Jumat, 18 Februari 2011

Referensi Skripsi ( PTK )

Dibawah ini ada beberapa link skripsi PTK dari teman2 di UKSW Salatiga

Ini hanya Referensi bukan publikasi...

Jadi untuk dipergunakan sebagai mana mestinya...

http://www.4shared.com/file/ovsAUkkK/PTK__kethip.html
http://www.4shared.com/document/dBNcJmub/PTK__towo.html
http://www.4shared.com/file/tBCdfFZP/PTK__VITA_1.html
http://www.4shared.com/file/soz6gjck/PTK_.html
http://www.4shared.com/file/G3u1w9po/PTK_ADI_292008345.html
http://www.4shared.com/file/SCYFYKkf/PTK_Ahmad_Yunus.html
http://www.4shared.com/file/I49oOqNc/PTK_Alur.html
http://www.4shared.com/file/K-wUeoUz/PTK_Aris_Pristiwati.html
http://www.4shared.com/document/JVtKsTln/PTK_Diah_Nugraheni.html
http://www.4shared.com/file/Gre7Zvsv/PTK_dona282008121.html
http://www.4shared.com/file/9AUE-tk4/PTK_Hastuti_Sarwo_Rini.html
http://www.4shared.com/file/u6aCZSzf/PTK_NIA_JADI.html
http://www.4shared.com/file/JS5ClXAl/PTK_rania.html
http://www.4shared.com/file/Ekv45XWw/PTK_RANIYATI_LASTARI.html
http://www.4shared.com/file/7fIXjf_k/PTK_SkRiepZy_SaNTy2.html
http://www.4shared.com/file/4BaH08Qf/PTK_SLAMET_PRAYOGA.html
http://www.4shared.com/file/zAKJ4LRw/PTK_Tuti_Ambarwati.html
beberapa link masih menunggu..

Berbagai kegiatan di SD N 2 Ketro



























Pendidikan Dan Perspektif Budaya

A.  Pengertian Kebudayaan
Apakah kebudayaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini kita kaji uraian
berikut ini.
Kebudayaan berasal dari kata  cultuur (bahasa Belanda) Culture (bahasa
Inggris), colere (bahasa latin) yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan
dan mengembangkan. Kebudayaan juga berasal dari buddhayah (bahasa
sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Sedangkan pendapat yang lain menyatakan budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk = budi daya, yang berarti daya dari budi yang
berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta , rasa,
karsa.
Lebih lanjut kehidupan dapat diartikan hasil usaha untuk mencukupi
semua kebutuhan hidupnya (Ahmadi 2004:58).
Menurut E.B. Tylor dalam Ahmadi (2004:172) kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota  masyarakat. Dari definisi tersebut,
kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-
caracara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Ahmadi
(2004:173) kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai
alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut  kebudayaan dapat ditafsirkan sebagai
hasil cipta rasa dan karya manusia yang dijunjung tinggi.

B.  Pendidikan Merupakan Bagian Integral Dari Kebudayaan
Berkaitan dengan pendidikan bahwa kebudayaan sebagai suatu pola dan
hasil tingkah laku yang dipelajari oleh semua anggota masyarakat tertentu.
Sebagai suatu hasil kebudayaan juga ditransmisikan dari generasi tua kepada
generasi muda. Selain kebudayaan yang ada, ditransmisikan melalui pendidikan
tetapi juga ada perubahan-perubahan  sesuai dengan kondisi baru, sehingga
terbentuklah pola tingkah laku baru, nilai-nilai dan norma-norma baru yang
sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat (Wardani, 1999:4.5).
Menurut uraian di atas dapat ditafsirkan bahwa dengan pendidikan
kebudayaan dapat diwariskan dan dengan pendidikan kebudayaan dapat
diperbarui sesuai dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat.
Lebih lanjut secara jelas disebutkan bahwa pendidikan itu merupakan
bagian dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.2). Pendidikan itu merupakan bagian
integral dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.9).
Menurut UU Nomor 4 tahun 1950  juncto nomor 12 tahun 1954 tentang
Dasar-Dasar Pendidikan dan pengajaran  di sekolah pada bab III pasal 4 dari
pendidikan dan pengajaran adalah asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan
UUD negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Demikian juga menurut UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Indonesia dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila
dan UUD 1945. Dari uraian di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pendidikan
nasional Indonesia berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia sebab pendidikan
nasional Indonesia berakar pada kebudayaan Indonesia.

C.  Ciri Khusus Agar Pendidikan Menjadi Pusat Kebudayaan
Ciri khusus agar pendidikan menjadi pusat kebudayaan adalah : (1) dapat
meningkatkan mutu, (2) dapat menciptakan masyarakat belajar, (3) dapat menjadi
teladan masyarakat sekitarnya, (4) dapat membentuk manusia seutuhnya
(Parsono dkk, 1990:4.16)
1.  Peningkatan mutu pendidikan
Agar peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal maka perlu
diperhatikan antara lain :
a.  Tujuan, Tujuan pendidikan harus dirumuskan secara jelas baik tujuan
institusional, tujuan kurikulum, tujuan institusional maupun tujuan
instruksional. Semua tujuan harus dirumuskan secara jelas, tepat dan
berdasarkan kompetensi.
b.  Materi pelajaran, materi pelajaran yang berbentuk pengetahuan, sikap dan
ketrampilan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai
tujuan kompetensi, isi materi pelajaran harus disusun sedemikian rupa
untuk menemukan sesuatu. Organisasi materi harus dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk menganalisis, menyimpulkan, berbuat
sesuatu dan mengerjakan sesuatu.
c.  Metode pengajaran harus bervariasi, dapat meningkatkan siswa untuk
berdiskusi, berlatih, berpikir ilmiah, dapat menemukan sesuatu sendiri,
belajar bekerja sama.
d.  Kemampuan yang telah dimiliki siswa (entry behavior) diperhatikan.
Metode dan materi pengajaran disesuaikan kemampuan siswa.
e.  Fasilitas dan perlengkapan yang memadai sehingga dapat mendukung
terjadinya proses belajar mengajar yang optimal.
2.  Menciptakan Masyarakat Belajar
Pendidikan hendaknya dapat menciptakan siswa agar ada upaya untuk selalu
ingin tahu dan juga agar tercipta keinginan belajar sepanjang hayat.
3.  Sekolah dapat menjadi teladan dari masyarakat
Jika sekolah dapat menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya, maka sekolah
dapat menjadi pusat kebudayaan.
4.  Membentuk manusia Indonesia seutuhnya Menurut UU No. 2 tahun 1989 bab II pasal 4 ciri-ciri seutuhnya adalah : (1)
manusia yang beriman, (2) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (3)
memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (4) kepribadian yang mantap dan
mandiri, (5) serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Parsono dkk, 1990:4.7).

D.  Pendidikan Merupakan Sarana Untuk Pembudayaan
Melalui pendidikan merupakan sarana untuk membudayakan anak. Hal
ini tercermin dari fungsi sekolah adalah mentransformasikan nilai budaya dari
satu generasi ke generasi lainnya. Lebih lanjut hubungan sekolah dengan
masyarakat merupakan hubungan transformatif. Artinya sekolah memiliki
kewajiban untuk mensosialisasikan nilai-nilai atau norma-norma yang ada di
masyarakat kepada anak didik dengan berbagai perubahan-perubahan sebagai
hasil perbaikan dari kekurangan yang ada. Dalam arti positif pendidikan dapat
dipandang sebagai kegiatan inovasi (Sunaryo dan Nyoman Dantes,
1996/1997:40).
Dari uraian tersebut di atas dimaksudkan melalui pendidikan di sekolah,
pendidikan dalam rumah tangga maupun pendidikan di luar sekolah dapat
dipakai sebagai sarana untuk pembentukan kebudayaan. Dari pengertian tersebut
dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk pembudayaan.

E.  Peranan Sekolah Dalam Hal Kebudayaan
1.  Peranan Sekolah Sebagai Pewaris
Kebudayaan seperti telah dibahas terdahulu, yaitu hasil cipta, karsa
dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah
laku yang dipelajari dan dimiliki semua anggota masyarakat tertentu dan
dijunjung tinggi. Hasil cipta, karsa dan karya manusia yang memiliki nilai
dan dijunjung tinggi tidak dengan sendirinya dimiliki oleh anak didik tanpa
diajarkan (ditransmisikan) kepada anak atau dipelajari oleh anak tersebut.
2.  Peranan Sekolah Sebagai Pemelihara
Nilai-nilai budaya yang tinggi dan pantas untuk dilestarikan, maka
sekolah perlu memelihara, sedangkan budaya yang tidak perlu seperti
egosentris (mementingkan diri sendiri) lambat laun harus dikurangi.
3.  Peranan Sekolah Sebagai Pembaru Kebudayaan
Selain peranan sekolah sebagai pemelihara dan pewaris nilai-nilai
budaya, juga sebagai pembaru (inovatif). Budaya yang sudah tidak sesuai
dengan keinginan atau kehendak masyarakat dihilangkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak masyarakat dijaga dan dikembangkan, sehingga
timbul budaya-budaya baru di kemudian hari.

PENGERTIAN DAN PENDEKATAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

A.  Pengertian Sosiologi Pendidikan
Apakah sosiologi pendidikan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini ada
beberapa hal yang perlu dicermati,  diantaranya sebagai berikut: Sosiologi
pendidikan berasal dari kata sosiologi dan pendidikan, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur
sosialnya (Pidarta, 2000:145), Jadi sosiologi dapat ditafsirkan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu
wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Menurut Mayor Polak dalam Gunawan (2000:3) disebutkan bahwa
sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai
keseluruhan, yakni hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis
maupun dinamis. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
dalam Gunawan (2000:3) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Menurut H.P. Fairchild dalam Ahmadi (2000:1) Sosiologi Pendidikan
adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang fundamental. Secara etimologi sosiologi pendidikan terdiri
7 sosiologi dan pendidikan, yang berarti aspek-aspek sosiologi dikaitkan dengan
masalah-masalah pendidikan.
Menurut Charles A. Ellwood dalam Ahmadi (2000:7) Sosiologi
pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju untuk melahirkan
maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses
pendidikan dan proses sosial.
Menurut Wuraji dalam Pidarta (2000:146) sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat ditafsirkan bahwa sosiologi
pendidikan adalah aspek-aspek sosiologi yang diterapkan pada masalah-masalah
pendidikan yang fundamental.
Kaitan antara sosiologi pendidikan dengan sosiologi, ilmu pendidikan dan
kelompok
Gambar 1 Sosiologi Pendidikan dalam kelompok ilmu-ilmu sosial (Dirujuk dari
Ravik Karsidi, 2005:2)
Mengapa dalam pendidikan terdapat aspek-aspek sosiologis sebab situasi
pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial. Hubungan dan
pergaulan sosial yang ada dalam pendidikan (sekolah) antara lain terjadi antara
pendidik dengan pendidik, pendidik dan anak didik, anak didik dengan anak
didik, pendidik dengan pegawai, pegawai dengan pegawai, anak didik dengan
pegawai.
Mengapa guru dan calon guru perlu memahami hal-hal yang berkaitan
dengan sosiologi? Hal ini disebabkan antara lain:
1.  Bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif. Perubahan
yang cepat menimbulkan adanya cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat
adanya hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan paham sesuatu yang
menimbulkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Masalah yang timbul


tidak dapat diatasi oleh lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu para ahli
sosiologi diharapkan dapat mengembangkan pemikirannya untuk ikut
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
2.  Guru selain sebagai administrator,  informatory dan pemimpin, maka harus
berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Kepribadian guru dapat
mempengaruhi suasana kelas/sekolah, baik kebebasan yang dinikmati anak
dalam mengeluarkan pendapatnya dan mengembangkan kreatifitasnya
ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dan pengembanga
kepribadiannya. Kebebasan guru juga dibatasi oleh atasannya (kepala
sekolah, pemilik, kepala Dinas sangsi menteri), keseluruhannya dipengaruhi,
dibatasi, serta diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan di sekolah dipengaruhi berbagai faktor antara ;ain menyangkut
usaha murid, guru, orang tua, interaksi antara murid dengan murid serta
lingkungan sosialnya baik yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah.

