Dibawah ini ada beberapa link skripsi PTK dari teman2 di UKSW Salatiga
Ini hanya Referensi bukan publikasi...
Jadi untuk dipergunakan sebagai mana mestinya...
http://www.4shared.com/file/ovsAUkkK/PTK__kethip.html
http://www.4shared.com/document/dBNcJmub/PTK__towo.html
http://www.4shared.com/file/tBCdfFZP/PTK__VITA_1.html
http://www.4shared.com/file/soz6gjck/PTK_.html
http://www.4shared.com/file/G3u1w9po/PTK_ADI_292008345.html
http://www.4shared.com/file/SCYFYKkf/PTK_Ahmad_Yunus.html
http://www.4shared.com/file/I49oOqNc/PTK_Alur.html
http://www.4shared.com/file/K-wUeoUz/PTK_Aris_Pristiwati.html
http://www.4shared.com/document/JVtKsTln/PTK_Diah_Nugraheni.html
http://www.4shared.com/file/Gre7Zvsv/PTK_dona282008121.html
http://www.4shared.com/file/9AUE-tk4/PTK_Hastuti_Sarwo_Rini.html
http://www.4shared.com/file/u6aCZSzf/PTK_NIA_JADI.html
http://www.4shared.com/file/JS5ClXAl/PTK_rania.html
http://www.4shared.com/file/Ekv45XWw/PTK_RANIYATI_LASTARI.html
http://www.4shared.com/file/7fIXjf_k/PTK_SkRiepZy_SaNTy2.html
http://www.4shared.com/file/4BaH08Qf/PTK_SLAMET_PRAYOGA.html
http://www.4shared.com/file/zAKJ4LRw/PTK_Tuti_Ambarwati.html
beberapa link masih menunggu..
Jumat, 18 Februari 2011
Pendidikan Dan Perspektif Budaya
A. Pengertian Kebudayaan
Apakah kebudayaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini kita kaji uraian
berikut ini.
Kebudayaan berasal dari kata cultuur (bahasa Belanda) Culture (bahasa
Inggris), colere (bahasa latin) yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan
dan mengembangkan. Kebudayaan juga berasal dari buddhayah (bahasa
sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Sedangkan pendapat yang lain menyatakan budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk = budi daya, yang berarti daya dari budi yang
berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta , rasa,
karsa.
Lebih lanjut kehidupan dapat diartikan hasil usaha untuk mencukupi
semua kebutuhan hidupnya (Ahmadi 2004:58).
Menurut E.B. Tylor dalam Ahmadi (2004:172) kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dari definisi tersebut,
kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-
caracara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Ahmadi
(2004:173) kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai
alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut kebudayaan dapat ditafsirkan sebagai
hasil cipta rasa dan karya manusia yang dijunjung tinggi.
B. Pendidikan Merupakan Bagian Integral Dari Kebudayaan
Berkaitan dengan pendidikan bahwa kebudayaan sebagai suatu pola dan
hasil tingkah laku yang dipelajari oleh semua anggota masyarakat tertentu.
Sebagai suatu hasil kebudayaan juga ditransmisikan dari generasi tua kepada
generasi muda. Selain kebudayaan yang ada, ditransmisikan melalui pendidikan
tetapi juga ada perubahan-perubahan sesuai dengan kondisi baru, sehingga
terbentuklah pola tingkah laku baru, nilai-nilai dan norma-norma baru yang
sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat (Wardani, 1999:4.5).
Menurut uraian di atas dapat ditafsirkan bahwa dengan pendidikan
kebudayaan dapat diwariskan dan dengan pendidikan kebudayaan dapat
diperbarui sesuai dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat.
Lebih lanjut secara jelas disebutkan bahwa pendidikan itu merupakan
bagian dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.2). Pendidikan itu merupakan bagian
integral dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.9).
Menurut UU Nomor 4 tahun 1950 juncto nomor 12 tahun 1954 tentang
Dasar-Dasar Pendidikan dan pengajaran di sekolah pada bab III pasal 4 dari
pendidikan dan pengajaran adalah asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan
UUD negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Demikian juga menurut UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Indonesia dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila
dan UUD 1945. Dari uraian di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pendidikan
nasional Indonesia berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia sebab pendidikan
nasional Indonesia berakar pada kebudayaan Indonesia.
C. Ciri Khusus Agar Pendidikan Menjadi Pusat Kebudayaan
Ciri khusus agar pendidikan menjadi pusat kebudayaan adalah : (1) dapat
meningkatkan mutu, (2) dapat menciptakan masyarakat belajar, (3) dapat menjadi
teladan masyarakat sekitarnya, (4) dapat membentuk manusia seutuhnya
(Parsono dkk, 1990:4.16)
1. Peningkatan mutu pendidikan
Agar peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal maka perlu
diperhatikan antara lain :
a. Tujuan, Tujuan pendidikan harus dirumuskan secara jelas baik tujuan
institusional, tujuan kurikulum, tujuan institusional maupun tujuan
instruksional. Semua tujuan harus dirumuskan secara jelas, tepat dan
berdasarkan kompetensi.
b. Materi pelajaran, materi pelajaran yang berbentuk pengetahuan, sikap dan
ketrampilan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai
tujuan kompetensi, isi materi pelajaran harus disusun sedemikian rupa
untuk menemukan sesuatu. Organisasi materi harus dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk menganalisis, menyimpulkan, berbuat
sesuatu dan mengerjakan sesuatu.
c. Metode pengajaran harus bervariasi, dapat meningkatkan siswa untuk
berdiskusi, berlatih, berpikir ilmiah, dapat menemukan sesuatu sendiri,
belajar bekerja sama.
d. Kemampuan yang telah dimiliki siswa (entry behavior) diperhatikan.
Metode dan materi pengajaran disesuaikan kemampuan siswa.
e. Fasilitas dan perlengkapan yang memadai sehingga dapat mendukung
terjadinya proses belajar mengajar yang optimal.
2. Menciptakan Masyarakat Belajar
Pendidikan hendaknya dapat menciptakan siswa agar ada upaya untuk selalu
ingin tahu dan juga agar tercipta keinginan belajar sepanjang hayat.
3. Sekolah dapat menjadi teladan dari masyarakat
Jika sekolah dapat menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya, maka sekolah
dapat menjadi pusat kebudayaan.
4. Membentuk manusia Indonesia seutuhnya Menurut UU No. 2 tahun 1989 bab II pasal 4 ciri-ciri seutuhnya adalah : (1)
manusia yang beriman, (2) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (3)
memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (4) kepribadian yang mantap dan
mandiri, (5) serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Parsono dkk, 1990:4.7).
D. Pendidikan Merupakan Sarana Untuk Pembudayaan
Melalui pendidikan merupakan sarana untuk membudayakan anak. Hal
ini tercermin dari fungsi sekolah adalah mentransformasikan nilai budaya dari
satu generasi ke generasi lainnya. Lebih lanjut hubungan sekolah dengan
masyarakat merupakan hubungan transformatif. Artinya sekolah memiliki
kewajiban untuk mensosialisasikan nilai-nilai atau norma-norma yang ada di
masyarakat kepada anak didik dengan berbagai perubahan-perubahan sebagai
hasil perbaikan dari kekurangan yang ada. Dalam arti positif pendidikan dapat
dipandang sebagai kegiatan inovasi (Sunaryo dan Nyoman Dantes,
1996/1997:40).
Dari uraian tersebut di atas dimaksudkan melalui pendidikan di sekolah,
pendidikan dalam rumah tangga maupun pendidikan di luar sekolah dapat
dipakai sebagai sarana untuk pembentukan kebudayaan. Dari pengertian tersebut
dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk pembudayaan.
E. Peranan Sekolah Dalam Hal Kebudayaan
1. Peranan Sekolah Sebagai Pewaris
Kebudayaan seperti telah dibahas terdahulu, yaitu hasil cipta, karsa
dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah
laku yang dipelajari dan dimiliki semua anggota masyarakat tertentu dan
dijunjung tinggi. Hasil cipta, karsa dan karya manusia yang memiliki nilai
dan dijunjung tinggi tidak dengan sendirinya dimiliki oleh anak didik tanpa
diajarkan (ditransmisikan) kepada anak atau dipelajari oleh anak tersebut.
2. Peranan Sekolah Sebagai Pemelihara
Nilai-nilai budaya yang tinggi dan pantas untuk dilestarikan, maka
sekolah perlu memelihara, sedangkan budaya yang tidak perlu seperti
egosentris (mementingkan diri sendiri) lambat laun harus dikurangi.
3. Peranan Sekolah Sebagai Pembaru Kebudayaan
Selain peranan sekolah sebagai pemelihara dan pewaris nilai-nilai
budaya, juga sebagai pembaru (inovatif). Budaya yang sudah tidak sesuai
dengan keinginan atau kehendak masyarakat dihilangkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak masyarakat dijaga dan dikembangkan, sehingga
timbul budaya-budaya baru di kemudian hari.
Apakah kebudayaan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini kita kaji uraian
berikut ini.
Kebudayaan berasal dari kata cultuur (bahasa Belanda) Culture (bahasa
Inggris), colere (bahasa latin) yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan
dan mengembangkan. Kebudayaan juga berasal dari buddhayah (bahasa
sansekerta), yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti budi atau akal.
Sedangkan pendapat yang lain menyatakan budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk = budi daya, yang berarti daya dari budi yang
berupa cipta, rasa dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta , rasa,
karsa.
Lebih lanjut kehidupan dapat diartikan hasil usaha untuk mencukupi
semua kebutuhan hidupnya (Ahmadi 2004:58).
Menurut E.B. Tylor dalam Ahmadi (2004:172) kebudayaan adalah
kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dari definisi tersebut,
kebudayaan mencakup kesemuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia
sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang
dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, artinya mencakup segala cara-
caracara atau pola-pola berpikir, merasakan dan bertindak.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi dalam Ahmadi
(2004:173) kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa cipta masyarakat. Karya
masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan
jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai
alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan
masyarakat.
Dari beberapa pendapat tersebut kebudayaan dapat ditafsirkan sebagai
hasil cipta rasa dan karya manusia yang dijunjung tinggi.
B. Pendidikan Merupakan Bagian Integral Dari Kebudayaan
Berkaitan dengan pendidikan bahwa kebudayaan sebagai suatu pola dan
hasil tingkah laku yang dipelajari oleh semua anggota masyarakat tertentu.
