpulkan  melalui
percobaan.
4)  Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.
c.  Alasan Penggunaan Metode Eksperimen
Apa  alasan  guru  menggunakan  metode  eksperimen  ?  Beberapa  alasan
penggunaan metode eksperimen adalah :
1)  Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.  2)  Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.
3)  Dapat  mengembangkan  sikap  dan  perilaku  kritis,  tidak  mudah  percaya
sebelum   ada bukti-bukti nyata.
d.  Kekuatan dan Kelemahan Metode Eksperimen
1)  Kekuatan Metode Eksperimen
a)  Membuat  siswa  percaya  pada  kebenaran  kesimpulan  percobaannya
sendiri daripada  menurut cerita orang atau buku.
b)  Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan
melalui percobaan yang dilakukannya.
c)  Dapat  digunakan  untuk  melaksanakan  prosedur  metode  ilmiah  dan
berpikir ilmiah.
d)  Hasil  belajar  dikuasai  siswa  dengan  baik  dan  tahan  lama  dalam
ingatan.
e)  Menghilangkan verbalisme.
2)  Kelemahan Metode Eksperimen
a)  Memerlukan  peralatan  dan  bahan  percobaan  yang  lengkap  serta
umumnya mahal.
b)  Dapat  menghambat  lajunya  pembelajaran  sebab  eksperimen
umumnya memerlukan waktu lama.
c)  Kesalahan  dalam  eksperimen  akan  berakibat  pada  kesalahan
kesimpulannya.
d)  Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen.
e.  Cara Mengatasi Kelemahan Metode Eksperimen
  Bagaimana  cara  menguasai  kelemahan  metode  eksperimen  ?  Ada
beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode eksperimen.
1)  Guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan
eksperimen.
2)  Guru  harus menjelaskan  prosedur  eksperimen,  bahan-bahan  eksperimen
yang  diperlukan,  peralatan  yang  diperlukan  dan  cara  penggunaannya,
variabel  yang  perlu  dikontrol,  dan  hal  yang  perlu  dicatat  selama
eksperimen.
3)  Mengawasi  pelaksanaan  eksperimen  dan  memberi  bantuan  jika  siswa
mengalami kesulitan.
4)  Meminta  setiap  siswa  melaporkan  proses  dan  hasil  eksperimennya,
membanding-bandingkannya  dan  mendiskusikannya,  untuk  mengetahui
kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi.   f.  Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Eksperimen

  Apa saja langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen ?
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen tersebut meliputi:
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Merumuskan  tujuan pembelajaran yang  ingin dicapai dengan metode
eksperimen.
b)  Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen.
c)  Menyiapkan  alat,  sarana    dan  bahan  yang  diperlukan  dalam
eksperimen.
d)  Menyiapkan  panduan  prosedur  pelaksanaan  eksperimen,  termasuk
Lembar Kerja Siswa (LKS).
2)  Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a)  Kegiatan Pembukaan
  Menanyakan  materi  pelajaran  yang  telah  diajarkan  minggu  lalu
(opersepsi).
  Memotivasi  siswa  dengan mengemukakan  ceritera  anekdot  yang
ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
  Mengemukakan  tujuan  pembelajaran  yang  ingin  dicapai,  dan
prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b)  Kegiatan Inti
  Siswa  diminta membantu menyiapkan  alat  dan  bahan  yang  akan
dipakai dalam eksperimen.
  Siswa melaksanakan  eksperimen  berdasarkan  panduan  dan  LKS
yang telah disiapkan guru.
  Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
  Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.  
c)  Kegiatan Penutup
  Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
  Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.
  Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi
eksperimen untuk mengulang  lagi  eksperimennya, dan bagi  yang
sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
 2.  Metode Pembelajaran Unit
a.  Pengertian
Taredja, dkk.  (1980), dan Sumantri dan Permana  (2006) menyatakan bahwa
metode  pengajaran  unit  adalah  suatu  cara  pembelajaran  dimana  siswa  dan
guru mengarahkan  segala kegiatannya pada pemecahan  suatu masalah  yang
dipelajari melalui berbagai  segi yang berhubungan,  sehingga pemecahannya
secara  keseluruhan  dan  bermakna.  Pengajaran  unit  ini  sekarang  dinamakan
pembelajaran terpadu.