Anak memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya menyangkut bakat,
kemampuan pembawaannya, karena dipengaruhi lingkungan sosial yang
berlainan. Untuk itu sudah sewajarnya bila seorang guru harus berusaha
menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, hubungan manusia dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Bagaimana perkembangan sosiologi pendidikan? Untuk menjawab
permasalahan ini kita kaji bersama hal-hal sebagai berikut. Perkembangan
sosiologi pendidikan di mulai oleh Jhon Dewey yang menerbitkan buku “School
and society” tahun 1899. selanjutnya pada tahun 1920, F. R. Clow David
Inedden, Ross Finney, C.C. Petrus, C.L. Robbius, E. R. Groves dan lain-lain
meneruskan jalan pikiran tersebut di atas dan menekankan pentingnya nilai sosial
pendidikan. Sosiologi pendidikan dikuliahkan pertama kali oleh Henry Awazalo
tahun 1910 di Teaher College, Universitas Columbia. Pada tahun 1916 di
Universitas New York dan Columbia didirikan jurusan sosiologi pendidikan.
Himpunan untuk studi sosiologi pendidikan dibentuk pada konggres himpunan
sosiologi Amerika pada tahun 1923. Sejak tahun 1928 terbitlah The Jurnal of
educational Sociology di bawah pimpinan E. George Payne. Majalah social
education mulai terbit tahun 1936. Sejak tahun 1940 dalam Review of
Educational research dimuat artikel-artikel yang mempunyai hubungan dengan
sosiologi pendidikan. Pada tahun 1967 sosiologi pendidikan diberikan pertama
kali di IKIP Negeri Yogyakarta jurusan Didaktik kurikulum.
 B.  Pendekatan Sosiologi Pendidikan
Pendekatan sosiologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan
yaitu pendekatan individu, pendekatan sosial dan pendekatan interaksi.
1.  Pendekatan individu
Individu merupakan bagian dari kelompok atau masyarakat dengan
kata lain bahwa individu merupakan pembentuk kelompok. Apabila kita
dapat memahami tingkah laku individu satu persatu bagaimana cara
berpikirnya, perasaannya, kemauannya, perbuatannya, mentalitasnya dan
seterusnya, maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok,
bagaimana mentalita kelompok.
Individu dipengaruhi oleh faktor intern meliputi faktor-faktor biologis
dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan
fisik dan lingkungan sosial (Ahmadi, 2000:27).
Pada bagian ini yaitu individu dibahas tentang faktor biologis pada tingkah
laku manusia dan faktor psikologis pada tingkah laku manusia.
a.  Faktor biologis pada tingkah laku manusia
Menyangkut keadaan biologis manusia dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia, dapat ditemukan antara lain:
Penyelewengan nasionalisme yang ekstrim seperti yang dianut Hitler,
bahwa ras Arya dari Jerman sebagai ras yang super, melebihi ras-ras yang
lain. Ras kulit putih menganggap bahwa ras kulit hitam memiliki
intelegensi yang rendah. Tetapi dalam penyelidikan-penyelidikan
membuktikan bahwa tinggi rendahnya Intelegensi tidak tergantung pada
asal ras, tetapi dipengaruhi faktor  milieu fisik dan kultural pada
masyarakat. Bangsa kulit berwarna belum maju karena berkaitan dengan
kebebasan, fasilitas ekonomi, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial
yang luas dan keagamaan.
Hal yang lain misalnya menyangkut makanan yang berkaitan dengan
protein, jaringan otak dan saraf-sarafnya berasal dari protein, orang yang
jaringan otaknya tumbuh secara baik karena protein, maka perkembangan
Intelegensinya juga baik.
b.  Faktor psikologis pada tingkah laku manusia
Unsur kejiwaan atau psikologis dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia. Hal ini dipertegas sesuai pendapat Ahmadi (2000:36) yang
menyatakan bahwa:
“Faktor-faktor hereditair, misalnya  pembawaan, bakat dan sebagainya,
yang harus kita akui sebagai kekuatan potensial, kekuatan yang  latent, kekuatan-kekuatan potensial mana baru dapat diaktuilkan, baru dapat
dimanifestasikan kalau faktor-faktor  milieu, faktor-faktor lingkungan
sekitar mengijinkan, memberi kesempatan dan fasilitas yang mencukupi
adanya”.
Dari pendapat tersebut dapat memperjelas bahwa aktualitas seseorang
yang berwujud tingkah laku dipengaruhi adanya unsur kejiwaan berupa
hereditas dan juga faktor lingkungan (milieu).
2.  Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial menekankan pada masyarakat dan pengaruh
geografi. Di masyarakat terjadi individu berhubungan dengan individu dan
juga menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial. Sedangkan interaksi dan
proses sosial didasari oleh fakta-fakta sebagai berikut: 1) imitasi; 2) sugesti;
3) identifikasi; simpati (Pidarta, 2000:147).
Imitasi adalah peniruan, misalnya anak meniru gurunya yang
berpakaian rapi. Tetapi anak tidak meniru orang lain yang gemar minum-
minuman keras. Meniru guru yang berpakaian rapi merupakan imitasi
terhadap hal yang positif. Kalau anak ikut-ikutan minum-minuman keras
terhadap temannya maka itu merupakan imitasi yang negatif.
Sugesti adalah jika anak menerima atau tertarik pada pandangan atau
sikap orang lain, ini dilakukan tanpa adanya kritik atau pertimbangan yang
rasional. Identifikasi adalah keinginan untuk menggunakan dirinya kepada
orang lain yang dianggap memiliki keistimewaan atau kelebihan.
Simpati yaitu tertariknya orang satu terhadap orang lain. Timbulnya
simpati karena berdasarkan penilaian perasaan.

3.  Pendekatan Interaksi
Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan
sosial antara individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat
dan sebaliknya. Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi syarat: 1)
kontak sosial, 2) komunikasi (Pidarta, 2000:149).

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:
1.  Kontak antar individu, misalnya antara anak dengan ibu di rumah, anak
dengan anak, anak dengan guru di sekolah.
2.  Kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya, contohnya
antara anak dengan kelompok remaja masjid atau gereja. 3.  Kontak antar kelompok, contohnya antara kelompok orang tua murid
dengan guru-guru.
 Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Adapun alat-alat
komunikasi antara lain : melalui pembicaraan, melalui mimik dengan
lambang-lambang misalnya mengacungkan ibu jari, melalui alat-alat
misalnya melalui media cetak dan elektronik.
Sampai di sini Anda telah mempelajari dan menyelesaikan kegiatan
belajar sub unit I (satu). Tentu Anda telah menguasai uraian di atas. Untuk
mengetahui pemahaman Anda, kita kerjakan latihan berikut ini:

Jumat, 11 Februari 2011

RPP, SILABUS, PROMES (Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi)

Di bawah ini ada beberapa link yang bisa untuk download RPP, Silabus dan Promes terbaru dimana RPP sudah ada 3 kegiatan yaitu Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi...
Untuk kelas I mpe III udah tematik dari RPP, Silabus dan Promesnya....
Silahkan di download.... GRATISSSSSSSSSSSSSSS.......

 http://www.4shared.com/file/3m_oHv-q/dona_TEMATIK_1.html
http://www.4shared.com/file/wbuGPUYI/dona_TEMATIK_2.html
http://www.4shared.com/file/zhG8QXjt/dona_KELAS_IV.html
http://www.4shared.com/file/RlUblbBl/dona_TEMATIK_3.html
http://www.4shared.com/file/g3Z2MwiI/dona_KELAS_V.html
http://www.4shared.com/file/2xU_oHkm/dona_KELAS_VI.html

Pastikan PC anda ada Program Winrar.... Otey..
Terima Kasih.....

Metode Eksperimen, Pembelajaran Unit dan Pembelajaran dengan Modul

1.  Metode Eksperimen
a.  Pengertian
Sagala  (2006),  Sumantri  dan  Permana  (1998/1999)  menyatakan  bahwa
eksperimen  adalah  percobaan  untuk  membuktikan  suatu  pertanyaan  atau
hipotesis  tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu  laboratorium atau
diluar  laboratorium.  Sedangkan  metode  eksperimen  dalam  pembelajaran
adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan  sendiri  suatu pertanyaan  atau hipotesis  yang
dipelajari.
Dalam  proses  pembelajaran  dengan  metode  eksperimen  siswa  diberi
kesempatan  untuk  mengalami  sendiri  atau  melakukan  sendiri,  mengikuti
proses,  mengamati  suatu  obyek,  menganalisis,  membuktikan  dan  menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan
guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen
itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.
b.  Tujuan
Apa tujuan metode eksperimen ? Metode eksperimen bertujuan agar :
1)  Siswa  mampu  menyimpulkan  fakta-fakta,  informasi  atau  data  yang
diperoleh.
2)  Siswa  mampu  merancang,  mempersiapkan,  melaksanakan  dan
melaporkan percobaannya.
3)  Siswa  mampu  menggunakan  logika  berpikir  induktif  untuk  menarik
kesimpulan  dari  fakta,  informasi  atau  data  yang  dikumpulkan  melalui
percobaan.
4)  Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.
c.  Alasan Penggunaan Metode Eksperimen
Apa  alasan  guru  menggunakan  metode  eksperimen  ?  Beberapa  alasan
penggunaan metode eksperimen adalah :
1)  Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah.  2)  Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.
3)  Dapat  mengembangkan  sikap  dan  perilaku  kritis,  tidak  mudah  percaya
sebelum   ada bukti-bukti nyata.
d.  Kekuatan dan Kelemahan Metode Eksperimen
1)  Kekuatan Metode Eksperimen
a)  Membuat  siswa  percaya  pada  kebenaran  kesimpulan  percobaannya
sendiri daripada  menurut cerita orang atau buku.
b)  Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan
melalui percobaan yang dilakukannya.
c)  Dapat  digunakan  untuk  melaksanakan  prosedur  metode  ilmiah  dan
berpikir ilmiah.
d)  Hasil  belajar  dikuasai  siswa  dengan  baik  dan  tahan  lama  dalam
ingatan.
e)  Menghilangkan verbalisme.
2)  Kelemahan Metode Eksperimen
a)  Memerlukan  peralatan  dan  bahan  percobaan  yang  lengkap  serta
umumnya mahal.
b)  Dapat  menghambat  lajunya  pembelajaran  sebab  eksperimen
umumnya memerlukan waktu lama.
c)  Kesalahan  dalam  eksperimen  akan  berakibat  pada  kesalahan
kesimpulannya.
d)  Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen.
e.  Cara Mengatasi Kelemahan Metode Eksperimen
  Bagaimana  cara  menguasai  kelemahan  metode  eksperimen  ?  Ada
beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode eksperimen.
1)  Guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan
eksperimen.
2)  Guru  harus menjelaskan  prosedur  eksperimen,  bahan-bahan  eksperimen
yang  diperlukan,  peralatan  yang  diperlukan  dan  cara  penggunaannya,
variabel  yang  perlu  dikontrol,  dan  hal  yang  perlu  dicatat  selama
eksperimen.
3)  Mengawasi  pelaksanaan  eksperimen  dan  memberi  bantuan  jika  siswa
mengalami kesulitan.
4)  Meminta  setiap  siswa  melaporkan  proses  dan  hasil  eksperimennya,
membanding-bandingkannya  dan  mendiskusikannya,  untuk  mengetahui
kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi.   f.  Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Eksperimen