Sebagai suatu hasil kebudayaan juga ditransmisikan dari generasi tua kepada
generasi muda. Selain kebudayaan yang ada, ditransmisikan melalui pendidikan
tetapi juga ada perubahan-perubahan sesuai dengan kondisi baru, sehingga
terbentuklah pola tingkah laku baru, nilai-nilai dan norma-norma baru yang
sesuai dengan tuntutan perkembangan masyarakat (Wardani, 1999:4.5).
Menurut uraian di atas dapat ditafsirkan bahwa dengan pendidikan
kebudayaan dapat diwariskan dan dengan pendidikan kebudayaan dapat
diperbarui sesuai dengan kemajuan dan tuntutan masyarakat.
Lebih lanjut secara jelas disebutkan bahwa pendidikan itu merupakan
bagian dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.2). Pendidikan itu merupakan bagian
integral dari kebudayaan (Wardani, 1999:4.9).
Menurut UU Nomor 4 tahun 1950 juncto nomor 12 tahun 1954 tentang
Dasar-Dasar Pendidikan dan pengajaran di sekolah pada bab III pasal 4 dari
pendidikan dan pengajaran adalah asas-asas yang termaktub dalam Pancasila dan
UUD negara Republik Indonesia dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Demikian juga menurut UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Indonesia dijelaskan bahwa pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila
dan UUD 1945. Dari uraian di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pendidikan
nasional Indonesia berkaitan erat dengan kebudayaan Indonesia sebab pendidikan
nasional Indonesia berakar pada kebudayaan Indonesia.
C. Ciri Khusus Agar Pendidikan Menjadi Pusat Kebudayaan
Ciri khusus agar pendidikan menjadi pusat kebudayaan adalah : (1) dapat
meningkatkan mutu, (2) dapat menciptakan masyarakat belajar, (3) dapat menjadi
teladan masyarakat sekitarnya, (4) dapat membentuk manusia seutuhnya
(Parsono dkk, 1990:4.16)
1. Peningkatan mutu pendidikan
Agar peningkatan mutu pendidikan dapat tercapai secara optimal maka perlu
diperhatikan antara lain :
a. Tujuan, Tujuan pendidikan harus dirumuskan secara jelas baik tujuan
institusional, tujuan kurikulum, tujuan institusional maupun tujuan
instruksional. Semua tujuan harus dirumuskan secara jelas, tepat dan
berdasarkan kompetensi.
b. Materi pelajaran, materi pelajaran yang berbentuk pengetahuan, sikap dan
ketrampilan hendaknya sesuai dengan kebutuhan dalam rangka mencapai
tujuan kompetensi, isi materi pelajaran harus disusun sedemikian rupa
untuk menemukan sesuatu. Organisasi materi harus dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk menganalisis, menyimpulkan, berbuat
sesuatu dan mengerjakan sesuatu.
c. Metode pengajaran harus bervariasi, dapat meningkatkan siswa untuk
berdiskusi, berlatih, berpikir ilmiah, dapat menemukan sesuatu sendiri,
belajar bekerja sama.
d. Kemampuan yang telah dimiliki siswa (entry behavior) diperhatikan.
Metode dan materi pengajaran disesuaikan kemampuan siswa.
e. Fasilitas dan perlengkapan yang memadai sehingga dapat mendukung
terjadinya proses belajar mengajar yang optimal.
2. Menciptakan Masyarakat Belajar
Pendidikan hendaknya dapat menciptakan siswa agar ada upaya untuk selalu
ingin tahu dan juga agar tercipta keinginan belajar sepanjang hayat.
3. Sekolah dapat menjadi teladan dari masyarakat
Jika sekolah dapat menjadi teladan bagi masyarakat sekitarnya, maka sekolah
dapat menjadi pusat kebudayaan.
4. Membentuk manusia Indonesia seutuhnya Menurut UU No. 2 tahun 1989 bab II pasal 4 ciri-ciri seutuhnya adalah : (1)
manusia yang beriman, (2) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (3)
memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (4) kepribadian yang mantap dan
mandiri, (5) serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan (Parsono dkk, 1990:4.7).
D. Pendidikan Merupakan Sarana Untuk Pembudayaan
Melalui pendidikan merupakan sarana untuk membudayakan anak. Hal
ini tercermin dari fungsi sekolah adalah mentransformasikan nilai budaya dari
satu generasi ke generasi lainnya. Lebih lanjut hubungan sekolah dengan
masyarakat merupakan hubungan transformatif. Artinya sekolah memiliki
kewajiban untuk mensosialisasikan nilai-nilai atau norma-norma yang ada di
masyarakat kepada anak didik dengan berbagai perubahan-perubahan sebagai
hasil perbaikan dari kekurangan yang ada. Dalam arti positif pendidikan dapat
dipandang sebagai kegiatan inovasi (Sunaryo dan Nyoman Dantes,
1996/1997:40).
Dari uraian tersebut di atas dimaksudkan melalui pendidikan di sekolah,
pendidikan dalam rumah tangga maupun pendidikan di luar sekolah dapat
dipakai sebagai sarana untuk pembentukan kebudayaan. Dari pengertian tersebut
dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan sarana untuk pembudayaan.
E. Peranan Sekolah Dalam Hal Kebudayaan
1. Peranan Sekolah Sebagai Pewaris
Kebudayaan seperti telah dibahas terdahulu, yaitu hasil cipta, karsa
dan karya manusia berupa norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah
laku yang dipelajari dan dimiliki semua anggota masyarakat tertentu dan
dijunjung tinggi. Hasil cipta, karsa dan karya manusia yang memiliki nilai
dan dijunjung tinggi tidak dengan sendirinya dimiliki oleh anak didik tanpa
diajarkan (ditransmisikan) kepada anak atau dipelajari oleh anak tersebut.
2. Peranan Sekolah Sebagai Pemelihara
Nilai-nilai budaya yang tinggi dan pantas untuk dilestarikan, maka
sekolah perlu memelihara, sedangkan budaya yang tidak perlu seperti
egosentris (mementingkan diri sendiri) lambat laun harus dikurangi.
3. Peranan Sekolah Sebagai Pembaru Kebudayaan
Selain peranan sekolah sebagai pemelihara dan pewaris nilai-nilai
budaya, juga sebagai pembaru (inovatif). Budaya yang sudah tidak sesuai
dengan keinginan atau kehendak masyarakat dihilangkan, sedangkan yang sesuai dengan kehendak masyarakat dijaga dan dikembangkan, sehingga
timbul budaya-budaya baru di kemudian hari.
PENGERTIAN DAN PENDEKATAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN
A. Pengertian Sosiologi Pendidikan
Apakah sosiologi pendidikan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini ada
beberapa hal yang perlu dicermati, diantaranya sebagai berikut: Sosiologi
pendidikan berasal dari kata sosiologi dan pendidikan, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur
sosialnya (Pidarta, 2000:145), Jadi sosiologi dapat ditafsirkan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu
wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Menurut Mayor Polak dalam Gunawan (2000:3) disebutkan bahwa
sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai
keseluruhan, yakni hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis
maupun dinamis. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
dalam Gunawan (2000:3) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Menurut H.P. Fairchild dalam Ahmadi (2000:1) Sosiologi Pendidikan
adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang fundamental. Secara etimologi sosiologi pendidikan terdiri
7 sosiologi dan pendidikan, yang berarti aspek-aspek sosiologi dikaitkan dengan
masalah-masalah pendidikan.
Menurut Charles A. Ellwood dalam Ahmadi (2000:7) Sosiologi
pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju untuk melahirkan
maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses
pendidikan dan proses sosial.
Menurut Wuraji dalam Pidarta (2000:146) sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat ditafsirkan bahwa sosiologi
pendidikan adalah aspek-aspek sosiologi yang diterapkan pada masalah-masalah
pendidikan yang fundamental.
Kaitan antara sosiologi pendidikan dengan sosiologi, ilmu pendidikan dan
kelompok
Gambar 1 Sosiologi Pendidikan dalam kelompok ilmu-ilmu sosial (Dirujuk dari
Ravik Karsidi, 2005:2)
Mengapa dalam pendidikan terdapat aspek-aspek sosiologis sebab situasi
pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial. Hubungan dan
pergaulan sosial yang ada dalam pendidikan (sekolah) antara lain terjadi antara
pendidik dengan pendidik, pendidik dan anak didik, anak didik dengan anak
didik, pendidik dengan pegawai, pegawai dengan pegawai, anak didik dengan
pegawai.
Mengapa guru dan calon guru perlu memahami hal-hal yang berkaitan
dengan sosiologi? Hal ini disebabkan antara lain:
1. Bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif. Perubahan
yang cepat menimbulkan adanya cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat
adanya hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan paham sesuatu yang
menimbulkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Masalah yang timbul
tidak dapat diatasi oleh lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu para ahli
sosiologi diharapkan dapat mengembangkan pemikirannya untuk ikut
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
2. Guru selain sebagai administrator, informatory dan pemimpin, maka harus
berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Kepribadian guru dapat
mempengaruhi suasana kelas/sekolah, baik kebebasan yang dinikmati anak
dalam mengeluarkan pendapatnya dan mengembangkan kreatifitasnya
ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dan pengembanga
kepribadiannya. Kebebasan guru juga dibatasi oleh atasannya (kepala
sekolah, pemilik, kepala Dinas sangsi menteri), keseluruhannya dipengaruhi,
dibatasi, serta diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan di sekolah dipengaruhi berbagai faktor antara ;ain menyangkut
usaha murid, guru, orang tua, interaksi antara murid dengan murid serta
lingkungan sosialnya baik yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah.
Anak memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya menyangkut bakat,
kemampuan pembawaannya, karena dipengaruhi lingkungan sosial yang
berlainan. Untuk itu sudah sewajarnya bila seorang guru harus berusaha
menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, hubungan manusia dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Bagaimana perkembangan sosiologi pendidikan? Untuk menjawab
permasalahan ini kita kaji bersama hal-hal sebagai berikut. Perkembangan
sosiologi pendidikan di mulai oleh Jhon Dewey yang menerbitkan buku “School
and society” tahun 1899. selanjutnya pada tahun 1920, F. R. Clow David
Inedden, Ross Finney, C.C. Petrus, C.L. Robbius, E. R. Groves dan lain-lain
meneruskan jalan pikiran tersebut di atas dan menekankan pentingnya nilai sosial
pendidikan. Sosiologi pendidikan dikuliahkan pertama kali oleh Henry Awazalo
tahun 1910 di Teaher College, Universitas Columbia. Pada tahun 1916 di
Universitas New York dan Columbia didirikan jurusan sosiologi pendidikan.