Menurut  Sumantri  dan  Permana  (1998/1999)  terdapat  beberapa  jenis
keterpaduan  dalam  pembelajaran  terpadu  :  (1) Keterpaduan  antara  dua  atau
lebih  masalah,  konsep,  keterampilan,  tugas,  atau  ide-ide  lain  dalam  satu
bidang  studi,  (2) Keterpaduan beberapa  topik atau  sub  tema dalam berbagai
bidang  studi  (model  jaring  laba-laba/webbed  model)  dan  (3)  lintas  bidang
studi  yaitu  pemecahan masalah  yang melibatkan  adanya  prioritas  kurikuler
dan  menemukan  pengetahuan  atau  konsep,  keterampilan  dan  sikap  yang
tumpang tindih dari beberapa bidang studi.    
b.  Tujuan
Sumantri  dan  Permana  (1998/1999)  mengemukakan  tujuan  metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1)  Melatih  siswa  berpikir  komprehensif  dengan  cara  mengkaji  dan
memecahkan masalah dari berbagai disiplin ilmu atau aspek.
2)  Melatih  siswa  menggunakan  keterampilan  proses  atau  metode  ilmiah
dalam pemecahan masalah.
3)  Membentuk  sikap  kritis,  kerjasama,  rasa  ingin  tahu, menghargai  waktu
dan menghargai pendapat orang lain.
4)  Melatih  siswa  agar  memiliki  kemampuan  merencanakan,
mengorganisasikan dan memimpin suatu kegiatan.
5)  Mengembangkan keterampilan berkomunikasi. c.  Alasan menggunakan Metode Pembelajaran Unit
Sumantri dan Permana  (1998/1999) memberi alasan mengapa guru memilih
menggunakan metode pembelajaran unit sebagai berikut :
1)  Dalam kurikulum terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lain,
atau  antara  bidang  studi  satu  dengan  bidang  studi  lainnya  dalam  suatu
pemecahan  masalah,  sehingga  perlu  ada  satu  metode  yang  dapat
menciptakan kesatuannya.
2)  Dapat memberikan pengalaman belajar  tentang pemecahan masalah dari
berbagai disiplin ilmu.
3)  Dapat melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam kegiatan
pembelajaran.
d.  Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1)  Kekuatan Metode Pembelajaran Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kekuatan metode pembelajaran unit
sebagai berikut :
a)  Siswa dapat belajar  secara keseluruhan  (utuh). Semua  atau beberapa
mata pelajaran dipadu jadi satu dalam satu masalah. Dengan demikian
ilmu-ilmu yang ada dihayati secara utuh.
b)  Pelajaran  menjadi  lebih  berarti.  Kalau  pada  pelajaran  tradisional
semua siswa harus melakukan apa yang diajarkan seperti apa adanya,
maka dalam pembelajaran  terpadu,  siswa belajar  sesuai minat, bakat
dan  tingkat  perkembangannya.  Karena  itu  siswa  belajar  lebih
bemakna.
c)  Situasi  kelas  lebih  demokratis. Hal  ini  dimungkinkan  karena  prinsip
dari pembelajaran  terpadu adalah perencanaan bersama, dilaksanakan
oleh  siswa,  guru  hanya  sebagai  pembimbing.  Karena  itu  suasana
belajar menjadi lebih demokratis.
d)  Digunakannya  asas-asas  didaktik  secara  lebih  wajar.  Asas-asas
didaktik  seperti  peragaan,  minat,  kerja  kelompok,  kerjasama,  kerja
sendiri, dan sebagainya benar-benar dimanfaatkan.
e)  Digunakannya prinsip-prinsip psikologi belajar modern, seperti minat
anak berhubungan pengalamannya, anak mempersepsi lingkungannya
secara  keseluruhan  tidak  terpisah-pisah,  anak  yang  sehat  selalu  aktif
bergerak  melakukan  sesuatu,  dan  siswa  SD  perkembangan
kognitifnya  masih  ada  pada  phase  operasional  konkrit.  Dalam
pembelajaran terpadu ini semua diakomodasikan.
 2)  Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
Taredja,  dkk.  (1980)  mengemukakan  kelemahan  metode  pembelajaran
unit, antara lain :
a)  Memilih  pokok  masalah  yang  akan  dijadikan  unit  bukan  suatu
pekerjaan yang mudah.
b)  Melaksanakan  pembelajaran  unit  menuntut  kecakapan  tersendiri,
sedangkan guru belum semuanya mampu menyelenggarakannya.
c)  Memerlukan ketekunan, pekerjaan dan waktu yang lebih banyak.
d)  Karena  melibatkan  banyak  siswa  maka  dimungkinkan  memerlukan
biaya yang lebih banyak.  
e.  Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1)  Kesulitan  dalam  memilih  pokok  masalah  dapat  diatasi  dengan  cara
membentuk  tim  atau  panitia. Melalui  rapat  tim  atau  panitia  yang  terdiri
dari  beberapa  guru  dapat  dirumuskan masalah  yang  hangat  dan  relevan
dengan kurikulum dan tingkat perkembangan siswa.