  Apa saja langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen ?
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen tersebut meliputi:
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Merumuskan  tujuan pembelajaran yang  ingin dicapai dengan metode
eksperimen.
b)  Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen.
c)  Menyiapkan  alat,  sarana    dan  bahan  yang  diperlukan  dalam
eksperimen.
d)  Menyiapkan  panduan  prosedur  pelaksanaan  eksperimen,  termasuk
Lembar Kerja Siswa (LKS).
2)  Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a)  Kegiatan Pembukaan
  Menanyakan  materi  pelajaran  yang  telah  diajarkan  minggu  lalu
(opersepsi).
  Memotivasi  siswa  dengan mengemukakan  ceritera  anekdot  yang
ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
  Mengemukakan  tujuan  pembelajaran  yang  ingin  dicapai,  dan
prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b)  Kegiatan Inti
  Siswa  diminta membantu menyiapkan  alat  dan  bahan  yang  akan
dipakai dalam eksperimen.
  Siswa melaksanakan  eksperimen  berdasarkan  panduan  dan  LKS
yang telah disiapkan guru.
  Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
  Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.  
c)  Kegiatan Penutup
  Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
  Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.
  Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi
eksperimen untuk mengulang  lagi  eksperimennya, dan bagi  yang
sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
 2.  Metode Pembelajaran Unit
a.  Pengertian
Taredja, dkk.  (1980), dan Sumantri dan Permana  (2006) menyatakan bahwa
metode  pengajaran  unit  adalah  suatu  cara  pembelajaran  dimana  siswa  dan
guru mengarahkan  segala kegiatannya pada pemecahan  suatu masalah  yang
dipelajari melalui berbagai  segi yang berhubungan,  sehingga pemecahannya
secara  keseluruhan  dan  bermakna.  Pengajaran  unit  ini  sekarang  dinamakan
pembelajaran terpadu.
Menurut  Sumantri  dan  Permana  (1998/1999)  terdapat  beberapa  jenis
keterpaduan  dalam  pembelajaran  terpadu  :  (1) Keterpaduan  antara  dua  atau
lebih  masalah,  konsep,  keterampilan,  tugas,  atau  ide-ide  lain  dalam  satu
bidang  studi,  (2) Keterpaduan beberapa  topik atau  sub  tema dalam berbagai
bidang  studi  (model  jaring  laba-laba/webbed  model)  dan  (3)  lintas  bidang
studi  yaitu  pemecahan masalah  yang melibatkan  adanya  prioritas  kurikuler
dan  menemukan  pengetahuan  atau  konsep,  keterampilan  dan  sikap  yang
tumpang tindih dari beberapa bidang studi.    
b.  Tujuan
Sumantri  dan  Permana  (1998/1999)  mengemukakan  tujuan  metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1)  Melatih  siswa  berpikir  komprehensif  dengan  cara  mengkaji  dan
memecahkan masalah dari berbagai disiplin ilmu atau aspek.
2)  Melatih  siswa  menggunakan  keterampilan  proses  atau  metode  ilmiah
dalam pemecahan masalah.
3)  Membentuk  sikap  kritis,  kerjasama,  rasa  ingin  tahu, menghargai  waktu
dan menghargai pendapat orang lain.
4)  Melatih  siswa  agar  memiliki  kemampuan  merencanakan,
mengorganisasikan dan memimpin suatu kegiatan.
5)  Mengembangkan keterampilan berkomunikasi. c.  Alasan menggunakan Metode Pembelajaran Unit
Sumantri dan Permana  (1998/1999) memberi alasan mengapa guru memilih
menggunakan metode pembelajaran unit sebagai berikut :
1)  Dalam kurikulum terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lain,
atau  antara  bidang  studi  satu  dengan  bidang  studi  lainnya  dalam  suatu
pemecahan  masalah,  sehingga  perlu  ada  satu  metode  yang  dapat
menciptakan kesatuannya.
2)  Dapat memberikan pengalaman belajar  tentang pemecahan masalah dari
berbagai disiplin ilmu.
3)  Dapat melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam kegiatan
pembelajaran.
d.  Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1)  Kekuatan Metode Pembelajaran Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kekuatan metode pembelajaran unit
sebagai berikut :
a)  Siswa dapat belajar  secara keseluruhan  (utuh). Semua  atau beberapa
mata pelajaran dipadu jadi satu dalam satu masalah. Dengan demikian
ilmu-ilmu yang ada dihayati secara utuh.
b)  Pelajaran  menjadi  lebih  berarti.  Kalau  pada  pelajaran  tradisional
semua siswa harus melakukan apa yang diajarkan seperti apa adanya,
maka dalam pembelajaran  terpadu,  siswa belajar  sesuai minat, bakat
dan  tingkat  perkembangannya.  Karena  itu  siswa  belajar  lebih
bemakna.
c)  Situasi  kelas  lebih  demokratis. Hal  ini  dimungkinkan  karena  prinsip
dari pembelajaran  terpadu adalah perencanaan bersama, dilaksanakan
oleh  siswa,  guru  hanya  sebagai  pembimbing.  Karena  itu  suasana
belajar menjadi lebih demokratis.
d)  Digunakannya  asas-asas  didaktik  secara  lebih  wajar.  Asas-asas
didaktik  seperti  peragaan,  minat,  kerja  kelompok,  kerjasama,  kerja
sendiri, dan sebagainya benar-benar dimanfaatkan.
e)  Digunakannya prinsip-prinsip psikologi belajar modern, seperti minat
anak berhubungan pengalamannya, anak mempersepsi lingkungannya
secara  keseluruhan  tidak  terpisah-pisah,  anak  yang  sehat  selalu  aktif
bergerak  melakukan  sesuatu,  dan  siswa  SD  perkembangan
kognitifnya  masih  ada  pada  phase  operasional  konkrit.  Dalam
pembelajaran terpadu ini semua diakomodasikan.
 2)  Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
Taredja,  dkk.  (1980)  mengemukakan  kelemahan  metode  pembelajaran
unit, antara lain :
a)  Memilih  pokok  masalah  yang  akan  dijadikan  unit  bukan  suatu
pekerjaan yang mudah.
b)  Melaksanakan  pembelajaran  unit  menuntut  kecakapan  tersendiri,
sedangkan guru belum semuanya mampu menyelenggarakannya.
c)  Memerlukan ketekunan, pekerjaan dan waktu yang lebih banyak.
d)  Karena  melibatkan  banyak  siswa  maka  dimungkinkan  memerlukan
biaya yang lebih banyak.  
e.  Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1)  Kesulitan  dalam  memilih  pokok  masalah  dapat  diatasi  dengan  cara
membentuk  tim  atau  panitia. Melalui  rapat  tim  atau  panitia  yang  terdiri
dari  beberapa  guru  dapat  dirumuskan masalah  yang  hangat  dan  relevan
dengan kurikulum dan tingkat perkembangan siswa.
2)  Kesulitan guru karena dalam pembelajaran unit diperlukan banyak waktu
energi  dan  biaya,  maka  pembelajaran  unit  dapat  dicarikan  waktu  yang
luang dan dilaksanakan  secara block waktu  (tak ada kegiatan  lain  selain
pembelajaran  unit).  Masalah  biaya  dapat  diatasi  dengan  memasukkan
biaya pembelajaran unit ke DUK sekolah atau sumber lain yang halal.
3)  Masalah  kedangkalan  pelajaran  dapat  diatasi  dengan  perencanaan  yang
matang jangan asal-asalan saja.