Himpunan untuk studi sosiologi pendidikan dibentuk pada konggres himpunan
sosiologi Amerika pada tahun 1923. Sejak tahun 1928 terbitlah The Jurnal of
educational Sociology di bawah pimpinan E. George Payne. Majalah social
education mulai terbit tahun 1936. Sejak tahun 1940 dalam Review of
Educational research dimuat artikel-artikel yang mempunyai hubungan dengan
sosiologi pendidikan. Pada tahun 1967 sosiologi pendidikan diberikan pertama
kali di IKIP Negeri Yogyakarta jurusan Didaktik kurikulum.
B. Pendekatan Sosiologi Pendidikan
Pendekatan sosiologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan
yaitu pendekatan individu, pendekatan sosial dan pendekatan interaksi.
1. Pendekatan individu
Individu merupakan bagian dari kelompok atau masyarakat dengan
kata lain bahwa individu merupakan pembentuk kelompok. Apabila kita
dapat memahami tingkah laku individu satu persatu bagaimana cara
berpikirnya, perasaannya, kemauannya, perbuatannya, mentalitasnya dan
seterusnya, maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok,
bagaimana mentalita kelompok.
Individu dipengaruhi oleh faktor intern meliputi faktor-faktor biologis
dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan
fisik dan lingkungan sosial (Ahmadi, 2000:27).
Pada bagian ini yaitu individu dibahas tentang faktor biologis pada tingkah
laku manusia dan faktor psikologis pada tingkah laku manusia.
a. Faktor biologis pada tingkah laku manusia
Menyangkut keadaan biologis manusia dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia, dapat ditemukan antara lain:
Penyelewengan nasionalisme yang ekstrim seperti yang dianut Hitler,
bahwa ras Arya dari Jerman sebagai ras yang super, melebihi ras-ras yang
lain. Ras kulit putih menganggap bahwa ras kulit hitam memiliki
intelegensi yang rendah. Tetapi dalam penyelidikan-penyelidikan
membuktikan bahwa tinggi rendahnya Intelegensi tidak tergantung pada
asal ras, tetapi dipengaruhi faktor milieu fisik dan kultural pada
masyarakat. Bangsa kulit berwarna belum maju karena berkaitan dengan
kebebasan, fasilitas ekonomi, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial
yang luas dan keagamaan.
Hal yang lain misalnya menyangkut makanan yang berkaitan dengan
protein, jaringan otak dan saraf-sarafnya berasal dari protein, orang yang
jaringan otaknya tumbuh secara baik karena protein, maka perkembangan
Intelegensinya juga baik.
b. Faktor psikologis pada tingkah laku manusia
Unsur kejiwaan atau psikologis dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia. Hal ini dipertegas sesuai pendapat Ahmadi (2000:36) yang
menyatakan bahwa:
“Faktor-faktor hereditair, misalnya pembawaan, bakat dan sebagainya,
yang harus kita akui sebagai kekuatan potensial, kekuatan yang latent, kekuatan-kekuatan potensial mana baru dapat diaktuilkan, baru dapat
dimanifestasikan kalau faktor-faktor milieu, faktor-faktor lingkungan
sekitar mengijinkan, memberi kesempatan dan fasilitas yang mencukupi
adanya”.
Dari pendapat tersebut dapat memperjelas bahwa aktualitas seseorang
yang berwujud tingkah laku dipengaruhi adanya unsur kejiwaan berupa
hereditas dan juga faktor lingkungan (milieu).
2. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial menekankan pada masyarakat dan pengaruh
geografi. Di masyarakat terjadi individu berhubungan dengan individu dan
juga menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial. Sedangkan interaksi dan
proses sosial didasari oleh fakta-fakta sebagai berikut: 1) imitasi; 2) sugesti;
3) identifikasi; simpati (Pidarta, 2000:147).
Imitasi adalah peniruan, misalnya anak meniru gurunya yang
berpakaian rapi. Tetapi anak tidak meniru orang lain yang gemar minum-
minuman keras. Meniru guru yang berpakaian rapi merupakan imitasi
terhadap hal yang positif. Kalau anak ikut-ikutan minum-minuman keras
terhadap temannya maka itu merupakan imitasi yang negatif.
Sugesti adalah jika anak menerima atau tertarik pada pandangan atau
sikap orang lain, ini dilakukan tanpa adanya kritik atau pertimbangan yang
rasional. Identifikasi adalah keinginan untuk menggunakan dirinya kepada
orang lain yang dianggap memiliki keistimewaan atau kelebihan.
Simpati yaitu tertariknya orang satu terhadap orang lain. Timbulnya
simpati karena berdasarkan penilaian perasaan.
3. Pendekatan Interaksi
Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan
sosial antara individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat
dan sebaliknya. Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi syarat: 1)
kontak sosial, 2) komunikasi (Pidarta, 2000:149).
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:
1. Kontak antar individu, misalnya antara anak dengan ibu di rumah, anak
dengan anak, anak dengan guru di sekolah.
2. Kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya, contohnya
antara anak dengan kelompok remaja masjid atau gereja. 3. Kontak antar kelompok, contohnya antara kelompok orang tua murid
dengan guru-guru.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Adapun alat-alat
komunikasi antara lain : melalui pembicaraan, melalui mimik dengan
lambang-lambang misalnya mengacungkan ibu jari, melalui alat-alat
misalnya melalui media cetak dan elektronik.
Sampai di sini Anda telah mempelajari dan menyelesaikan kegiatan
belajar sub unit I (satu). Tentu Anda telah menguasai uraian di atas. Untuk
mengetahui pemahaman Anda, kita kerjakan latihan berikut ini:
Apakah sosiologi pendidikan itu? Untuk menjawab pertanyaan ini ada
beberapa hal yang perlu dicermati, diantaranya sebagai berikut: Sosiologi
pendidikan berasal dari kata sosiologi dan pendidikan, sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur
sosialnya (Pidarta, 2000:145), Jadi sosiologi dapat ditafsirkan sebagai ilmu yang
mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam
kelompoknya dan bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu
wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.
Menurut Mayor Polak dalam Gunawan (2000:3) disebutkan bahwa
sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat sebagai
keseluruhan, yakni hubungan antar manusia dengan manusia, manusia dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, baik formal maupun material, baik statis
maupun dinamis. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi
dalam Gunawan (2000:3) sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial
dan proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Menurut H.P. Fairchild dalam Ahmadi (2000:1) Sosiologi Pendidikan
adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang fundamental. Secara etimologi sosiologi pendidikan terdiri
7 sosiologi dan pendidikan, yang berarti aspek-aspek sosiologi dikaitkan dengan
masalah-masalah pendidikan.
Menurut Charles A. Ellwood dalam Ahmadi (2000:7) Sosiologi
pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari/menuju untuk melahirkan
maksud hubungan-hubungan antara semua pokok-pokok masalah antara proses
pendidikan dan proses sosial.
Menurut Wuraji dalam Pidarta (2000:146) sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas maka dapat ditafsirkan bahwa sosiologi
pendidikan adalah aspek-aspek sosiologi yang diterapkan pada masalah-masalah
pendidikan yang fundamental.
Kaitan antara sosiologi pendidikan dengan sosiologi, ilmu pendidikan dan
kelompok
Gambar 1 Sosiologi Pendidikan dalam kelompok ilmu-ilmu sosial (Dirujuk dari
Ravik Karsidi, 2005:2)
Mengapa dalam pendidikan terdapat aspek-aspek sosiologis sebab situasi
pendidikan adalah situasi hubungan dan pergaulan sosial. Hubungan dan
pergaulan sosial yang ada dalam pendidikan (sekolah) antara lain terjadi antara
pendidik dengan pendidik, pendidik dan anak didik, anak didik dengan anak
didik, pendidik dengan pegawai, pegawai dengan pegawai, anak didik dengan
pegawai.
Mengapa guru dan calon guru perlu memahami hal-hal yang berkaitan
dengan sosiologi? Hal ini disebabkan antara lain:
1. Bahwa masyarakat mengalami perubahan sangat cepat, progresif. Perubahan
yang cepat menimbulkan adanya cultural lag (ketinggalan kebudayaan akibat
adanya hambatan-hambatan). Cultural lag ini merupakan paham sesuatu yang
menimbulkan masalah-masalah sosial di masyarakat. Masalah yang timbul
tidak dapat diatasi oleh lembaga-lembaga pendidikan. Untuk itu para ahli
sosiologi diharapkan dapat mengembangkan pemikirannya untuk ikut
memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental.
2. Guru selain sebagai administrator, informatory dan pemimpin, maka harus
berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Kepribadian guru dapat
mempengaruhi suasana kelas/sekolah, baik kebebasan yang dinikmati anak
dalam mengeluarkan pendapatnya dan mengembangkan kreatifitasnya
ataupun pengekangan dan keterbatasan yang dialami dan pengembanga
kepribadiannya. Kebebasan guru juga dibatasi oleh atasannya (kepala
sekolah, pemilik, kepala Dinas sangsi menteri), keseluruhannya dipengaruhi,
dibatasi, serta diarahkan pada pencapaian tujuan pendidikan. Keberhasilan
pendidikan di sekolah dipengaruhi berbagai faktor antara ;ain menyangkut
usaha murid, guru, orang tua, interaksi antara murid dengan murid serta
lingkungan sosialnya baik yang dihadapi di dalam maupun di luar sekolah.
Anak memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya menyangkut bakat,
kemampuan pembawaannya, karena dipengaruhi lingkungan sosial yang
berlainan. Untuk itu sudah sewajarnya bila seorang guru harus berusaha
menganalisis pendidikan dari segi sosiologi, hubungan manusia dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Bagaimana perkembangan sosiologi pendidikan? Untuk menjawab
permasalahan ini kita kaji bersama hal-hal sebagai berikut. Perkembangan
sosiologi pendidikan di mulai oleh Jhon Dewey yang menerbitkan buku “School
and society” tahun 1899. selanjutnya pada tahun 1920, F. R. Clow David
Inedden, Ross Finney, C.C. Petrus, C.L. Robbius, E. R. Groves dan lain-lain
meneruskan jalan pikiran tersebut di atas dan menekankan pentingnya nilai sosial
pendidikan. Sosiologi pendidikan dikuliahkan pertama kali oleh Henry Awazalo
tahun 1910 di Teaher College, Universitas Columbia. Pada tahun 1916 di
Universitas New York dan Columbia didirikan jurusan sosiologi pendidikan.