2)  Kesulitan guru karena dalam pembelajaran unit diperlukan banyak waktu
energi  dan  biaya,  maka  pembelajaran  unit  dapat  dicarikan  waktu  yang
luang dan dilaksanakan  secara block waktu  (tak ada kegiatan  lain  selain
pembelajaran  unit).  Masalah  biaya  dapat  diatasi  dengan  memasukkan
biaya pembelajaran unit ke DUK sekolah atau sumber lain yang halal.
3)  Masalah  kedangkalan  pelajaran  dapat  diatasi  dengan  perencanaan  yang
matang jangan asal-asalan saja.

f.  Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Unit
Bagaimana  cara melaksanakan pembelajaran dengan metode unit ? Taredja,
dkk  (1980)  mengemukakan  langkah-langkah  pembelajaran  dengan  metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Menjelaskan  kepada  siswa  tentang  bagaimana  cara  melaksanakan
pembelajaran dengan metode unit.
b)  Guru bersama siswa menetapkan pokok masalah yang akan dijadikan
unit.  Pokok  masalah  itu  hendaknya  sesuai  dengan  minat  dan  latar
belakang  siswa,  sesuai  dengan  kurikulum  dan  kebutuhan  siswa,  dan
sesuai  dengan  ketersediaan  sumber  baik  buku,  para  ahli  maupun
instansi. c)  Guru  dan  siswa  menetapkan  aspek-aspek  pokok  masalah  dan  mata
pelajaran-  mata  pelajaran  yang  ikut  serta  pada  pemecahan  pokok
masalah tersebut.
d)  Guru  bersama  siswa menetapkan  tujuan  instruksional  khusus  (TIK)
untuk setiap aspek masalah.
e)  Guru  dan  siswa  menetapkan  kelompok-kelompok  kerja  dan  tugas-
tugasnya. Biasanya  jumlah kelompok disesuaikan dengan banyaknya
aspek masalah/unit.
f)  Guru  dan  siswa  menetapkan  organisasi  kelas  :  ketua,  wakil  ketua,
sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan sebagainya. Organisasi ini yang
akan mengelola penyelesaian kegiatan unit.
g)  Guru dan siswa menetapkan jadwal kegiatan, sasaran, target, dan tata
tertib yang harus dipatuhi selama pembelajaran unit ini.
2)  Kegiatan Pelaksanaan
a)  Kegiatan Persiapan
  Guru menanyakan materi pelajaran sebelumnya.
  Guru berceritera  tentang kehidupan di masyarakat yang berkaitan
dengan  materi  pelajaran  yang  akan  diajarkan  melalui
pembelajaran unit.
  Guru mengingatkan kembali  tentang TIK  yang  telah dirumuskan
dan bagaimana penyelesaiannya oleh kelompok.
b)  Kegiatan Inti
  Para  siswa  mengatur  tempat  mereka  belajar  /  bekerja,  apakah
tempat belajar itu di dalam kelas maupun di luar kelas.
  Mempelajari  sesuatu  sesuai  dengan  tugas  masing-masing,
misalnya  :  melakukan  percobaan-percobaan,  mengerjakan  soal-
soal, menggambar, mempelajari  nyanyian, mengunjungi  tempat-
tempat  yang  telah  direncanakan,  mengikuti  ceramah  dari  nara
sumber, dan sebagainya
  Dalam  rangka  penyelesaian  tugas,  siswa  mengadakan  diskusi,
mengatur bahan, dan berkoordinasi dengan kelompok lain.
  Menyiapkan  laporan  kelompok  untuk  disajikan  pada  laporan
kelompok sewaktu diadakan pleno.
  Laporan kelompok yaitu laporan lisan dan tertulis yang dilakukan
oleh  setiap kelompok dalam  sidang pleno,  sehingga  semua  siswa
dapat belajar dari kelompok lain.   Pameran.  Setelah  laporan  kelompok  selesai,  kegiatan  berikutnya
adalah melakukan pameran. Yang dipamerkan adalah semua yang
telah dihasilkan oleh kelompok. Pameran dapat berbentuk :
─  Statis,  yaitu  pameran  tentang  karya  belajar  yang  berwujud
laporan tertulis/paper, gambar-gambar, hasil pekerjaan tangan,
hasil memasak, grafik, bagan, dan sebagainya.
─  Dinamis,  yaitu  pameran  tentang  hasil  belajar  yang  berupa
pementasan  sandiwara, pembacaan puisi, pagelaran  seni  (tari,
nyanyi, dan sebagainya), pidato dan sebagainya.