f.  Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Unit
Bagaimana  cara melaksanakan pembelajaran dengan metode unit ? Taredja,
dkk  (1980)  mengemukakan  langkah-langkah  pembelajaran  dengan  metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Menjelaskan  kepada  siswa  tentang  bagaimana  cara  melaksanakan
pembelajaran dengan metode unit.
b)  Guru bersama siswa menetapkan pokok masalah yang akan dijadikan
unit.  Pokok  masalah  itu  hendaknya  sesuai  dengan  minat  dan  latar
belakang  siswa,  sesuai  dengan  kurikulum  dan  kebutuhan  siswa,  dan
sesuai  dengan  ketersediaan  sumber  baik  buku,  para  ahli  maupun
instansi. c)  Guru  dan  siswa  menetapkan  aspek-aspek  pokok  masalah  dan  mata
pelajaran-  mata  pelajaran  yang  ikut  serta  pada  pemecahan  pokok
masalah tersebut.
d)  Guru  bersama  siswa menetapkan  tujuan  instruksional  khusus  (TIK)
untuk setiap aspek masalah.
e)  Guru  dan  siswa  menetapkan  kelompok-kelompok  kerja  dan  tugas-
tugasnya. Biasanya  jumlah kelompok disesuaikan dengan banyaknya
aspek masalah/unit.
f)  Guru  dan  siswa  menetapkan  organisasi  kelas  :  ketua,  wakil  ketua,
sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan sebagainya. Organisasi ini yang
akan mengelola penyelesaian kegiatan unit.
g)  Guru dan siswa menetapkan jadwal kegiatan, sasaran, target, dan tata
tertib yang harus dipatuhi selama pembelajaran unit ini.
2)  Kegiatan Pelaksanaan
a)  Kegiatan Persiapan
  Guru menanyakan materi pelajaran sebelumnya.
  Guru berceritera  tentang kehidupan di masyarakat yang berkaitan
dengan  materi  pelajaran  yang  akan  diajarkan  melalui
pembelajaran unit.
  Guru mengingatkan kembali  tentang TIK  yang  telah dirumuskan
dan bagaimana penyelesaiannya oleh kelompok.
b)  Kegiatan Inti
  Para  siswa  mengatur  tempat  mereka  belajar  /  bekerja,  apakah
tempat belajar itu di dalam kelas maupun di luar kelas.
  Mempelajari  sesuatu  sesuai  dengan  tugas  masing-masing,
misalnya  :  melakukan  percobaan-percobaan,  mengerjakan  soal-
soal, menggambar, mempelajari  nyanyian, mengunjungi  tempat-
tempat  yang  telah  direncanakan,  mengikuti  ceramah  dari  nara
sumber, dan sebagainya
  Dalam  rangka  penyelesaian  tugas,  siswa  mengadakan  diskusi,
mengatur bahan, dan berkoordinasi dengan kelompok lain.
  Menyiapkan  laporan  kelompok  untuk  disajikan  pada  laporan
kelompok sewaktu diadakan pleno.
  Laporan kelompok yaitu laporan lisan dan tertulis yang dilakukan
oleh  setiap kelompok dalam  sidang pleno,  sehingga  semua  siswa
dapat belajar dari kelompok lain.   Pameran.  Setelah  laporan  kelompok  selesai,  kegiatan  berikutnya
adalah melakukan pameran. Yang dipamerkan adalah semua yang
telah dihasilkan oleh kelompok. Pameran dapat berbentuk :
─  Statis,  yaitu  pameran  tentang  karya  belajar  yang  berwujud
laporan tertulis/paper, gambar-gambar, hasil pekerjaan tangan,
hasil memasak, grafik, bagan, dan sebagainya.
─  Dinamis,  yaitu  pameran  tentang  hasil  belajar  yang  berupa
pementasan  sandiwara, pembacaan puisi, pagelaran  seni  (tari,
nyanyi, dan sebagainya), pidato dan sebagainya.
Dalam  pameran  ini  dapat  diundang  siswa  dari  sekolah  lain,
instansi  lain  yang  berkaitan  dengan  pendidikan,  dan  terutama
adalah orang tua siswa.
c)  Kegiatan Penutup
  Guru  meminta  siswa  merangkum  hasil  belajar  melalui  kegiatan
dalam metode pembelajaran unit.
  Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pelaksanaan
pembelajaran melalui metode pembelajaran unit.
  Tindak  lanjut,  yaitu menjelaskan  kembali materi  pelajaran  yang
belum  dikuasai  siswa  dan  menugasi  untuk  memperdalam
penguasaan materi pelajaran melalui Penugasan Rumah (PR). 3.  Metode Pengajaran dengan Modul
a.  Pengertian
Russel  (dalam Mainuddin  dan  Gunawan,  1980)  menyatakan  bahwa  modul
adalah  suatu  paket  pembelajaran  yang  membicarakan  satu  satuan  konsep
tunggal mata  pelajaran.  Hal  ini  dalam  usaha  untuk mengindividualisasikan
belajar dengan memberi kemampuan  siswa menguasai  satu unit  isi  sebelum
pindah ke unit yang lain. Metode  pembelajaran  dengan  modul  merupakan  salah  satu  bentuk  dari
bentuk-bentuk  belajar  mandiri.  Sagala  (2006)  mengemukakan  ada  empat
bentuk  belajar  mandiri  yaitu  :  (1)  self  instruction  semacam  modul,  (2)
independent  study,  (3)  individualized  prescribed  instruction,  dan  (4)  self
package learning.
Russel  (dalam  Mainuddin  dan  Gunawan,  1980)  mengemukakan  8
karakteristik umum modul, yaitu :
1)  Self  contained,  atau  self  instructional  packages. Modul  itu  merupakan
satuan paket bahan pelajaran yang lengkap untuk belajar sendiri.
2)  Memperhitungkan  perbedaan  individu.  Siswa  bebas menentukan  sendiri
proses belajarnya.
3)  Tujuan  pembelajaran  dirumuskan  secara  eksplisit  dan  spesifik  dalam
perumusan tingkah laku yang bisa diukur.
4)  Adanya  asosiasi,  struktur  dan  urutan  yang  disajikan.  Ide-ide  dasar
disajikan lebih dulu.
5)  Pemakaian bermacam-macam media.
6)  Partisipasi aktif siswa. Siswa belajar sendiri dari modul.
7)  Reinforcement  langsung.  Dalam  modul,  reinforcement  segera  didapat
setelah siswa menunjukkan respon yang disetujui.
Komponen modul yang pernah dikembangkan oleh Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan  (PPSP)  meliputi  :  petunjuk  guru,  lembar  kegiatan  siswa,
lembar kerja siswa, kunci  jawaban untuk  lembar kerja,  lembar penilaian/tes,
dan kunci jawaban untuk lembar tes.
b.  Tujuan
Metode pembelajaran dengan modul bertujuan :
1)  Agar siswa aktif belajar secara mandiri.
2)  Agar  siswa  terbiasa mengontrol  kecepatan  dan mengevaluasi  belajarnya
sendiri.
3)  Memberi  reinforcement  secepatnya  setelah  siswa  selesai  mengerjakan
materi  modul  dengan  memperbolehkan  pindah  ke  modul  berikutnya.
Penguatan  ini  memotivasi  siswa  untuk  mengulang  kembali  perbuatan
belajarnya yang baik itu.
4)  Melatih  disiplin,  taat  peraturan  dan  petunjuk  yang  ada,  serta  melatih
kebiasaan mengoreksi diri sendiri dan kejujuran.
 c.  Alasan Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Modul
Mengapa  guru memilih metode  pembelajaran  dengan modul  ? Alasan  guru
adalah :
1)  Siswa dapat belajar lebih aktif dan mandiri (CBSA)
2)  Siswa dapat menyesuaikan diri dengan keunikan cara belajarnya masing-
masing.
3)  Siswa  dapat  berkembang  secara  optimal  sesuai  dengan  perbedaan
kemampuan, potensi dan kecepatan belajar masing-masing.
4)  Dimungkinkan untuk mendukung modul digunakan multi media, seperti ;
audio  visual,  internet,  web,  dan  sebagainya  sehingga  perbedaan-
perbedaan dan keunikan individu dapat diakomodasi.
5)  Dengan metode  pembelajaran  dengan modul mutu  proses  pembelajaran
dapat ditingkatkan.
6)  Dapat  mengatasi  kekurangan  guru,  dan  mengatasi  persoalan  jauhnya
tempat tinggal siswa dari kampus.
d.  Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1)  Kekuatan Metode Pembelajaran dengan Modul
a)  Ratio  guru  dan  siswa  dapat  ditingkatkan  menjadi  sekitar  1  :  200,
padahal dengan sistem biasa ratio tersebut adalah 1 : 40
b)  Siswa aktif belajar secara mandiri.
c)  Meningkatkan  kualitas  hasil  belajar,  karena  siswa  yang  belum
mencapai mastery  learning 80% harus mengkaji ulang materi modul
dan tes.
d)  Siswa  termotivasi  untuk  belajar  dengan  sungguh-sungguh  untuk
segera menyelesaikan modul yang ditargetkan.
2)  Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
a)  Ikatan  kelas  renggang,  belajar  bersama  berkurang,  padahal motivasi
belajar dipengaruhi pula oleh kebersamaan.
b)  Aspek estetis dan etis kurang diperhatikan.
c)  Kesulitan dalam menulis modul. Modul yang baik menuntut keahlian,
keterampilan dan pengalaman.
d)  Pembelajaran dengan modul umumnya kurang memperhatikan aspek
perasaan.  Manusia  dianggap  sebagai  mesin  yang  reaktif  terhadap
stimulus (modul) yang disajikan padanya.
e)  Cenderung untuk memuat materi yang banyak dalam modul, sehingga
memberatkan siswa. f)  Modul menuntut  siswa  pintar membaca  dengan  pemahaman,  hal  ini
menjadi hambatan bagi siswa yang kurang trampil membaca.
e.  Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1)  Perlu  dibuat modul  yang  penguasaannya  dilakukan melalui  diskusi  atau
kerja kelompok.
2)  Modul  harus  disusun  oleh  orang  yang  selain  ahli  dibidang mata  kuliah
juga berpengalaman dalam menulis modul.
3)  Materi  harus  disusun  berdasarkan  kompetensi  yang  ingin  dicapai  yang
telah dirumuskan dalam silabus mata kuliah.
4)  Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa baku, yaitu Bahasa  Indonesia
yang  baik  dan  benar.  Disamping  itu  tingkat  kesukaran  bahasa  perlu
disesuaikan dengan umur dan pengetahuan siswa.
f.  Langkah-langkah Pembelajaran dengan Modul
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Guru menyiapkan modul yang akan dipelajari oleh siswa dan berbagai
media pendukungnya. Untuk  ini guru harus mempunyai  arsip nomor
atau judul modul yang telah diselesaikan siswa.
b)  Guru membaca modul  yang  akan  diajarkan  agar  isi modul  dikuasai
sehingga  kalau  nanti  ada  siswa  bertanya  dapat memberi  penjelasan.
Disamping itu guru juga perlu menyiapkan pertanyaan apersepsi.
2)  Kegiatan Pelaksanaan
a)  Kegiatan Pembukaan
  Guru  menanyakan  isi  materi  modul  yang  telah  diselesaikan
(apersepsi).
  Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan atau cerita
anekdot yang berkaitan dengan materi modul yang akan dipelajari.
  Karena  tujuan  pembelajaran  telah  ditulis  dalam  modul,  maka
dalam  acuan  ini  guru  cukup memberi  petunjuk  untuk membaca
tujuan  pembelajaran  yang  ada  dalam modul,  begitu  pula  halnya
dengan petunjuk cara pengerjaan modul.
b)  Kegiatan Inti
  Guru meminta siswa menyiapkan dan mempelajari modul.
  Guru mengawasi kegiatan belajar siswa.
  Guru  sebagai  fasilitator membantu  siswa memecahkan  kesulitan
belajar, pengarah diskusi (jika diperlukan), dan sebagainya.   Menentukan  langkah  selanjutnya  setelah  siswa  menyelesaikan
modulnya, misalnya memberi modul  pengayaan  bagi  siswa  yang
telah  mencapai  belajar  tuntas  80%,  dan  meminta  siswa
mempelajari lagi modul jika hasil tes formatif kurang dari 80%.
c)  Kegiatan Penutup
  Memberi  kesempatan  siswa  membuat  rangkuman  pokok-pokok
materi yang dipelajari dari modul.
  Evaluasi  telah dilaksanakan  sewaktu mempelajari modul. Karena
itu guru tidak melakukan evaluasi lagi.
  Tindak  lanjut,  berupa  PR  baik mengerjakan  soal-soal  dari  buku
yang ada ataupun membuat rangkuman dari buku yang dibacanya.