Himpunan untuk studi sosiologi pendidikan dibentuk pada konggres himpunan
sosiologi Amerika pada tahun 1923. Sejak tahun 1928 terbitlah The Jurnal of
educational Sociology di bawah pimpinan E. George Payne. Majalah social
education mulai terbit tahun 1936. Sejak tahun 1940 dalam Review of
Educational research dimuat artikel-artikel yang mempunyai hubungan dengan
sosiologi pendidikan. Pada tahun 1967 sosiologi pendidikan diberikan pertama
kali di IKIP Negeri Yogyakarta jurusan Didaktik kurikulum.
B. Pendekatan Sosiologi Pendidikan
Pendekatan sosiologi pendidikan menggunakan beberapa pendekatan
yaitu pendekatan individu, pendekatan sosial dan pendekatan interaksi.
1. Pendekatan individu
Individu merupakan bagian dari kelompok atau masyarakat dengan
kata lain bahwa individu merupakan pembentuk kelompok. Apabila kita
dapat memahami tingkah laku individu satu persatu bagaimana cara
berpikirnya, perasaannya, kemauannya, perbuatannya, mentalitasnya dan
seterusnya, maka akhirnya dapat dimengerti bagaimana kelompok,
bagaimana mentalita kelompok.
Individu dipengaruhi oleh faktor intern meliputi faktor-faktor biologis
dan psikologis, sedangkan faktor ekstern mencakup faktor-faktor lingkungan
fisik dan lingkungan sosial (Ahmadi, 2000:27).
Pada bagian ini yaitu individu dibahas tentang faktor biologis pada tingkah
laku manusia dan faktor psikologis pada tingkah laku manusia.
a. Faktor biologis pada tingkah laku manusia
Menyangkut keadaan biologis manusia dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia, dapat ditemukan antara lain:
Penyelewengan nasionalisme yang ekstrim seperti yang dianut Hitler,
bahwa ras Arya dari Jerman sebagai ras yang super, melebihi ras-ras yang
lain. Ras kulit putih menganggap bahwa ras kulit hitam memiliki
intelegensi yang rendah. Tetapi dalam penyelidikan-penyelidikan
membuktikan bahwa tinggi rendahnya Intelegensi tidak tergantung pada
asal ras, tetapi dipengaruhi faktor milieu fisik dan kultural pada
masyarakat. Bangsa kulit berwarna belum maju karena berkaitan dengan
kebebasan, fasilitas ekonomi, kemajuan kebudayaan, hubungan sosial
yang luas dan keagamaan.
Hal yang lain misalnya menyangkut makanan yang berkaitan dengan
protein, jaringan otak dan saraf-sarafnya berasal dari protein, orang yang
jaringan otaknya tumbuh secara baik karena protein, maka perkembangan
Intelegensinya juga baik.
b. Faktor psikologis pada tingkah laku manusia
Unsur kejiwaan atau psikologis dapat mempengaruhi tingkah laku
manusia. Hal ini dipertegas sesuai pendapat Ahmadi (2000:36) yang
menyatakan bahwa:
“Faktor-faktor hereditair, misalnya pembawaan, bakat dan sebagainya,
yang harus kita akui sebagai kekuatan potensial, kekuatan yang latent, kekuatan-kekuatan potensial mana baru dapat diaktuilkan, baru dapat
dimanifestasikan kalau faktor-faktor milieu, faktor-faktor lingkungan
sekitar mengijinkan, memberi kesempatan dan fasilitas yang mencukupi
adanya”.
Dari pendapat tersebut dapat memperjelas bahwa aktualitas seseorang
yang berwujud tingkah laku dipengaruhi adanya unsur kejiwaan berupa
hereditas dan juga faktor lingkungan (milieu).
2. Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial menekankan pada masyarakat dan pengaruh
geografi. Di masyarakat terjadi individu berhubungan dengan individu dan
juga menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Proses sosial dimulai dari interaksi sosial. Sedangkan interaksi dan
proses sosial didasari oleh fakta-fakta sebagai berikut: 1) imitasi; 2) sugesti;
3) identifikasi; simpati (Pidarta, 2000:147).
Imitasi adalah peniruan, misalnya anak meniru gurunya yang
berpakaian rapi. Tetapi anak tidak meniru orang lain yang gemar minum-
minuman keras. Meniru guru yang berpakaian rapi merupakan imitasi
terhadap hal yang positif. Kalau anak ikut-ikutan minum-minuman keras
terhadap temannya maka itu merupakan imitasi yang negatif.
Sugesti adalah jika anak menerima atau tertarik pada pandangan atau
sikap orang lain, ini dilakukan tanpa adanya kritik atau pertimbangan yang
rasional. Identifikasi adalah keinginan untuk menggunakan dirinya kepada
orang lain yang dianggap memiliki keistimewaan atau kelebihan.
Simpati yaitu tertariknya orang satu terhadap orang lain. Timbulnya
simpati karena berdasarkan penilaian perasaan.
3. Pendekatan Interaksi
Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan
sosial antara individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat
dan sebaliknya. Interaksi sosial dapat terjadi apabila memenuhi syarat: 1)
kontak sosial, 2) komunikasi (Pidarta, 2000:149).
Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:
1. Kontak antar individu, misalnya antara anak dengan ibu di rumah, anak
dengan anak, anak dengan guru di sekolah.
2. Kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya, contohnya
antara anak dengan kelompok remaja masjid atau gereja. 3. Kontak antar kelompok, contohnya antara kelompok orang tua murid
dengan guru-guru.
Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan
seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang. Adapun alat-alat
komunikasi antara lain : melalui pembicaraan, melalui mimik dengan
lambang-lambang misalnya mengacungkan ibu jari, melalui alat-alat
misalnya melalui media cetak dan elektronik.
Sampai di sini Anda telah mempelajari dan menyelesaikan kegiatan
belajar sub unit I (satu). Tentu Anda telah menguasai uraian di atas. Untuk
mengetahui pemahaman Anda, kita kerjakan latihan berikut ini:
Jumat, 11 Februari 2011
RPP, SILABUS, PROMES (Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi)
Di bawah ini ada beberapa link yang bisa untuk download RPP, Silabus dan Promes terbaru dimana RPP sudah ada 3 kegiatan yaitu Eksplorasi, Elaborasi dan Konfirmasi...
Untuk kelas I mpe III udah tematik dari RPP, Silabus dan Promesnya....
Silahkan di download.... GRATISSSSSSSSSSSSSSS.......
http://www.4shared.com/file/3m_oHv-q/dona_TEMATIK_1.html
http://www.4shared.com/file/wbuGPUYI/dona_TEMATIK_2.html
http://www.4shared.com/file/zhG8QXjt/dona_KELAS_IV.html
http://www.4shared.com/file/RlUblbBl/dona_TEMATIK_3.html
http://www.4shared.com/file/g3Z2MwiI/dona_KELAS_V.html
http://www.4shared.com/file/2xU_oHkm/dona_KELAS_VI.html
Pastikan PC anda ada Program Winrar.... Otey..
Terima Kasih.....
Untuk kelas I mpe III udah tematik dari RPP, Silabus dan Promesnya....
Silahkan di download.... GRATISSSSSSSSSSSSSSS.......
http://www.4shared.com/file/3m_oHv-q/dona_TEMATIK_1.html
http://www.4shared.com/file/wbuGPUYI/dona_TEMATIK_2.html
http://www.4shared.com/file/zhG8QXjt/dona_KELAS_IV.html
http://www.4shared.com/file/RlUblbBl/dona_TEMATIK_3.html
http://www.4shared.com/file/g3Z2MwiI/dona_KELAS_V.html
http://www.4shared.com/file/2xU_oHkm/dona_KELAS_VI.html
Pastikan PC anda ada Program Winrar.... Otey..
Terima Kasih.....
Metode Eksperimen, Pembelajaran Unit dan Pembelajaran dengan Modul
1. Metode Eksperimen
a. Pengertian
Sagala (2006), Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa
eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau
hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau
diluar laboratorium. Sedangkan metode eksperimen dalam pembelajaran
adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang
dipelajari.
Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan
guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen
itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.
b. Tujuan
Apa tujuan metode eksperimen ? Metode eksperimen bertujuan agar :
1) Siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang
diperoleh.
2) Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaannya.
3) Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui
percobaan.
4) Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.
c. Alasan Penggunaan Metode Eksperimen
Apa alasan guru menggunakan metode eksperimen ? Beberapa alasan
penggunaan metode eksperimen adalah :
1) Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah. 2) Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.
3) Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya
sebelum ada bukti-bukti nyata.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Eksperimen
1) Kekuatan Metode Eksperimen
a) Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya
sendiri daripada menurut cerita orang atau buku.
b) Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan
melalui percobaan yang dilakukannya.
c) Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan
berpikir ilmiah.
d) Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam
ingatan.
e) Menghilangkan verbalisme.
2) Kelemahan Metode Eksperimen
a) Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta
umumnya mahal.
b) Dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen
umumnya memerlukan waktu lama.
c) Kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan
kesimpulannya.
d) Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Eksperimen
Bagaimana cara menguasai kelemahan metode eksperimen ? Ada
beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode eksperimen.
1) Guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan
eksperimen.
2) Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen
yang diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya,
variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama
eksperimen.
3) Mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan.
4) Meminta setiap siswa melaporkan proses dan hasil eksperimennya,
membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui
kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi. f. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Eksperimen
Apa saja langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen ?
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen tersebut meliputi:
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode
eksperimen.
b) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen.
c) Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam
eksperimen.
d) Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk
Lembar Kerja Siswa (LKS).
2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a) Kegiatan Pembukaan
Menanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu
(opersepsi).
Memotivasi siswa dengan mengemukakan ceritera anekdot yang
ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan
prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b) Kegiatan Inti
Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan
dipakai dalam eksperimen.
Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS
yang telah disiapkan guru.
Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.
c) Kegiatan Penutup
Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.
Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi
eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan bagi yang
sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
2. Metode Pembelajaran Unit
a. Pengertian
Taredja, dkk. (1980), dan Sumantri dan Permana (2006) menyatakan bahwa
metode pengajaran unit adalah suatu cara pembelajaran dimana siswa dan
guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang
dipelajari melalui berbagai segi yang berhubungan, sehingga pemecahannya
secara keseluruhan dan bermakna. Pengajaran unit ini sekarang dinamakan
pembelajaran terpadu.
Menurut Sumantri dan Permana (1998/1999) terdapat beberapa jenis
keterpaduan dalam pembelajaran terpadu : (1) Keterpaduan antara dua atau
lebih masalah, konsep, keterampilan, tugas, atau ide-ide lain dalam satu
bidang studi, (2) Keterpaduan beberapa topik atau sub tema dalam berbagai
bidang studi (model jaring laba-laba/webbed model) dan (3) lintas bidang
studi yaitu pemecahan masalah yang melibatkan adanya prioritas kurikuler
dan menemukan pengetahuan atau konsep, keterampilan dan sikap yang
tumpang tindih dari beberapa bidang studi.
b. Tujuan
Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan tujuan metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Melatih siswa berpikir komprehensif dengan cara mengkaji dan
memecahkan masalah dari berbagai disiplin ilmu atau aspek.
2) Melatih siswa menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah
dalam pemecahan masalah.
3) Membentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu
dan menghargai pendapat orang lain.
4) Melatih siswa agar memiliki kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan dan memimpin suatu kegiatan.
5) Mengembangkan keterampilan berkomunikasi. c. Alasan menggunakan Metode Pembelajaran Unit
Sumantri dan Permana (1998/1999) memberi alasan mengapa guru memilih
menggunakan metode pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Dalam kurikulum terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lain,
atau antara bidang studi satu dengan bidang studi lainnya dalam suatu
pemecahan masalah, sehingga perlu ada satu metode yang dapat
menciptakan kesatuannya.
2) Dapat memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari
berbagai disiplin ilmu.
3) Dapat melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1) Kekuatan Metode Pembelajaran Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kekuatan metode pembelajaran unit
sebagai berikut :
a) Siswa dapat belajar secara keseluruhan (utuh). Semua atau beberapa
mata pelajaran dipadu jadi satu dalam satu masalah. Dengan demikian
ilmu-ilmu yang ada dihayati secara utuh.
b) Pelajaran menjadi lebih berarti. Kalau pada pelajaran tradisional
semua siswa harus melakukan apa yang diajarkan seperti apa adanya,
maka dalam pembelajaran terpadu, siswa belajar sesuai minat, bakat
dan tingkat perkembangannya. Karena itu siswa belajar lebih
bemakna.
c) Situasi kelas lebih demokratis. Hal ini dimungkinkan karena prinsip
dari pembelajaran terpadu adalah perencanaan bersama, dilaksanakan
oleh siswa, guru hanya sebagai pembimbing. Karena itu suasana
belajar menjadi lebih demokratis.
d) Digunakannya asas-asas didaktik secara lebih wajar. Asas-asas
didaktik seperti peragaan, minat, kerja kelompok, kerjasama, kerja
sendiri, dan sebagainya benar-benar dimanfaatkan.
e) Digunakannya prinsip-prinsip psikologi belajar modern, seperti minat
anak berhubungan pengalamannya, anak mempersepsi lingkungannya
secara keseluruhan tidak terpisah-pisah, anak yang sehat selalu aktif
bergerak melakukan sesuatu, dan siswa SD perkembangan
kognitifnya masih ada pada phase operasional konkrit. Dalam
pembelajaran terpadu ini semua diakomodasikan.
2) Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kelemahan metode pembelajaran
unit, antara lain :
a) Memilih pokok masalah yang akan dijadikan unit bukan suatu
pekerjaan yang mudah.
b) Melaksanakan pembelajaran unit menuntut kecakapan tersendiri,
sedangkan guru belum semuanya mampu menyelenggarakannya.
c) Memerlukan ketekunan, pekerjaan dan waktu yang lebih banyak.
d) Karena melibatkan banyak siswa maka dimungkinkan memerlukan
biaya yang lebih banyak.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1) Kesulitan dalam memilih pokok masalah dapat diatasi dengan cara
membentuk tim atau panitia. Melalui rapat tim atau panitia yang terdiri
dari beberapa guru dapat dirumuskan masalah yang hangat dan relevan
dengan kurikulum dan tingkat perkembangan siswa.
2) Kesulitan guru karena dalam pembelajaran unit diperlukan banyak waktu
energi dan biaya, maka pembelajaran unit dapat dicarikan waktu yang
luang dan dilaksanakan secara block waktu (tak ada kegiatan lain selain
pembelajaran unit). Masalah biaya dapat diatasi dengan memasukkan
biaya pembelajaran unit ke DUK sekolah atau sumber lain yang halal.
3) Masalah kedangkalan pelajaran dapat diatasi dengan perencanaan yang
matang jangan asal-asalan saja.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Unit
Bagaimana cara melaksanakan pembelajaran dengan metode unit ? Taredja,
dkk (1980) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Kegiatan Persiapan
a) Menjelaskan kepada siswa tentang bagaimana cara melaksanakan
pembelajaran dengan metode unit.
b) Guru bersama siswa menetapkan pokok masalah yang akan dijadikan
unit. Pokok masalah itu hendaknya sesuai dengan minat dan latar
belakang siswa, sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa, dan
sesuai dengan ketersediaan sumber baik buku, para ahli maupun
instansi. c) Guru dan siswa menetapkan aspek-aspek pokok masalah dan mata
pelajaran- mata pelajaran yang ikut serta pada pemecahan pokok
masalah tersebut.
d) Guru bersama siswa menetapkan tujuan instruksional khusus (TIK)
untuk setiap aspek masalah.
e) Guru dan siswa menetapkan kelompok-kelompok kerja dan tugas-
tugasnya. Biasanya jumlah kelompok disesuaikan dengan banyaknya
aspek masalah/unit.
f) Guru dan siswa menetapkan organisasi kelas : ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan sebagainya. Organisasi ini yang
akan mengelola penyelesaian kegiatan unit.
g) Guru dan siswa menetapkan jadwal kegiatan, sasaran, target, dan tata
tertib yang harus dipatuhi selama pembelajaran unit ini.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Persiapan
Guru menanyakan materi pelajaran sebelumnya.
Guru berceritera tentang kehidupan di masyarakat yang berkaitan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan melalui
pembelajaran unit.
Guru mengingatkan kembali tentang TIK yang telah dirumuskan
dan bagaimana penyelesaiannya oleh kelompok.
b) Kegiatan Inti
Para siswa mengatur tempat mereka belajar / bekerja, apakah
tempat belajar itu di dalam kelas maupun di luar kelas.
Mempelajari sesuatu sesuai dengan tugas masing-masing,
misalnya : melakukan percobaan-percobaan, mengerjakan soal-
soal, menggambar, mempelajari nyanyian, mengunjungi tempat-
tempat yang telah direncanakan, mengikuti ceramah dari nara
sumber, dan sebagainya
Dalam rangka penyelesaian tugas, siswa mengadakan diskusi,
mengatur bahan, dan berkoordinasi dengan kelompok lain.
Menyiapkan laporan kelompok untuk disajikan pada laporan
kelompok sewaktu diadakan pleno.
Laporan kelompok yaitu laporan lisan dan tertulis yang dilakukan
oleh setiap kelompok dalam sidang pleno, sehingga semua siswa
dapat belajar dari kelompok lain. Pameran. Setelah laporan kelompok selesai, kegiatan berikutnya
adalah melakukan pameran. Yang dipamerkan adalah semua yang
telah dihasilkan oleh kelompok. Pameran dapat berbentuk :
─ Statis, yaitu pameran tentang karya belajar yang berwujud
laporan tertulis/paper, gambar-gambar, hasil pekerjaan tangan,
hasil memasak, grafik, bagan, dan sebagainya.
─ Dinamis, yaitu pameran tentang hasil belajar yang berupa
pementasan sandiwara, pembacaan puisi, pagelaran seni (tari,
nyanyi, dan sebagainya), pidato dan sebagainya.
Dalam pameran ini dapat diundang siswa dari sekolah lain,
instansi lain yang berkaitan dengan pendidikan, dan terutama
adalah orang tua siswa.
c) Kegiatan Penutup
Guru meminta siswa merangkum hasil belajar melalui kegiatan
dalam metode pembelajaran unit.
Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pelaksanaan
pembelajaran melalui metode pembelajaran unit.
Tindak lanjut, yaitu menjelaskan kembali materi pelajaran yang
belum dikuasai siswa dan menugasi untuk memperdalam
penguasaan materi pelajaran melalui Penugasan Rumah (PR). 3. Metode Pengajaran dengan Modul
a. Pengertian
Russel (dalam Mainuddin dan Gunawan, 1980) menyatakan bahwa modul
adalah suatu paket pembelajaran yang membicarakan satu satuan konsep
tunggal mata pelajaran. Hal ini dalam usaha untuk mengindividualisasikan
belajar dengan memberi kemampuan siswa menguasai satu unit isi sebelum
pindah ke unit yang lain. Metode pembelajaran dengan modul merupakan salah satu bentuk dari
bentuk-bentuk belajar mandiri. Sagala (2006) mengemukakan ada empat
bentuk belajar mandiri yaitu : (1) self instruction semacam modul, (2)
independent study, (3) individualized prescribed instruction, dan (4) self
package learning.
Russel (dalam Mainuddin dan Gunawan, 1980) mengemukakan 8
karakteristik umum modul, yaitu :
1) Self contained, atau self instructional packages. Modul itu merupakan
satuan paket bahan pelajaran yang lengkap untuk belajar sendiri.
2) Memperhitungkan perbedaan individu. Siswa bebas menentukan sendiri
proses belajarnya.
3) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara eksplisit dan spesifik dalam
perumusan tingkah laku yang bisa diukur.
4) Adanya asosiasi, struktur dan urutan yang disajikan. Ide-ide dasar
disajikan lebih dulu.
5) Pemakaian bermacam-macam media.
6) Partisipasi aktif siswa. Siswa belajar sendiri dari modul.
7) Reinforcement langsung. Dalam modul, reinforcement segera didapat
setelah siswa menunjukkan respon yang disetujui.