Dalam  pameran  ini  dapat  diundang  siswa  dari  sekolah  lain,
instansi  lain  yang  berkaitan  dengan  pendidikan,  dan  terutama
adalah orang tua siswa.
c)  Kegiatan Penutup
  Guru  meminta  siswa  merangkum  hasil  belajar  melalui  kegiatan
dalam metode pembelajaran unit.
  Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pelaksanaan
pembelajaran melalui metode pembelajaran unit.
  Tindak  lanjut,  yaitu menjelaskan  kembali materi  pelajaran  yang
belum  dikuasai  siswa  dan  menugasi  untuk  memperdalam
penguasaan materi pelajaran melalui Penugasan Rumah (PR). 3.  Metode Pengajaran dengan Modul
a.  Pengertian
Russel  (dalam Mainuddin  dan  Gunawan,  1980)  menyatakan  bahwa  modul
adalah  suatu  paket  pembelajaran  yang  membicarakan  satu  satuan  konsep
tunggal mata  pelajaran.  Hal  ini  dalam  usaha  untuk mengindividualisasikan
belajar dengan memberi kemampuan  siswa menguasai  satu unit  isi  sebelum
pindah ke unit yang lain. Metode  pembelajaran  dengan  modul  merupakan  salah  satu  bentuk  dari
bentuk-bentuk  belajar  mandiri.  Sagala  (2006)  mengemukakan  ada  empat
bentuk  belajar  mandiri  yaitu  :  (1)  self  instruction  semacam  modul,  (2)
independent  study,  (3)  individualized  prescribed  instruction,  dan  (4)  self
package learning.
Russel  (dalam  Mainuddin  dan  Gunawan,  1980)  mengemukakan  8
karakteristik umum modul, yaitu :
1)  Self  contained,  atau  self  instructional  packages. Modul  itu  merupakan
satuan paket bahan pelajaran yang lengkap untuk belajar sendiri.
2)  Memperhitungkan  perbedaan  individu.  Siswa  bebas menentukan  sendiri
proses belajarnya.
3)  Tujuan  pembelajaran  dirumuskan  secara  eksplisit  dan  spesifik  dalam
perumusan tingkah laku yang bisa diukur.
4)  Adanya  asosiasi,  struktur  dan  urutan  yang  disajikan.  Ide-ide  dasar
disajikan lebih dulu.
5)  Pemakaian bermacam-macam media.
6)  Partisipasi aktif siswa. Siswa belajar sendiri dari modul.
7)  Reinforcement  langsung.  Dalam  modul,  reinforcement  segera  didapat
setelah siswa menunjukkan respon yang disetujui.
Komponen modul yang pernah dikembangkan oleh Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan  (PPSP)  meliputi  :  petunjuk  guru,  lembar  kegiatan  siswa,
lembar kerja siswa, kunci  jawaban untuk  lembar kerja,  lembar penilaian/tes,
dan kunci jawaban untuk lembar tes.
b.  Tujuan
Metode pembelajaran dengan modul bertujuan :
1)  Agar siswa aktif belajar secara mandiri.
2)  Agar  siswa  terbiasa mengontrol  kecepatan  dan mengevaluasi  belajarnya
sendiri.
3)  Memberi  reinforcement  secepatnya  setelah  siswa  selesai  mengerjakan
materi  modul  dengan  memperbolehkan  pindah  ke  modul  berikutnya.
Penguatan  ini  memotivasi  siswa  untuk  mengulang  kembali  perbuatan
belajarnya yang baik itu.
4)  Melatih  disiplin,  taat  peraturan  dan  petunjuk  yang  ada,  serta  melatih
kebiasaan mengoreksi diri sendiri dan kejujuran.
 c.  Alasan Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Modul
Mengapa  guru memilih metode  pembelajaran  dengan modul  ? Alasan  guru
adalah :
1)  Siswa dapat belajar lebih aktif dan mandiri (CBSA)
2)  Siswa dapat menyesuaikan diri dengan keunikan cara belajarnya masing-
masing.
3)  Siswa  dapat  berkembang  secara  optimal  sesuai  dengan  perbedaan
kemampuan, potensi dan kecepatan belajar masing-masing.
4)  Dimungkinkan untuk mendukung modul digunakan multi media, seperti ;
audio  visual,  internet,  web,  dan  sebagainya  sehingga  perbedaan-
perbedaan dan keunikan individu dapat diakomodasi.
5)  Dengan metode  pembelajaran  dengan modul mutu  proses  pembelajaran
dapat ditingkatkan.