Metode kerja kelompok, karya wisata dan penemuan

1.  Metode Kerja Kelompok
a.  Pengertian
Sagala  (2006)  mengatakan  bahwa  metode  kerja  kelompok  adalah  cara
pembelajaran  dimana  siswa  dalam  kelas  dibagi  dalam  beberapa  kelompok,
dimana  setiap  kelompok  dipandang  sebagai  satu  kesatuan  tersendiri  untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditetapkan untuk diselesaikan secara
bersama-sama.
Pada umumnya materi pelajaran yang harus dikerjakan secara bersama-sama
dalam  kelompok  itu  diberikan  atau  disiapkan  oleh  guru.  Materi  itu  harus
cukup  kompleks  isinya  dan  cukup  luas  ruang  lingkupnya  sehingga  dapat
dibagi-bagi  menjadi  bagian  yang  cukup  memadai  bagi  setiap  kelompok.
Materi hendaknya membutuhkan bahan dan  informasi dari berbagai  sumber
untuk  pemecahannya.  Masalah  yang  bisa  diselesaikan  hanya  dengan
membaca  satu  sumber  saja  tentu  tidak  cocok  untuk  ditangani melalui  kerja
kelompok.  Kelompok  dapat  dibentuk  berdasarkan  perbedaan  individual
dalam kemampuan belajar, perbedaan bakat dan minat belajar, jenis kegiatan,
materi  pelajaran,  dan  tujuan  yang  ingin  dicapai.  Berdasarkan  tugas  yang
harus  diselesaikan,  siswa  dapat  dibagi  atas  kelompok  paralel  yaitu  setiap
kelompok  menyelesaikan  tugas  yang  sama,  dan  kelompok  komplementer
dimana setiap kelompok berbeda-beda tugas yang harus diselesaikan.
b.  Tujuan
Metode  kerja  kelompok  yang  digunakan  dalam  suatu  strategi  pembelajaran
bertujuan untuk :
1)  memecahkan masalah pembelajaran melalui proses kelompok
2)  mengembangkan kemampuan bekerjasama di dalam kelompok
c.  Alasan Penggunaaan Metode Kerja Kelompok
Mengapa guru memilih kerja kelompok sebagai metode pembelajaran? Guru
menggunakan metode kerja kelompok dalam pembelajaran karena:
1)  Kerja  kelompok  dapat  mengembangkan  perilaku  gotong  royong  dan
demokratis.
2)  Kerja kelompok dapat memacu siswa aktif belajar.
3)  Kerja  kelompok  tidak membosankan  siswa melakukan  kegiatan  belajar
diluar  kelas  bahkan  diluar  sekolah  yang  bervariasi,  seperti  observasi,
wawancara, cari buku di perpustakaan umum, dan sebagainya.
d.  Kekuatan dan Keterbatasan Metode Kerja Kelompok
1)  Kekuatan Metode Kerja Kelompok
a)  membiasakan  siswa  bekerja  sama,  musyawarah  dan  bertanggung
jawab
b)  menimbulkan  kompetisi  yang  sehat  antar  kelompok,  sehingga
membangkitkan kemauan belajar yang sungguh-sungguh. c)  Guru  dipermudah  tugasnya  karena  tugas  kerja  kelompok  cukup
disampaikan kepada para ketua kelompok.
d)  Ketua kelompok dilatih menjadi pemimpin yang bertanggung  jawab,
dan anggotanya dibiasakan patuh pada aturan yang ada.
2)  Kelemahan Metode Kerja Kelompok
a)  Sulit  membentuk  kelompok  yang  homogen  baik  segi  minat,  bakat,
prestasi maupun intelegensi.
b)  Pemimpin  kelompok  sering  sukar  untuk  memberikan  pengertian
kepada anggota, menjelaskan, dan pembagian kerja
c)  Anggota  kadang-kadang  tidak mematuhi  tugas-tugas  yang  diberikan
pemimpin kelompok
d)  Dalam menyelesaikan  tugas, sering menyimpang dari rencana karena
kurang kontrol dari pemimpin kelompok atau guru.
e)  Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja
kelompok yang komplementer.
e.  Cara Mengatasi Kelemahan Metode Kerja Kelompok
Bagaimana cara mengatasi kelemahan Metode Kerja Kelompok? Kelemahan
metode kerja kelompok dapat diatasi dengan:
1)  Mengkaji lebih dulu materi pelajaran dengan cermat, lalu buat garis besar
rincian  tugasnya  untuk  setiap  kelompok  agar  bobot  tugas  tersebut  sama
beratnya.
2)  Adakan  tes  sosiometri  dan  hasilnya  digunakan  untuk  pembentukan
kelompok yang mereka kehendaki.
3)  Bimbingan  dan  pengawasan  kepada  setiap  kelompok  harus  dilakukan
terus menerus.
4)  Jumlah anggota dalam satu kelompok jangan terlalu banyak
5)  Motivasi  yang  diberikan  jangan  sampai  menimbulkan  persaingan  antar
kelompok yang kurang sehat.
f.  Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode Kerja Kelompok
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b)  Menyiapkan  materi  pembelajaran  dan  menjabarkan  materi  tersebut
kedalam tugas-tugas kelompok.
c)  Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadi sasaran kegiatan
kerja kelompok. d)  Menyusun  peraturan  pembentukan  kelompok,  cara  kerja,  saat
memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.
2)  Kegiatan Pelaksanaan
a)  Kegiatan Membuka Pelajaran
  Melaksanakan  apersepsi,  yaitu  pertanyaan  tentang  materi
pelajaran sebelumnya.
  Memotivasi  belajar  dengan  mengemukakan  kasus  yang  ada
kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
  Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan
dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.
b)  Kegiatan Inti Pelajaran
  Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari
  Membentuk kelompok
  Mengemukakan  tugas  setiap  kelompok  kepada  ketua  kelompok
atau langsung kepada semua siswa
  Mengemukakan  peraturan  dan  tata  tertib  serta  saat memulai  dan
mengakhiri kegiatan kerja kelompok.
  Mengawasi, memonitor,  dan  bertindak  sebagai  fasilitator  selama
siswa melakukan kerja kelompok.
  Pertemuan  klasikal  untuk  pelaporan  hasil  kerja  kelompok,
pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.
c)  Kegiatan Mengakhiri Pelajaran
  Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui
kerja kelompok.
  Melakukan evaluasi hasil dan proses
  Melaksanakan  tindak  lanjut  baik  berupa mengajari  ulang materi
yang  belum  dikuasai  siswa  maupun  memberi  tugas  pengayaan
bagi siswa yang telah menguasai materi tersebut.
 2.  Metode Karya Wisata
a.  Pengertian
Sagala  (2006)  menyatakan  bahwa  karya  wisata  atau  studi  wisata  sebagai
metode  pembelajaran  adalah  siswa  dibawah  bimbingan  guru  mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk mempelajari obyek belajar yang
ada di tempat itu.
Lalu, apa perbedaannya dengan tamasya ? Tamasya berbeda dari karya wisata
dalam hal bahwa kepergian orang ke suatu  tempat  itu dengan maksud untuk
mencari hiburan.
b.  Tujuan
Rusyan  (dalam  Sagala,  2006)  menyatakan  walaupun  karya  wisata  banyak
unsur non akademisnya, tetapi tujuan pendidikan dapat pula tercapai terutama
mengenai wawasan  dan  pengalaman  tentang  dunia  luar  seperti  tempat  yang
memiliki situs bersejarah, musium, peternakan, atau pertanian  (agro wisata),
dan  sebagainya.  Tetapi  kalau  karya  wisata  itu  sengaja  disiapkan  sebagai
metode  pembelajaran  maka  unsur  akademiknya  harus  menonjol.  Tujuan
pembelajaran harus dirumuskan secara  jelas, materi pembelajaran yang akan
dipelajari harus ditulis berupa  tugas  yang harus  diperoleh melalui observasi
atau wawancara dengan nara sumber yang ada ditempat wisata itu, dan ketika
akan kembali  atau  setelah  sampai di  sekolah guru harus mengevaluasi hasil
belajar yang baru mereka kerjakan melalui karya wisata itu. Dengan demikian
tujuan karya wisata sebagai metode pembelajaran adalah untuk :
1)  Mengkaji materi pembelajaran  tertentu sebagaimana direncanakan dalam
kurikulum/silabus. Misalnya untuk mempelajari cara berternak sapi perah
dan  pengelolahan  susunya,  maka  siswa  diajak  berkarya  wisata  ke
peternakan sapi perah.
2)  Melengkapi materi pelajaran yang  tertulis di buku   sehingga pemahaman
siswa menjadi lebih jelas dan konkrit.
3)  Memupuk  rasa  cinta  lingkungan,  daerah,  tanah  air,  dan  penghargaan
terhadap pahlawan serta pemimpin yang berjasa dimasa silam.
c.  Alasan Menggunakan Metode Karya Wisata
1)  Memvariasikan penggunaan metode pembelajaran agar siswa  termotivasi
belajar.
2)  Dengan  karya wisata  siswa  berkembang  rasa  kebersamaanya,  tanggung
jawabnya, kerjasamanya, dan toleransinya. 3)  Penguasaan materi  yang dipelajari  secara  langsung melalui karya wisata
akan lebih cepat dikuasai dan lama diingat.
4)  Karena keunggulan dan tujuan karya wisata sebagai metode pembelajaran
sebagaimana dikemukakan dalam naskah ini.
d.  Keunggulan dan Kelemahan Metode Karya Wisata
1)  Keunggulan
Apa saja keunggulan metode karya wisata ?
Metode karya wisata mempunyai keunggulan sebagai berikut :
a)  Siswa dapat belajar langsung di lapangan sehingga pengetahuan yang
diperoleh nyata, hidup, bermakna, dan komperhensif.
b)  Siswa  dapat  menemukan  sendiri  jawaban  dari  masalah  atau
pertanyaan tentang materi yang dipelajari dengan melihat, mendengar,
mencoba dan membuktikan sendiri secara langsung.
c)  Motivasi dan minat belajar siswa tinggi. Siswa senang belajar melalui
karya wisata.
d)  Guru  diperingan  tugasnya  dalam  menyampaikan  materi  pelajaran,
karena materi disampaikan oleh nara sumber atau observasi  langsung
oleh siswa sendiri.
e)  Siswa  aktif  belajar  melalui  observasi,  wawancara,  percobaan,
menggolong-golongkan, dan sebagainya.
2)  Kelemahan
Apakah ada kelemahan metode karya wisata ?
Ada beberapa kelemahan metode karya wisata, antara lain :
a.  Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b.  Memerlukan  waktu  yang  cukup  lama,  apalagi  kalau  dilaksanakan
terlalu  sering  dan  jauh  dari  sekolah,  sehingga  dapat  mengganggu
jadwal pelajaran.
c.  Memerlukan biaya yang relatif tinggi.
d.  Memerlukan  pengawasan  yang  ketat  agar  siswa  fokus  kepada
tugasnya.
e.  Laporan hasil karya wisata biasanya diserahkan tidak tepat waktu.
e.  Cara Mengatasi Kelemahan Metode Karya Wisata