Komponen modul yang pernah dikembangkan oleh Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) meliputi : petunjuk guru, lembar kegiatan siswa,
lembar kerja siswa, kunci jawaban untuk lembar kerja, lembar penilaian/tes,
dan kunci jawaban untuk lembar tes.
b. Tujuan
Metode pembelajaran dengan modul bertujuan :
1) Agar siswa aktif belajar secara mandiri.
2) Agar siswa terbiasa mengontrol kecepatan dan mengevaluasi belajarnya
sendiri.
3) Memberi reinforcement secepatnya setelah siswa selesai mengerjakan
materi modul dengan memperbolehkan pindah ke modul berikutnya.
Penguatan ini memotivasi siswa untuk mengulang kembali perbuatan
belajarnya yang baik itu.
4) Melatih disiplin, taat peraturan dan petunjuk yang ada, serta melatih
kebiasaan mengoreksi diri sendiri dan kejujuran.
c. Alasan Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Modul
Mengapa guru memilih metode pembelajaran dengan modul ? Alasan guru
adalah :
1) Siswa dapat belajar lebih aktif dan mandiri (CBSA)
2) Siswa dapat menyesuaikan diri dengan keunikan cara belajarnya masing-
masing.
3) Siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan perbedaan
kemampuan, potensi dan kecepatan belajar masing-masing.
4) Dimungkinkan untuk mendukung modul digunakan multi media, seperti ;
audio visual, internet, web, dan sebagainya sehingga perbedaan-
perbedaan dan keunikan individu dapat diakomodasi.
5) Dengan metode pembelajaran dengan modul mutu proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.
6) Dapat mengatasi kekurangan guru, dan mengatasi persoalan jauhnya
tempat tinggal siswa dari kampus.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1) Kekuatan Metode Pembelajaran dengan Modul
a) Ratio guru dan siswa dapat ditingkatkan menjadi sekitar 1 : 200,
padahal dengan sistem biasa ratio tersebut adalah 1 : 40
b) Siswa aktif belajar secara mandiri.
c) Meningkatkan kualitas hasil belajar, karena siswa yang belum
mencapai mastery learning 80% harus mengkaji ulang materi modul
dan tes.
d) Siswa termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh untuk
segera menyelesaikan modul yang ditargetkan.
2) Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
a) Ikatan kelas renggang, belajar bersama berkurang, padahal motivasi
belajar dipengaruhi pula oleh kebersamaan.
b) Aspek estetis dan etis kurang diperhatikan.
c) Kesulitan dalam menulis modul. Modul yang baik menuntut keahlian,
keterampilan dan pengalaman.
d) Pembelajaran dengan modul umumnya kurang memperhatikan aspek
perasaan. Manusia dianggap sebagai mesin yang reaktif terhadap
stimulus (modul) yang disajikan padanya.
e) Cenderung untuk memuat materi yang banyak dalam modul, sehingga
memberatkan siswa. f) Modul menuntut siswa pintar membaca dengan pemahaman, hal ini
menjadi hambatan bagi siswa yang kurang trampil membaca.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1) Perlu dibuat modul yang penguasaannya dilakukan melalui diskusi atau
kerja kelompok.
2) Modul harus disusun oleh orang yang selain ahli dibidang mata kuliah
juga berpengalaman dalam menulis modul.
3) Materi harus disusun berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai yang
telah dirumuskan dalam silabus mata kuliah.
4) Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa baku, yaitu Bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Disamping itu tingkat kesukaran bahasa perlu
disesuaikan dengan umur dan pengetahuan siswa.
f. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Modul
1) Kegiatan Persiapan
a) Guru menyiapkan modul yang akan dipelajari oleh siswa dan berbagai
media pendukungnya. Untuk ini guru harus mempunyai arsip nomor
atau judul modul yang telah diselesaikan siswa.
b) Guru membaca modul yang akan diajarkan agar isi modul dikuasai
sehingga kalau nanti ada siswa bertanya dapat memberi penjelasan.
Disamping itu guru juga perlu menyiapkan pertanyaan apersepsi.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Pembukaan
Guru menanyakan isi materi modul yang telah diselesaikan
(apersepsi).
Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan atau cerita
anekdot yang berkaitan dengan materi modul yang akan dipelajari.
Karena tujuan pembelajaran telah ditulis dalam modul, maka
dalam acuan ini guru cukup memberi petunjuk untuk membaca
tujuan pembelajaran yang ada dalam modul, begitu pula halnya
dengan petunjuk cara pengerjaan modul.
b) Kegiatan Inti
Guru meminta siswa menyiapkan dan mempelajari modul.
Guru mengawasi kegiatan belajar siswa.
Guru sebagai fasilitator membantu siswa memecahkan kesulitan
belajar, pengarah diskusi (jika diperlukan), dan sebagainya. Menentukan langkah selanjutnya setelah siswa menyelesaikan
modulnya, misalnya memberi modul pengayaan bagi siswa yang
telah mencapai belajar tuntas 80%, dan meminta siswa
mempelajari lagi modul jika hasil tes formatif kurang dari 80%.
c) Kegiatan Penutup
Memberi kesempatan siswa membuat rangkuman pokok-pokok
materi yang dipelajari dari modul.
Evaluasi telah dilaksanakan sewaktu mempelajari modul. Karena
itu guru tidak melakukan evaluasi lagi.
Tindak lanjut, berupa PR baik mengerjakan soal-soal dari buku
yang ada ataupun membuat rangkuman dari buku yang dibacanya.
a. Pengertian
Sagala (2006), Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa
eksperimen adalah percobaan untuk membuktikan suatu pertanyaan atau
hipotesis tertentu. Eksperimen dapat dilakukan pada suatu laboratorium atau
diluar laboratorium. Sedangkan metode eksperimen dalam pembelajaran
adalah cara penyajian bahan pelajaran yang memungkinkan siswa melakukan
percobaan untuk membuktikan sendiri suatu pertanyaan atau hipotesis yang
dipelajari.
Dalam proses pembelajaran dengan metode eksperimen siswa diberi
kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti
proses, mengamati suatu obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik
kesimpulan sendiri tentang suatu objek, keadaan atau proses tertentu. Peranan
guru dalam metode eksperimen adalah memberi bimbingan agar eksperimen
itu dilakukan dengan teliti sehingga tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan.
b. Tujuan
Apa tujuan metode eksperimen ? Metode eksperimen bertujuan agar :
1) Siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang
diperoleh.
2) Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan dan
melaporkan percobaannya.
3) Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui
percobaan.
4) Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur dan rapi.
c. Alasan Penggunaan Metode Eksperimen
Apa alasan guru menggunakan metode eksperimen ? Beberapa alasan
penggunaan metode eksperimen adalah :
1) Dapat menumbuhkan cara berpikir rasional dan ilmiah. 2) Dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan mandiri.
3) Dapat mengembangkan sikap dan perilaku kritis, tidak mudah percaya
sebelum ada bukti-bukti nyata.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Eksperimen
1) Kekuatan Metode Eksperimen
a) Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya
sendiri daripada menurut cerita orang atau buku.
b) Siswa aktif mengumpulkan fakta, informasi atau data yang diperlukan
melalui percobaan yang dilakukannya.
c) Dapat digunakan untuk melaksanakan prosedur metode ilmiah dan
berpikir ilmiah.
d) Hasil belajar dikuasai siswa dengan baik dan tahan lama dalam
ingatan.
e) Menghilangkan verbalisme.
2) Kelemahan Metode Eksperimen
a) Memerlukan peralatan dan bahan percobaan yang lengkap serta
umumnya mahal.
b) Dapat menghambat lajunya pembelajaran sebab eksperimen
umumnya memerlukan waktu lama.
c) Kesalahan dalam eksperimen akan berakibat pada kesalahan
kesimpulannya.
d) Belum tentu semua guru dan siswa menguasai metode eksperimen.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Eksperimen
Bagaimana cara menguasai kelemahan metode eksperimen ? Ada
beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode eksperimen.
1) Guru harus menjelaskan secara gamblang hasil yang ingin dicapai dengan
eksperimen.
2) Guru harus menjelaskan prosedur eksperimen, bahan-bahan eksperimen
yang diperlukan, peralatan yang diperlukan dan cara penggunaannya,
variabel yang perlu dikontrol, dan hal yang perlu dicatat selama
eksperimen.
3) Mengawasi pelaksanaan eksperimen dan memberi bantuan jika siswa
mengalami kesulitan.
4) Meminta setiap siswa melaporkan proses dan hasil eksperimennya,
membanding-bandingkannya dan mendiskusikannya, untuk mengetahui
kekurangan dan kekeliruan yang mungkin terjadi. f. Langkah-langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode Eksperimen
Apa saja langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen ?
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode eksperimen tersebut meliputi:
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode
eksperimen.
b) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen.
c) Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam
eksperimen.
d) Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk
Lembar Kerja Siswa (LKS).
2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a) Kegiatan Pembukaan
Menanyakan materi pelajaran yang telah diajarkan minggu lalu
(opersepsi).
Memotivasi siswa dengan mengemukakan ceritera anekdot yang
ada kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan.
Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan
prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b) Kegiatan Inti
Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan
dipakai dalam eksperimen.
Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS
yang telah disiapkan guru.
Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.
c) Kegiatan Penutup
Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.
Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi
eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya, dan bagi yang
sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
2. Metode Pembelajaran Unit
a. Pengertian
Taredja, dkk. (1980), dan Sumantri dan Permana (2006) menyatakan bahwa
metode pengajaran unit adalah suatu cara pembelajaran dimana siswa dan
guru mengarahkan segala kegiatannya pada pemecahan suatu masalah yang
dipelajari melalui berbagai segi yang berhubungan, sehingga pemecahannya
secara keseluruhan dan bermakna. Pengajaran unit ini sekarang dinamakan
pembelajaran terpadu.
Menurut Sumantri dan Permana (1998/1999) terdapat beberapa jenis
keterpaduan dalam pembelajaran terpadu : (1) Keterpaduan antara dua atau
lebih masalah, konsep, keterampilan, tugas, atau ide-ide lain dalam satu
bidang studi, (2) Keterpaduan beberapa topik atau sub tema dalam berbagai
bidang studi (model jaring laba-laba/webbed model) dan (3) lintas bidang
studi yaitu pemecahan masalah yang melibatkan adanya prioritas kurikuler
dan menemukan pengetahuan atau konsep, keterampilan dan sikap yang
tumpang tindih dari beberapa bidang studi.
b. Tujuan
Sumantri dan Permana (1998/1999) mengemukakan tujuan metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Melatih siswa berpikir komprehensif dengan cara mengkaji dan
memecahkan masalah dari berbagai disiplin ilmu atau aspek.