6)  Dapat  mengatasi  kekurangan  guru,  dan  mengatasi  persoalan  jauhnya
tempat tinggal siswa dari kampus.
d.  Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1)  Kekuatan Metode Pembelajaran dengan Modul
a)  Ratio  guru  dan  siswa  dapat  ditingkatkan  menjadi  sekitar  1  :  200,
padahal dengan sistem biasa ratio tersebut adalah 1 : 40
b)  Siswa aktif belajar secara mandiri.
c)  Meningkatkan  kualitas  hasil  belajar,  karena  siswa  yang  belum
mencapai mastery  learning 80% harus mengkaji ulang materi modul
dan tes.
d)  Siswa  termotivasi  untuk  belajar  dengan  sungguh-sungguh  untuk
segera menyelesaikan modul yang ditargetkan.
2)  Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
a)  Ikatan  kelas  renggang,  belajar  bersama  berkurang,  padahal motivasi
belajar dipengaruhi pula oleh kebersamaan.
b)  Aspek estetis dan etis kurang diperhatikan.
c)  Kesulitan dalam menulis modul. Modul yang baik menuntut keahlian,
keterampilan dan pengalaman.
d)  Pembelajaran dengan modul umumnya kurang memperhatikan aspek
perasaan.  Manusia  dianggap  sebagai  mesin  yang  reaktif  terhadap
stimulus (modul) yang disajikan padanya.
e)  Cenderung untuk memuat materi yang banyak dalam modul, sehingga
memberatkan siswa. f)  Modul menuntut  siswa  pintar membaca  dengan  pemahaman,  hal  ini
menjadi hambatan bagi siswa yang kurang trampil membaca.
e.  Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1)  Perlu  dibuat modul  yang  penguasaannya  dilakukan melalui  diskusi  atau
kerja kelompok.
2)  Modul  harus  disusun  oleh  orang  yang  selain  ahli  dibidang mata  kuliah
juga berpengalaman dalam menulis modul.
3)  Materi  harus  disusun  berdasarkan  kompetensi  yang  ingin  dicapai  yang
telah dirumuskan dalam silabus mata kuliah.
4)  Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa baku, yaitu Bahasa  Indonesia
yang  baik  dan  benar.  Disamping  itu  tingkat  kesukaran  bahasa  perlu
disesuaikan dengan umur dan pengetahuan siswa.
f.  Langkah-langkah Pembelajaran dengan Modul
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Guru menyiapkan modul yang akan dipelajari oleh siswa dan berbagai
media pendukungnya. Untuk  ini guru harus mempunyai  arsip nomor
atau judul modul yang telah diselesaikan siswa.
b)  Guru membaca modul  yang  akan  diajarkan  agar  isi modul  dikuasai
sehingga  kalau  nanti  ada  siswa  bertanya  dapat memberi  penjelasan.
Disamping itu guru juga perlu menyiapkan pertanyaan apersepsi.
2)  Kegiatan Pelaksanaan
a)  Kegiatan Pembukaan
  Guru  menanyakan  isi  materi  modul  yang  telah  diselesaikan
(apersepsi).
  Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan atau cerita
anekdot yang berkaitan dengan materi modul yang akan dipelajari.
  Karena  tujuan  pembelajaran  telah  ditulis  dalam  modul,  maka
dalam  acuan  ini  guru  cukup memberi  petunjuk  untuk membaca
tujuan  pembelajaran  yang  ada  dalam modul,  begitu  pula  halnya
dengan petunjuk cara pengerjaan modul.
b)  Kegiatan Inti
  Guru meminta siswa menyiapkan dan mempelajari modul.
  Guru mengawasi kegiatan belajar siswa.
  Guru  sebagai  fasilitator membantu  siswa memecahkan  kesulitan
belajar, pengarah diskusi (jika diperlukan), dan sebagainya.   Menentukan  langkah  selanjutnya  setelah  siswa  menyelesaikan
modulnya, misalnya memberi modul  pengayaan  bagi  siswa  yang
telah  mencapai  belajar  tuntas  80%,  dan  meminta  siswa
mempelajari lagi modul jika hasil tes formatif kurang dari 80%.
c)  Kegiatan Penutup
  Memberi  kesempatan  siswa  membuat  rangkuman  pokok-pokok
materi yang dipelajari dari modul.
  Evaluasi  telah dilaksanakan  sewaktu mempelajari modul. Karena
itu guru tidak melakukan evaluasi lagi.
  Tindak  lanjut,  berupa  PR  baik mengerjakan  soal-soal  dari  buku
yang ada ataupun membuat rangkuman dari buku yang dibacanya.