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode
karya wisata antara lain :
1)  Rumuskan tujuan secara jelas dan konkrit. 2)  Tentukan  secara  jelas  tugas-tugas  yang  harus  dilakukan  sewaktu  karya
wisata dan sesudah karya wisata.
3)  Bentuk  panitia  pelaksanaan  karya  wisata  yang  bertugas  menyiapkan
semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan karya wisata.
4)  Pilih waktu libur untuk pelaksanaan karya wisata.
5)  Rencanakan pembiayaan jauh sebelum karya wisata itu dilaksanakan. Bila
mungkin masukkan  rencana pembiayaan  itu dalam DUK  (Daftar Usulan
Kegiatan) anggaran sekolah.
6)  Buat  tata  tertib  pelaksanaan  karya  wisata  secara  jelas  dan
dikomunikasikan secepatnya kepada siswa.
f.  Langkah-langkah  Pelaksanaan  Metode  Karya  Wisata  dalam
Pembelajaran
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Merumuskan tujuan pembelajaran
b)  Menyiapkan materi pelajaran yang sesuai silabus/kurikulum yang ada
c)  Melakukan studi awal ke lokasi sasaran karya wisata
d)  Menyiapkan skenario pelaksanaan karya wisata
e)  Menyiapkan tata tertib pelaksanaan karya wisata
2)  Kegiatan Pelaksanaan Karya Wisata
a)  Kegiatan Pembukaan
Kegiatan  pembukaan  ini  dilaksanakan  di  sekolah  sebelum  berangkat
ke  lokasi karya wisata,  atau dapat pula dilaksanakan di  lokasi karya
wisata sebelum turun ke lapangan. Kegiatan pembukaan ini meliputi :
  Mengingatkan  kembali  pelajaran  yang  pernah  diberikan melalui
pertanyaan apersepsi.
  Memotivasi  siswa dengan membuat kaitan materi pelajaran  yang
akan  dipelajari  dengan  peristiwa-peristiwa  yang  terjadi  di
masyarakat atau melalui pertanyaan-pertanyaan.
  Mengemukakan  tujuan  pelajaran  yang  akan  dipelajari  dan
kegiatan-kegiatan  yang  harus  dilakukan  untuk  mencapai  tujuan
pelajaran tersebut selama karya wisata.
  Mengemukakan tata tertib selama karya wisata.
b)  Kegiatan Inti
Kegiatan inti pelajaran ini dilakukan selama karya wisata :   Melakukan  observasi  terhadap  obyek  sasaran  belajar,  lalu
mendiskripsikannya  dalam  bentuk  kalimat,  mengambil
gambarnya, dan sebagainya.
  Mewawancarai  nara  sumber  dan  mencatat  informasi  yang
disampaikan secara lisan oleh nara sumber.
  Mengumpulkan leaflet atau booklet yang ada.
  Sesuai  dengan  skenario  yang  disiapkan  guru,  dapat
diselenggarakan  seminar  atau  dikusi  dengan  nara  sumber,
penguasa/pejabat yang relevan.
c)  Kegiatan Penutup
Kegiatan  mengahiri  karya  wisata  ini  dapat  dilakukan  ketika
masihberada  di  lokasi  wisata  atau  setelah  kembali  ke  sekolah,
kegiatannya meliputi :
  Menyuruh  siswa  melaporkan  hasil  karya  wisata  dan  membuat
rangkuman.
  Melakukan evaluasi proses dan hasil karya wisata.
  Melakukan  tindak  lanjut berupa  tugas yang sifatnya memperkaya
hasil karya wisata. 3.  Metode Penemuan (Discovery)
a.  Pengantar
Apa  yang  dimaksud  dengan  metode  penemuan  (discovery)  ?  Sebelum
menjawab pertanyaan tersebut perlu dipahami dengan jelas istilah yang saling
dipertukarkan.  Penemuan  (discovery)  sering  dipertukarkan  pemakaiannya
dengan penyelidikan (inquiry).
Sund  (dalam  Kartawisastra,  1980)  berpendapat  bahwa  penemuan  adalah
proses  mental  dimana  siswa  mengasimilasikan  suatu  konsep  atau  prinsip.
Sedangkan  inquiry  (inkuiri) menurut Sund meliputi  juga penemuan. Dengan
kata  lain,  inkuiri  adalah  perluasan  proses  penemuan  yang  digunakan  lebih
mendalam.  Artinya  proses  inkuiri  mengandung  proses  mental  yang  lebih tinggi  tingkatannya,  misalnya  :  merumuskan  masalah,  merancang
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data,
menarik  kesimpulan,  dan  sebagainya.  Akhirnya  Sund  berpendapat  bahwa
penggunaan  metode  penemuan  baik  untuk  siswa  kelas  rendah,  sedangkan
inkuiri baik untuk kelas tinggi.
Dengan  demikian  penemuan  diartikan  sebagai  prosedur  pembelajaran  yang
mementingkan  pembelajaran  perseorangan,  manipulasi  obyek,  melakukan
percobaan,  sebelum  sampai  kepada  generalisasi.  Metode  penemuan
mengutamakan  cara  belajar  siswa  aktif  (CBSA),  berorientasi  pada  proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.
b.  Tujuan
Apa  tujuan  penggunaan  metode  penemuan  ?    Tujuan  penggunaan  metode
penemuan antara lain :
1)  Untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2)  Untuk  mengatifkan  siswa  belajar  (CBSA)  sesuai  dengan  materi  dan
tujuan pembelajaran.
3)  Untuk memvariasikan metode  pembelajaran  yang  digunakan  agar  siswa
tidak bosan.
4)  Agar  siswa  dapat  menemukan  sendiri,  menyelidiki  sendiri,  dan
memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya setia dan
tahan lama dalam ingatan, dan tidak mudah dilupakan.
c.  Alasan Digunakan Metode Penemuan
Mengapa  guru memilih  metode  penemuan  dalam  pembelajarannya  ?  Guru
menggunakan metode penemuan karena metode penemuan itu :
1)  Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
2)  Pengetahuan  yang  ditemukan  sendiri  melalui  metode  penemuan  akan
betul-betul dikuasai, dan mudah digunakan / ditransfer dalam situasi lain.
3)  Siswa  dapat  menguasai  salah  satu  metode  ilmiah  yang  sangat  berguna
dalam kehidupannya.
4)  Siswa  dibiasakan  berpikir  analitis  dan  mencoba  memecahkan  masalah
yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.
d.  Kebaikan dan Kelemahan Metode Penemuan
1)  Kebaikan Metode Penemuan
a)  Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan.
b)  Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh. c)  Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
d)  Metode penemuan memungkinkan  siswa bergerak untuk maju  sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
e)  Metode  ini menyebabkan  siswa mengarahkan  sendiri cara belajarnya
sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
f)  Metode  ini berpusat pada anak, dan guru sebagai  teman belajar   atau
fasilitator.
2)  Kelemahan Metode Penemuan
Apa kelemahan metode penemuan ? Kelemahan metode penemuan antara
lain :
a)  Metode  ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang
pandai  akan  memonopoli  penemuan  dan  siswa  yang  bodoh  akan
frustrasi.
b)  Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru
untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.
c)  Dalam  pelajaran  tertentu  (misalnya  IPA)  fasilitas  yang  dibutuhkan
untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.
d)  Metode  ini  terlalu  mementingkan  untuk  memperoleh  pengertian,
sebaliknya  kurang  memperhatikan  diperolehnya  sikap  dan
keterampilan.
e)  Metode  ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru,
begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.
e.  Cara mengatasi Kelemahan Metode Penemuan
1)  Bentuklah kelompok-kelompok kecil, yang anggotanya  terdiri dari siswa
pandai  dan  siswa  kurang  pandai,  agar  siswa  yang  pandai  bisa
membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan
kelas besar dalam penggunaan metode ini dapat diatasi.
2)  Metode penemuan untuk IPA dapat pula dilakukan di luar kelas sehingga
tidak memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal.
3)  Mulailah  dengan  penemuan  terbimbing,  kemudian  jika  siswa  sudah
terbiasa  dengan metode  ini maka  gunakanlah metode  penemuan  bebas,
agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya.
 f.  Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan
Jika  guru  menggunakan  metode  penemuan,  apa  saja  langkah-langkah
pelaksanaannya  ?  Langkah-langkah  pelaksanaan  metode  penemuan  itu
adalah:
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Mengidentifikasi kebutuhan bekajar siswa (need assessment).
b)  Merumuskan tujuan pembelajaran.
c)  Menyiapkan  problem  (materi  pelajaran)  yang  akan  dipecahkan.
Problem  itu  dinyatakan  dalam  bentuk  pernyataan  atau  pertanyaan.
Problem  tentang  konsep  atau  prinsip  yang  akan  ditemukan  itu  perlu
ditulis dengan jelas.
d)  Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2)  Kegiatan Pelaksanaan Penemuan
a)  Kegiatan Pembukaan
  Melakukan  apersepsi,  yaitu  mengajukan  pertanyaan  mengenai
materi pelajaran yang telah diajarkan.
  Memotivasi  siswa  dengan  cerita  pendek  yang  ada  kaitannya
dengan materi yang diajarkan.
  Mengemukakan  tujuan  pembelajaran  dan  kegiatan/tugas  yang
dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.
b)  Kegiatan Inti
  Mengemukakan  problema  yang  akan  dicari  jawabannya melalui
kegiatan penemuan.
  Diskusi  pengarahan  tentang  cara  pelaksanaan
penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan.
  Pelaksanaan  penemuan  berupa  kegiatan  penyelidikan/percobaan
untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.
  Membantu  siswa  dengan  informasi  atau  data,  jika  diperlukan
siswa.
  Membantu  siswa  melakukan  analisis  data  hasil  temuan,  jika
diperlukan.
  Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
  Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan.
  Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya.
c)  Kegiatan Penutup
  Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya.   Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.
  Melakukan  tindak  lanjut,  yaitu  meminta  siswa  melakukan
penemuan  ulang  jika  ia  belum  menguasai  materi,  dan  meminta
siswa  mengerjakan  tugas  pengayaan  bagi  siswa  yang  telah
melakukan penemuan dengan baik.