2) Melatih siswa menggunakan keterampilan proses atau metode ilmiah
dalam pemecahan masalah.
3) Membentuk sikap kritis, kerjasama, rasa ingin tahu, menghargai waktu
dan menghargai pendapat orang lain.
4) Melatih siswa agar memiliki kemampuan merencanakan,
mengorganisasikan dan memimpin suatu kegiatan.
5) Mengembangkan keterampilan berkomunikasi. c. Alasan menggunakan Metode Pembelajaran Unit
Sumantri dan Permana (1998/1999) memberi alasan mengapa guru memilih
menggunakan metode pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Dalam kurikulum terdapat keterkaitan antara satu topik dengan topik lain,
atau antara bidang studi satu dengan bidang studi lainnya dalam suatu
pemecahan masalah, sehingga perlu ada satu metode yang dapat
menciptakan kesatuannya.
2) Dapat memberikan pengalaman belajar tentang pemecahan masalah dari
berbagai disiplin ilmu.
3) Dapat melibatkan peserta didik secara fisik maupun psikis dalam kegiatan
pembelajaran.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1) Kekuatan Metode Pembelajaran Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kekuatan metode pembelajaran unit
sebagai berikut :
a) Siswa dapat belajar secara keseluruhan (utuh). Semua atau beberapa
mata pelajaran dipadu jadi satu dalam satu masalah. Dengan demikian
ilmu-ilmu yang ada dihayati secara utuh.
b) Pelajaran menjadi lebih berarti. Kalau pada pelajaran tradisional
semua siswa harus melakukan apa yang diajarkan seperti apa adanya,
maka dalam pembelajaran terpadu, siswa belajar sesuai minat, bakat
dan tingkat perkembangannya. Karena itu siswa belajar lebih
bemakna.
c) Situasi kelas lebih demokratis. Hal ini dimungkinkan karena prinsip
dari pembelajaran terpadu adalah perencanaan bersama, dilaksanakan
oleh siswa, guru hanya sebagai pembimbing. Karena itu suasana
belajar menjadi lebih demokratis.
d) Digunakannya asas-asas didaktik secara lebih wajar. Asas-asas
didaktik seperti peragaan, minat, kerja kelompok, kerjasama, kerja
sendiri, dan sebagainya benar-benar dimanfaatkan.
e) Digunakannya prinsip-prinsip psikologi belajar modern, seperti minat
anak berhubungan pengalamannya, anak mempersepsi lingkungannya
secara keseluruhan tidak terpisah-pisah, anak yang sehat selalu aktif
bergerak melakukan sesuatu, dan siswa SD perkembangan
kognitifnya masih ada pada phase operasional konkrit. Dalam
pembelajaran terpadu ini semua diakomodasikan.
2) Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
Taredja, dkk. (1980) mengemukakan kelemahan metode pembelajaran
unit, antara lain :
a) Memilih pokok masalah yang akan dijadikan unit bukan suatu
pekerjaan yang mudah.
b) Melaksanakan pembelajaran unit menuntut kecakapan tersendiri,
sedangkan guru belum semuanya mampu menyelenggarakannya.
c) Memerlukan ketekunan, pekerjaan dan waktu yang lebih banyak.
d) Karena melibatkan banyak siswa maka dimungkinkan memerlukan
biaya yang lebih banyak.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran Unit
1) Kesulitan dalam memilih pokok masalah dapat diatasi dengan cara
membentuk tim atau panitia. Melalui rapat tim atau panitia yang terdiri
dari beberapa guru dapat dirumuskan masalah yang hangat dan relevan
dengan kurikulum dan tingkat perkembangan siswa.
2) Kesulitan guru karena dalam pembelajaran unit diperlukan banyak waktu
energi dan biaya, maka pembelajaran unit dapat dicarikan waktu yang
luang dan dilaksanakan secara block waktu (tak ada kegiatan lain selain
pembelajaran unit). Masalah biaya dapat diatasi dengan memasukkan
biaya pembelajaran unit ke DUK sekolah atau sumber lain yang halal.
3) Masalah kedangkalan pelajaran dapat diatasi dengan perencanaan yang
matang jangan asal-asalan saja.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Pembelajaran Unit
Bagaimana cara melaksanakan pembelajaran dengan metode unit ? Taredja,
dkk (1980) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran dengan metode
pembelajaran unit sebagai berikut :
1) Kegiatan Persiapan
a) Menjelaskan kepada siswa tentang bagaimana cara melaksanakan
pembelajaran dengan metode unit.
b) Guru bersama siswa menetapkan pokok masalah yang akan dijadikan
unit. Pokok masalah itu hendaknya sesuai dengan minat dan latar
belakang siswa, sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan siswa, dan
sesuai dengan ketersediaan sumber baik buku, para ahli maupun
instansi. c) Guru dan siswa menetapkan aspek-aspek pokok masalah dan mata
pelajaran- mata pelajaran yang ikut serta pada pemecahan pokok
masalah tersebut.
d) Guru bersama siswa menetapkan tujuan instruksional khusus (TIK)
untuk setiap aspek masalah.
e) Guru dan siswa menetapkan kelompok-kelompok kerja dan tugas-
tugasnya. Biasanya jumlah kelompok disesuaikan dengan banyaknya
aspek masalah/unit.
f) Guru dan siswa menetapkan organisasi kelas : ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara, seksi-seksi, dan sebagainya. Organisasi ini yang
akan mengelola penyelesaian kegiatan unit.
g) Guru dan siswa menetapkan jadwal kegiatan, sasaran, target, dan tata
tertib yang harus dipatuhi selama pembelajaran unit ini.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Persiapan
Guru menanyakan materi pelajaran sebelumnya.
Guru berceritera tentang kehidupan di masyarakat yang berkaitan
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan melalui
pembelajaran unit.
Guru mengingatkan kembali tentang TIK yang telah dirumuskan
dan bagaimana penyelesaiannya oleh kelompok.
b) Kegiatan Inti
Para siswa mengatur tempat mereka belajar / bekerja, apakah
tempat belajar itu di dalam kelas maupun di luar kelas.
Mempelajari sesuatu sesuai dengan tugas masing-masing,
misalnya : melakukan percobaan-percobaan, mengerjakan soal-
soal, menggambar, mempelajari nyanyian, mengunjungi tempat-
tempat yang telah direncanakan, mengikuti ceramah dari nara
sumber, dan sebagainya
Dalam rangka penyelesaian tugas, siswa mengadakan diskusi,
mengatur bahan, dan berkoordinasi dengan kelompok lain.
Menyiapkan laporan kelompok untuk disajikan pada laporan
kelompok sewaktu diadakan pleno.
Laporan kelompok yaitu laporan lisan dan tertulis yang dilakukan
oleh setiap kelompok dalam sidang pleno, sehingga semua siswa
dapat belajar dari kelompok lain. Pameran. Setelah laporan kelompok selesai, kegiatan berikutnya
adalah melakukan pameran. Yang dipamerkan adalah semua yang
telah dihasilkan oleh kelompok. Pameran dapat berbentuk :
─ Statis, yaitu pameran tentang karya belajar yang berwujud
laporan tertulis/paper, gambar-gambar, hasil pekerjaan tangan,
hasil memasak, grafik, bagan, dan sebagainya.
─ Dinamis, yaitu pameran tentang hasil belajar yang berupa
pementasan sandiwara, pembacaan puisi, pagelaran seni (tari,
nyanyi, dan sebagainya), pidato dan sebagainya.
Dalam pameran ini dapat diundang siswa dari sekolah lain,
instansi lain yang berkaitan dengan pendidikan, dan terutama
adalah orang tua siswa.
c) Kegiatan Penutup
Guru meminta siswa merangkum hasil belajar melalui kegiatan
dalam metode pembelajaran unit.
Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses pelaksanaan
pembelajaran melalui metode pembelajaran unit.
Tindak lanjut, yaitu menjelaskan kembali materi pelajaran yang
belum dikuasai siswa dan menugasi untuk memperdalam
penguasaan materi pelajaran melalui Penugasan Rumah (PR). 3. Metode Pengajaran dengan Modul
a. Pengertian
Russel (dalam Mainuddin dan Gunawan, 1980) menyatakan bahwa modul
adalah suatu paket pembelajaran yang membicarakan satu satuan konsep
tunggal mata pelajaran. Hal ini dalam usaha untuk mengindividualisasikan
belajar dengan memberi kemampuan siswa menguasai satu unit isi sebelum
pindah ke unit yang lain. Metode pembelajaran dengan modul merupakan salah satu bentuk dari
bentuk-bentuk belajar mandiri. Sagala (2006) mengemukakan ada empat
bentuk belajar mandiri yaitu : (1) self instruction semacam modul, (2)
independent study, (3) individualized prescribed instruction, dan (4) self
package learning.
Russel (dalam Mainuddin dan Gunawan, 1980) mengemukakan 8
karakteristik umum modul, yaitu :
1) Self contained, atau self instructional packages. Modul itu merupakan
satuan paket bahan pelajaran yang lengkap untuk belajar sendiri.
2) Memperhitungkan perbedaan individu. Siswa bebas menentukan sendiri
proses belajarnya.
3) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara eksplisit dan spesifik dalam
perumusan tingkah laku yang bisa diukur.
4) Adanya asosiasi, struktur dan urutan yang disajikan. Ide-ide dasar
disajikan lebih dulu.
5) Pemakaian bermacam-macam media.
6) Partisipasi aktif siswa. Siswa belajar sendiri dari modul.
7) Reinforcement langsung. Dalam modul, reinforcement segera didapat
setelah siswa menunjukkan respon yang disetujui.
Komponen modul yang pernah dikembangkan oleh Proyek Perintis Sekolah
Pembangunan (PPSP) meliputi : petunjuk guru, lembar kegiatan siswa,
lembar kerja siswa, kunci jawaban untuk lembar kerja, lembar penilaian/tes,
dan kunci jawaban untuk lembar tes.
b. Tujuan
Metode pembelajaran dengan modul bertujuan :
1) Agar siswa aktif belajar secara mandiri.
2) Agar siswa terbiasa mengontrol kecepatan dan mengevaluasi belajarnya
sendiri.