Metode Pembelajaran Diskusi, Simulasi dan Pemberian Tugas

1.  Metode Diskusi  
a.  Pengertian
Sanjaya  (2006), dan Sumantri dan Permana  (1998/1999) menyatakan bahwa
metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran
yang  melibatkan  siswa  secara  aktif  untuk  membicarakan  dan  menemukan
alternatif   pemecahan  suatu  topik bahasan yang bersifat problematis. Dalam
percakapan  itu  para  pembicara  tidak  boleh  menyimpang  dari  pokok
pembicaraan  yaitu  masalah  yang  ingin  dicarikan  alternatif  pemecahannya.
Dalam diskusi  ini guru berperan  sebagai pemimpin diskusi,  atau guru dapat
mendelegasikan  tugas  sebagai  pemimpin  itu  kepada  siswa,  walaupun
demikian  guru masih  harus mengawasi  pelaksanaan  diskusi  yang  dipimpin
oleh  siswa  itu.  Pendelegasian  itu  terjadi  kalau  siswa  dalam  kelas  dibagi
menjadi beberapa kelompok diskusi. Pemimpin Diskusi harus mengorganisir
kelompok yang dipimpinnya agar setiap anggota diskusi dapat berpartisipasi
secara aktif.
b.  Tujuan  
1)  Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematik
yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan.
2)  Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat.
3)  Mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda.
4)  Melatih  siswa  mengembangkan  sikap  demokratis,  keterampilan
berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan menyimpulkan
pendapat.
5)  Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.
c.  Alasan Penggunaan Metode Diskusi
Mengapa  guru  memilih  menggunakan  metode  diskusi  ?  Sumantri  dan
Permana (1998/1999) mengemukakan alasan dipilihnya metode diskusi :
1)  Topik bahasan bersifat problematis.
2)  Merangsang  peserta  didik  untuk  terlibat  secara  aktif  dalam  perdebatan
ilmiah.
3)  Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan terbuka.
4)  Mengembangkan  suasana  demokratis  dan melatih  peserta  didik  berjiwa
besar.
5)  Peserta  didik memiliki  pAndangan  yang  berbeda-beda  tentang masalah
yang dijadikan topik diskusi. 6)  Peserta  didik  memiliki  pengetahuan  dan  pendapat-pendapat  tentang
masalah yang akan didiskusikan.
7)  Masalah  yang  didiskusikan  akan  berhubungan  dengan  persoalan-
persoalan yang lain pula.
d.  Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi  
1)  Kelebihan Metode Diskusi
Apa  saja  keunggulan  Metode  Diskusi?  Beberapa  keunggulan  metode
diskusi untuk pembelajaran adalah:
a)  Siswa dapat menguasai materi pelajaran secara bersama-sama.
b)  Merangsang  siswa  untuk  lebih  kreatif menyumbangkan  gagasan  dan
ide-ide.
c)  Melatih  siswa  membiasakan  diri  bertukar  pikiran  dalam  mengatasi
setiap permasalahan.
d)  Melatih  siswa  mengemukakan  pendapat  dan  menghargai  pendapat
orang lain.
e)  Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.  
2)  Kelemahan Metode Diskusi
Sebaliknya,  apa  saja  kelemahan Metode Diskusi  ? Beberapa  kelemahan
metode diskusi untuk pembelajaran di sekolah adalah :
a)  Sering  diskusi  dikuasai  oleh  dua  atau  tiga  orang  siswa  yang  pandai
bicara.
b)  Pembahasan  dalam  diskusi  cenderung  meluas,  sehingga  hasilnya
kabur.
c)  Diskusi  memerlukan  waktu  yang  cukup  panjang,  sehingga  tidak
sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada.
d)  Dalam  diskusi  sering  terjadi  perbedaan  pendapat  yang  bersifat
emosional  sehingga menimbulkan  ketersinggungan  antar  siswa  yang
menyebabkan terganggunya iklim pembelajaran.
e)  Kadang-kadang guru tidak menguasai cara menyelenggarakan diskusi
sehingga diskusi cenderung menjadi tanya jawab.
e.  Cara Mengatasi Kelemahan Diskusi  
Apa  yang  harus  dilakukan    untuk  mengatasi  kelemahan  diskusi?  Ada
beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode diskusi antara lain:
1)  Masalah yang didiskusikan harus cukup sulit dan menarik perhatian siswa
karena berkaitan dengan kehidupan mereka. 2)  Guru  harus  menempatkan  dirinya  sebagai  pemimpin  diskusi.  Ia  harus
membagi-bagi  pertanyaan  dan  memberi  petunjuk  tentang  jalannya
diskusi.
3)  Tempat duduk harus diatur melingkar  atau berbentuk  tapal kuda  supaya
peserta diskusi dapat saling berhadapan sehingga terjadi komunikasi yang
lancar.
4)  Setiap  siswa  peserta  diskusi  harus  memahami  masalah  yang  harus
didiskusikan,  untuk  itu  guru  sebagai  pemimpin  diskusi  harus  terlebih
dahulu menjelaskan masalah yang akan didiskusikan dan garis besar arah
dan tujuan yang ingin dicapai.
f.  Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Diskusi  
Apa  saja  langkah-langkah  pelaksanaan  metode  diskusi  ?  Langkah-langkah
pelaksanaan metode diskusi meliputi hal-hal berikut :
1)  Kegiatan Persiapan
  Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi  
  Mengidentifikasi masalah yang  cukup  sulit  yang berupa problematik
sehingga memerlukan diskusi untuk memecahkannya.
  Memilih  jenis  diskusi  yang  cocok  apakah  itu  diskusi  kelas,  diskusi
kelompok kecil, simposium, atau diskusi panel tergantung pada tujuan
yang  ingin  dicapai misalnya:  apabila  tujuan  diskusi  suatu  persoalan,
maka  dipilih  jenis  diskusi  kelompok  kecil,  sedang  jika  tujuannya
untuk  mengembangkan  gagasan  siswa  maka  simposium  dianggao
sebagai jenis diskusi yang tepat.
2)  Kegiatan Pelaksanaan Metode Diskusi  
a)  Kegiatan Pembukaan
  Guru  menanyakan  materi  pelajaran  yang  pernah  diajarkan
(apersepsi).
  Guru mengemukakan permasalahan yang ada di masyarakat yang
ada kaitannya dengan masalah yang akan didiskusikan.
  Guru  mengemukakan  tujuan  diskusi  serta  tata  cara  yang  harus
diperhatikan dalam diskusi.
b)  Kegiatan Inti Pembelajaran
  Guru mengemukakan materi  pelajaran  yang  berupa  problematik
yang  akan  didiskusikan,  dan  menjelaskan  secara  garis  besar
hakekat permasalahan tersebut.   Guru berusaha memusatkan perhatian peserta diskusi dengan cara
antara  lain  :  mengingatkan  arah  diskusi  yang  sebenarnya,
mengakui  kebenaran  gagasan  siswa  dengan  menggalang  bagian
penting  yang  telah  diucapkan  siswa,  merangkum  hasil
pembicaraan pada tahap tertentu sebelum berpindah pada masalah
berikutnya.
  Memperjelas uraian pendapat siswa karena  ide yang disampaikan
kurang jelas sehingga sukar dimengerti oleh anggota diskusi.
  Menganalisis pAndangan siswa karena terjadi perbedaan pendapat
antar  anggota  diskusi  dengan  jalan meneliti  apakah  alasan  siswa
tersebut mempunyai  dasar  yang  kuat, memperjelas  hal-hal  yang
disepakati dan yang tidak disepakati.
  Meningkatkan  uraian  pendapat  siswa  dengan  jalan  mengajukan
pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir, memberi
waktu  untuk  berpikir,  memberi  komentar  positif  terhadap
pendapat siswa, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan sikap
yang bersahabat.
  Menyebarkan  kesempatan  berpartisipasi  agar  pembicaraan  tidak
didominasi oleh beberapa orang siswa yang enggan berpartisipasi,
memberi  giliran  pada  siswa  yang  pendiam,  meminta  siswa
mengomentari pendapat temannya, dan menengahi pendapat yang
saling sama kuat.
c)  Kegiatan Penutup  
  Kegiatan ini meliputi :
  Meminta siswa atau wakil kelompok melaporkan hasil diskusi
  Meminta  siswa  lain  atau  kelompok  lain  mengomentari  dan
melengkapi rumusan hasil diskusi.
  Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses diskusi.
  Memberi tugas untuk memperdalam hasil diskusi.
 2.  Metode  Simulasi
a.  Pengertian
Apa yang dimaksud dengan metode simulasi dalam pembelajaran disekolah ?
Abimanyu  dan  Purwant  (1980),  Sumantri  dan  Permana  (l998/l999)
menyatakan  bahwa  metode  pembelajaran  digunakan  untuk  menirukan
keadaan  sebenarnya  kedalam  situasi  buatan,  misalnya  seorang  guru
mensimulasikan bagaimana cara melompat tinggi dengan gaya panggung atau
bagaimana  seorang  penatar  P4  mensimulasikan  kehidupan  masyarakat
Pancasila,  dimana  setiap  peserta  penataran  ada  yang  berperan  sebagai
lurah/RW/RT  dan  anggota  masyarakat  yang  kesemuanya  berperan  secara
sungguh-sungguh  seperti  yang dialami dalam kehidupan  sosial di kelurahan
itu.
Dengan  demikian  simulasi  adalah  suatu  usaha  pembelajaran  untuk
memperoleh  pemahaman  akan  hakekat  suatu  konsep  atau  prinsip,  atau
sesuatu  keterampilan  tertentu  melalui  proses  kegiatan  atau  latihan  dalam
situasi tiruan. Melalui simulasi itu siswa akan mampu menghadapi kenyataan
yang mungkin terjadi secara lebih efektif dan efisien.
b.  Tujuan
Tujuan  digunakan  metode  simulasi  baik  langsung,  maupun  tidak  langsung
adalah sebagai berikut :
1)  Tujuan langsung
a)  Untuk  melatih  keterampilan  tertentu  baik  yang  bersifat  profesional
maupun kehidupan sehari-hari.
b)  Untuk memperoleh pemahaman tentang konsep atau prinsip.
c)  Untuk latihan memecahkan masalah.  
2)  Tujuan tidak langsung
a)  Untuk meningkatkan aktifitas belajar dengan melibatkan siswa dalam
mempelajari situasi yang hampir sama dengan  kejadian sebenarnya.
b)  Untuk meningkatkan motivasi belajar, karena simulasi sangat menarik
dan menyenangkan siswa.
c)  Melatih siswa bekerja sama dalam kelompok.
d)  Mengembangkan daya kreatif siswa.
e)  Melatih siswa untuk memahami  dan menghargai pendapat orang lain.
c.  Alasan Penggunaan Metode Simulasi
Mengapa  metode  simulasi  diperlukan  dalam  interaksi  pembelajaran  di
sekolah ? Ada  beberapa  alasan  tentang  digunakannya  metode  simulasi  dalam
pembelajaran :
1)  Simulasi  dapat    menunjang  pelaksanaan  dalam  melatih  keterampilan
dasar mengajar yang sangat diperlukan bagi terbentuknya guru-guru yang
profesional.  
2)  Simulasi merupakan  salah  satu metode  yang memungkinkan  siswa  aktif
belajar  menghayati,  memahami  dan  memperoleh  keterampilan  tertentu
tanpa memerlukan  obyek  atau  situasi  yang  sebenarnya  yang  umumnya
susah didapatkan.
3)  Metode simulasi memungkinkan terpadunya teori dan praktek, konten dan
metode,  sebab  dengan  simulasi  teori  atau  konten  yang  baru  diajarkan
dapat  segera  dipraktekkan,  sehingga  konsep  yang  diperoleh  dan
keterampilan  yang  dimiliki  menjadi  sangat  kuat  tertanam  dalam  diri
siswa.    
4)  Melalui  metode  simulasi  memungkinkan  siswa  belajar  dengan
pemahaman bukan belajar secara mekanis.  
5)  Dengan  metode  simulasi  dimungkinkan  pelibatan  alat-alat  indra  siswa
secara  optimal,  sehingga  pencapaian  tujuan  pelajaran  akan  lebih  efektif
dan bermakna.
d.   Kekuatan dan Kelemahan Metode Simulasi
1)  Kekuatan Metode Simulasi
Apa  saja kekuatan  metode simulasi ?
Ada  beberapa  keuntungan  digunakannya  metode  simulasi  dalam
pembelajaran. Keuntungan-keuntungan itu antara lain :
a)  Menciptakan kegairahan siswa untuk belajar.
b)  Mengembangkan daya cipta siswa.
c)  Siswa  dapat  menguasai  keterampilan  atau  konsep-konsep  tertentu
melalui simulasi.
d)  Mengembangkan rasa percaya diri dan perasaan positif.
e)  Melalui  simulasi kegiatan pembelajaran dapat berlangsung walaupun
tidak dalam situasi dan obyek yang sebenarnya.  
f)  Melalui  simulasi  siswa  dibantu  memahami  hal-hal  yang  asbtrak
melalui kegiatan nyata, walaupun dalam bentuk tiruan.  
2)  Kelemahan Metode Simulasi
Apa  saja kelemahan  metode simulasi ?
Kelemahan metode simulasi adalah : a)  Pengetahuan  dan  keterampilan  yang  disimulasikan  tidak  selalu
sepenuhnya sama dengan kenyataan di lapangan.
b)  Simulasi  memerlukan  kreatifitas  yang  tinggi  dari  guru    dan  siswa
yang kadang-kadang sukar dipenuhi.
c)  Perlu pemahaman siswa  tentang materi dan peranannya serta fasilitas
pendukung yang tidak selalu mudah terpenuhi.
d)  Simulasi  sebagai  metode  pembelajaran  dapat  melenceng  tujnya
menjadi alat hiburan.
e)  Rasa malu, ragu-ragu dan tidak menguasai materi akan menyebabkan
simulasi tidak mencapai tujuan.
f)  Sering  guru  tidak  melakukan  diskusi  balikan  setelah  selesai
pelaksanaan simulasi, sehingga kurang bermanfaat bagi siswa lainnya.
e.  Cara Mengatasi Kelemahan Metode Simulasi
Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode simulasi ?
Beberapa  cara  yang  dapat  dilakukan  untuk  mengatasi  kelemahan  metode
simulasi adalah :
1)  Perlu  pengkajian  yang  cermat  tentang  pengetahuan  dan  keterampilan
yang akan disimulasikan agar sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2)  Guru  perlu menyiapkan materi  dan  skenario  simulasi  sebelum  simulasi
dilaksanakan.
3)  Guru perlu menjelaskan kepada siswa bahwa simulasi  ini adalah  latihan
keterampilan  tertentu  bukan  suatu  hiburan  karena  itu  siswa  lain  yang
tidak terlibat dalam simulasi harus menyimak dengan baik karena dalam
tahap  evaluasi mereka  akan  ditanya  pengetahuan  dan  keterampilan  yag
disimulasikan itu.
4)  Setelah  simulasi  berakhir  harus  dilakukan  diskusi  balikan  yang
melibatkan  semua  siswa agar siswa yang  tidak melakukan  simulasi  ikut
memahami hasil simulasi itu.
5)  Siswa yang  akan memegang peranan dalam  simulasi perlu  latihan  yang
memadai  sebelum melakukan  simulasi agar  tidak  terjadi keragu-raguan,
rasa malu dan tidak menguasai materi.
f.  Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Simulasi
Jika  Anda  akan  melakukan  pembelajaran  dengan  menggunakan  metode
simulasi, apa saja langkah-langkah yang harus Anda lakukan ?
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode simulasi meliputi :
 1)  Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan yang perlu dilakukan oleh guru adalah :
a)  Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa.
b)  Memilih materi dan topik yang akan disimulasikan.
c)  Menyiapkan garis besar skenario pelaksanaan simulasi.
d)  Guru  memberi  penjelasan  kepada  siswa  tentang  garis  besar  materi,
tujuan dan situasi yang akan disimulasikan.
e)  Guru  mengorganisasikan  pembentukan  kelompok,  peranan-peranan
yang  akan  ada,  pengaturan  ruangan,  pengaturan  materi,  pengaturan
alat yang akan digunakan  dan sebagainya.
f)  Menawarkan kepada siswa  tentang siapa yang akan memegang peran
dalam simulasi.
g)  Guru  memberi  penjelasan  kepada  siswa  dan  para  pemegang  peran
tentang hal-hal yang harus dilakukan.
h)  Guru memberi kesempatan bertanya.
i)  Guru memberi  kesempatan  pada  tiap  kelompok  dan  para  pemegang
peran untuk menyiapkan diri.
j)  Guru menetapkan  alokasi waktu  yang  diperlukan  untuk  pelaksanaan
simulasi.
2)  Kegiatan Pelaksanaan
a)  Kegiatan Pembukaan
  Menanyakan materi pelajaran yang lalu.
  Membuat  cerita  anecdote  yang  ada  kaitannya  dengan  pelajaran
yang akan diajarkan
  Menyampaikan acuan, yaitu tujuan pelajaran yang akan dilakukan
dengan simulasi.
b)  Kegiatan Inti
Setelah segala sesuatunya siap, maka simulasi dimulai
  Siswa  yang  tidak  memainkan  peran  akan  bertindak  selaku
pengamat/observer.  Mereka  dibekali  panduan  observasi  untuk
merekam peranan yang dimainkan oleh para pelaku simulasi.
  Para pemegang peran melakukan simulasi sesuai dengan skenario
atau pedoman umum yang  telah dibuat oleh guru atau yang  telah
disiapkan oleh para pemegang peran.  
  Guru  membantu  mensupervisi,  dan  memberi  sugesti  demi
kelancaran pelaksanaan simulasi.   Memberi  kesempatan  pada  para  pengamat  untuk menyampaikan
kritik, dan laporan hasil pengamatannya
  Memberi  kesempatan  kepada  para  pemegang  peran  untuk
memberikan klarifikasi,
c)  Kegiatan Menutup Simulasi
Kegiatan ini meliputi usaha-usaha guru untuk :
  Guru  meminta  siswa  membuat  kesimpulan-kesimpulan  dan
rangkuman.
  Guru melakukan evaluasi
  Jika  berdasarkan  hasil  evaluasi  ternyata  simulasi  yang  dilakukan
tidak  mencapai  tujuan,  maka  para  pemegang  peran  diminta
mengulangi  lagi  simulasi  dengan  memperhatikan  masukan  dari
para  observer,  atau  guru  dapat  menunjuk  siswa  lain  untuk
melaksanakan simulasi ulang tersebut.
 
3.   Metode Pemberian Tugas
a.  Pengertian
Sagala  (2006) mengemukakan  bahwa metode  pemberian  tugas  adalah  cara
penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan  kegiatan  belajar,  dan  kemudian  hasil  pelaksanaan  tugas  itu
dilaporkan kepada guru.
b.  Tujuan
Tujuan penggunaan metode pemberian tugas adalah :
1)  Untuk memperdalam bahan ajar yang ada
2)  Untuk mengecek penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari
3)  Untuk  membuat  siswa  aktif  belajar,  baik  secara  individu  maupun
kelompok
c.  Alasan Penggunaan Metode Pemberian Tugas
Mengapa guru menggunakan metode pemberian  tugas ? Alasan penggunaan
metode pemberian tugas adalah karena dengan metode tersebut 1)  Siswa  diaktifkan  baik  secara  mental  maupun  fisik  dalam  menguasai
materi pelajaran
2)  Siswa akan lebih mudah menguasai materi pelajarann dan siswa diperluas
pengetahuannya tentang materi pelajaran tersebut
3)  Siswa dibiasakan tidak cepat puas dengan apa yang dipelajari dari materi
ajar  yang  telah  ada  sehingga  dapat  dikembangkan  sikap  ingin  tahu  dan
haus ilmu pengetahuan
4)  Siswa akan termotivasi belajar dan dilatih problem solving
d.  Kekuatan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
1)  Kekuatan metode pemberian tugas.
Apa  saja  kekuatan  metode  pemberian  tugas?  Kekuatan  atau  kelebihan
metode pemberian tugas adalah:
a)  Pengetahuan  yang    dipelajari  lebih  meresap,  tahan  lama,  dan  lebih
otentik.
b)  Melatih  siswa  untuk  berani mengambil  inisiatif,  bertanggung  jawab,
dan berdiri sendiri.
c)  Tugas  yang  diberikan  guru  dapat  memperdalam,  memperkaya  atau
memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari.
d)  Siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri.
e)  Metode ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan siswa
belajar.
2)  Keterbatasan metode pemberian tugas.
Apa saja keterbatasan metode pemberian tugas?
Beberapa  kelemahan  dari metode  pemberian  tugas  dalam  pembelajaran
adalah:
a)  Bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau mereka
hanya meniru pekerjaan orang lain.
b)  Ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak
meperoleh hasil belajar apa-apa.
c)  Jika  tugas  yang  diberikan  siswa  terlalu  berat  dapat  menimbulkan
stress pada siswa.
d)  Ada  kalanya  guru  memberi  tugas  tanpa  menyebutkan  sumbernya,
akibatnya siswa sulit untuk menyelesaikannya.

 e.  Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Apa  saja  usaha  yang  harus  dilakukan  guru  untuk  mengatasi  kelemahan
metode  pemberian  tugas?  Beberapa  cara  yang  dapat  dilakukan  untuk
mengatasi kelemahan metode pemberian tugas antara lain:
1)  Tugas yang diberikan pada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakannya.
2)  Beri waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
3)  Tugas  yang diberikan harus diawasi  secara  sistematis agar  siswa belajar
dengan sungguh-sungguh.
4)  Tugas  yang  telah  dikerjakan  dan  telah  diserahkan  pada  guru  harus
dikoreksi  dan  diberi  catatan-catatan  perbaikan  dan  kemudian
dikembalikan pada siswa.
5)  Tugas  yang  diberikan  hendaknya menarik minat  siswa  dan mendorong
siswa untuk menyelesaikannya.
f.  Langkah-langkah Pengajaran Dengan Metode Pemberian Tugas
Apa  saja  langkah-langkah  pengajaran  dengan  metode  pemberian  tugas?
Langkah-langkah  pembelajaran  dengan  menggunakan  metode  pemberian
tugas meliputi:
1)  Kegiatan Persiapan
a)  Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b)  Menyiapkan  pokok-pokok  materi  pembelajaran  untuk  mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c)  Menyiapkan tugas-tugas kegiatan yang akan diberikan pada siswa.
2)  Kegiatan Pelaksanaan
a)  Kegiatan pembukaan
  Mengajukan  pertanyaan  apersepsi  untuk  mengingatkan  siswa
terhadap materi yang telah diajarkan.
  Memotivasi  siswa  dengan  mengemukakan  cerita  yang  ada  di
masyarakat  yang  ada  kaitannya  dengan  materi  yang  akan
diajarkan.
  Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b)  Kegiatan inti pelajaran
  Guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan
diajarkan.
  Guru menjelaskan rincian tugas dan cara mengerjakannya   Siswa  mengerjakan  tugas  sesuai  dengan  petunjuk  atau  cara
penyelesaian  tugas  yang  diberikan  oleh  guru  termasuk  antaranya
adalah menggunakan lembar kegiatan siswa.
  Jika  tugas  itu  direncanakan  untuk  diselesaikan  selama  jam
pelajaran  yang  ada, maka  guru meminta  siswa melaporkan  hasil
penyelesaian tugasnya.
  Guru memeriksa hasil penyelesaian tugas siswa.
  Jika  tugas  itu  direncanakan  untuk  diselesaikan  di  rumah,  maka
siswa  diberitahu  kapan  hasil  penyelesaian  tugas  itu  harus
diserahkan pada guru untuk diperiksa oleh guru.
c)  Kegiatan mengakhiri pelajaran
  Guru menyuruh  siswa merangkum materi yang diajarkan melalui
kegiatan pemberian tugas itu.
  Guru melakukan evaluasi
  Guru melakukan tindak lanjut yang kemungkinannya dapat berupa
memberikan penjelasan tentang materi yang belum dikuasai siswa
atau  memberi  tugas  tambahan  untuk  memperdalam  atau
menambah penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.