3) Memberi reinforcement secepatnya setelah siswa selesai mengerjakan
materi modul dengan memperbolehkan pindah ke modul berikutnya.
Penguatan ini memotivasi siswa untuk mengulang kembali perbuatan
belajarnya yang baik itu.
4) Melatih disiplin, taat peraturan dan petunjuk yang ada, serta melatih
kebiasaan mengoreksi diri sendiri dan kejujuran.
c. Alasan Penggunaan Metode Pembelajaran dengan Modul
Mengapa guru memilih metode pembelajaran dengan modul ? Alasan guru
adalah :
1) Siswa dapat belajar lebih aktif dan mandiri (CBSA)
2) Siswa dapat menyesuaikan diri dengan keunikan cara belajarnya masing-
masing.
3) Siswa dapat berkembang secara optimal sesuai dengan perbedaan
kemampuan, potensi dan kecepatan belajar masing-masing.
4) Dimungkinkan untuk mendukung modul digunakan multi media, seperti ;
audio visual, internet, web, dan sebagainya sehingga perbedaan-
perbedaan dan keunikan individu dapat diakomodasi.
5) Dengan metode pembelajaran dengan modul mutu proses pembelajaran
dapat ditingkatkan.
6) Dapat mengatasi kekurangan guru, dan mengatasi persoalan jauhnya
tempat tinggal siswa dari kampus.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1) Kekuatan Metode Pembelajaran dengan Modul
a) Ratio guru dan siswa dapat ditingkatkan menjadi sekitar 1 : 200,
padahal dengan sistem biasa ratio tersebut adalah 1 : 40
b) Siswa aktif belajar secara mandiri.
c) Meningkatkan kualitas hasil belajar, karena siswa yang belum
mencapai mastery learning 80% harus mengkaji ulang materi modul
dan tes.
d) Siswa termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh untuk
segera menyelesaikan modul yang ditargetkan.
2) Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
a) Ikatan kelas renggang, belajar bersama berkurang, padahal motivasi
belajar dipengaruhi pula oleh kebersamaan.
b) Aspek estetis dan etis kurang diperhatikan.
c) Kesulitan dalam menulis modul. Modul yang baik menuntut keahlian,
keterampilan dan pengalaman.
d) Pembelajaran dengan modul umumnya kurang memperhatikan aspek
perasaan. Manusia dianggap sebagai mesin yang reaktif terhadap
stimulus (modul) yang disajikan padanya.
e) Cenderung untuk memuat materi yang banyak dalam modul, sehingga
memberatkan siswa. f) Modul menuntut siswa pintar membaca dengan pemahaman, hal ini
menjadi hambatan bagi siswa yang kurang trampil membaca.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pembelajaran dengan Modul
1) Perlu dibuat modul yang penguasaannya dilakukan melalui diskusi atau
kerja kelompok.
2) Modul harus disusun oleh orang yang selain ahli dibidang mata kuliah
juga berpengalaman dalam menulis modul.
3) Materi harus disusun berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai yang
telah dirumuskan dalam silabus mata kuliah.
4) Bahasa yang digunakan hendaknya bahasa baku, yaitu Bahasa Indonesia
yang baik dan benar. Disamping itu tingkat kesukaran bahasa perlu
disesuaikan dengan umur dan pengetahuan siswa.
f. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Modul
1) Kegiatan Persiapan
a) Guru menyiapkan modul yang akan dipelajari oleh siswa dan berbagai
media pendukungnya. Untuk ini guru harus mempunyai arsip nomor
atau judul modul yang telah diselesaikan siswa.
b) Guru membaca modul yang akan diajarkan agar isi modul dikuasai
sehingga kalau nanti ada siswa bertanya dapat memberi penjelasan.
Disamping itu guru juga perlu menyiapkan pertanyaan apersepsi.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Pembukaan
Guru menanyakan isi materi modul yang telah diselesaikan
(apersepsi).
Guru memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan atau cerita
anekdot yang berkaitan dengan materi modul yang akan dipelajari.
Karena tujuan pembelajaran telah ditulis dalam modul, maka
dalam acuan ini guru cukup memberi petunjuk untuk membaca
tujuan pembelajaran yang ada dalam modul, begitu pula halnya
dengan petunjuk cara pengerjaan modul.
b) Kegiatan Inti
Guru meminta siswa menyiapkan dan mempelajari modul.
Guru mengawasi kegiatan belajar siswa.
Guru sebagai fasilitator membantu siswa memecahkan kesulitan
belajar, pengarah diskusi (jika diperlukan), dan sebagainya. Menentukan langkah selanjutnya setelah siswa menyelesaikan
modulnya, misalnya memberi modul pengayaan bagi siswa yang
telah mencapai belajar tuntas 80%, dan meminta siswa
mempelajari lagi modul jika hasil tes formatif kurang dari 80%.
c) Kegiatan Penutup
Memberi kesempatan siswa membuat rangkuman pokok-pokok
materi yang dipelajari dari modul.
Evaluasi telah dilaksanakan sewaktu mempelajari modul. Karena
itu guru tidak melakukan evaluasi lagi.
Tindak lanjut, berupa PR baik mengerjakan soal-soal dari buku
yang ada ataupun membuat rangkuman dari buku yang dibacanya.
Metode kerja kelompok, karya wisata dan penemuan
1. Metode Kerja Kelompok
a. Pengertian
Sagala (2006) mengatakan bahwa metode kerja kelompok adalah cara
pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok,
dimana setiap kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditetapkan untuk diselesaikan secara
bersama-sama.
Pada umumnya materi pelajaran yang harus dikerjakan secara bersama-sama
dalam kelompok itu diberikan atau disiapkan oleh guru. Materi itu harus
cukup kompleks isinya dan cukup luas ruang lingkupnya sehingga dapat
dibagi-bagi menjadi bagian yang cukup memadai bagi setiap kelompok.
Materi hendaknya membutuhkan bahan dan informasi dari berbagai sumber
untuk pemecahannya. Masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan
membaca satu sumber saja tentu tidak cocok untuk ditangani melalui kerja
kelompok. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perbedaan individual
dalam kemampuan belajar, perbedaan bakat dan minat belajar, jenis kegiatan,
materi pelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan tugas yang
harus diselesaikan, siswa dapat dibagi atas kelompok paralel yaitu setiap
kelompok menyelesaikan tugas yang sama, dan kelompok komplementer
dimana setiap kelompok berbeda-beda tugas yang harus diselesaikan.
b. Tujuan
Metode kerja kelompok yang digunakan dalam suatu strategi pembelajaran
bertujuan untuk :
1) memecahkan masalah pembelajaran melalui proses kelompok
2) mengembangkan kemampuan bekerjasama di dalam kelompok
c. Alasan Penggunaaan Metode Kerja Kelompok
Mengapa guru memilih kerja kelompok sebagai metode pembelajaran? Guru
menggunakan metode kerja kelompok dalam pembelajaran karena:
1) Kerja kelompok dapat mengembangkan perilaku gotong royong dan
demokratis.
2) Kerja kelompok dapat memacu siswa aktif belajar.
3) Kerja kelompok tidak membosankan siswa melakukan kegiatan belajar
diluar kelas bahkan diluar sekolah yang bervariasi, seperti observasi,
wawancara, cari buku di perpustakaan umum, dan sebagainya.
d. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Kerja Kelompok
1) Kekuatan Metode Kerja Kelompok
a) membiasakan siswa bekerja sama, musyawarah dan bertanggung
jawab
b) menimbulkan kompetisi yang sehat antar kelompok, sehingga
membangkitkan kemauan belajar yang sungguh-sungguh. c) Guru dipermudah tugasnya karena tugas kerja kelompok cukup
disampaikan kepada para ketua kelompok.
d) Ketua kelompok dilatih menjadi pemimpin yang bertanggung jawab,
dan anggotanya dibiasakan patuh pada aturan yang ada.
2) Kelemahan Metode Kerja Kelompok
a) Sulit membentuk kelompok yang homogen baik segi minat, bakat,
prestasi maupun intelegensi.
b) Pemimpin kelompok sering sukar untuk memberikan pengertian
kepada anggota, menjelaskan, dan pembagian kerja
c) Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan
pemimpin kelompok
d) Dalam menyelesaikan tugas, sering menyimpang dari rencana karena
kurang kontrol dari pemimpin kelompok atau guru.
e) Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja
kelompok yang komplementer.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Kerja Kelompok
Bagaimana cara mengatasi kelemahan Metode Kerja Kelompok? Kelemahan
metode kerja kelompok dapat diatasi dengan:
1) Mengkaji lebih dulu materi pelajaran dengan cermat, lalu buat garis besar
rincian tugasnya untuk setiap kelompok agar bobot tugas tersebut sama
beratnya.
2) Adakan tes sosiometri dan hasilnya digunakan untuk pembentukan
kelompok yang mereka kehendaki.
3) Bimbingan dan pengawasan kepada setiap kelompok harus dilakukan
terus menerus.
4) Jumlah anggota dalam satu kelompok jangan terlalu banyak
5) Motivasi yang diberikan jangan sampai menimbulkan persaingan antar
kelompok yang kurang sehat.
f. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode Kerja Kelompok
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut
kedalam tugas-tugas kelompok.
c) Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadi sasaran kegiatan
kerja kelompok. d) Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat
memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Membuka Pelajaran
Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi
pelajaran sebelumnya.
Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada
kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan
dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.
b) Kegiatan Inti Pelajaran
Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari
Membentuk kelompok
Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok
atau langsung kepada semua siswa
Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan
mengakhiri kegiatan kerja kelompok.
Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama
siswa melakukan kerja kelompok.
Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,
pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.
c) Kegiatan Mengakhiri Pelajaran
Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui
kerja kelompok.
Melakukan evaluasi hasil dan proses
Melaksanakan tindak lanjut baik berupa mengajari ulang materi
yang belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan
bagi siswa yang telah menguasai materi tersebut.
2. Metode Karya Wisata
a. Pengertian
Sagala (2006) menyatakan bahwa karya wisata atau studi wisata sebagai
metode pembelajaran adalah siswa dibawah bimbingan guru mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk mempelajari obyek belajar yang
ada di tempat itu.
Lalu, apa perbedaannya dengan tamasya ? Tamasya berbeda dari karya wisata
dalam hal bahwa kepergian orang ke suatu tempat itu dengan maksud untuk
mencari hiburan.
b. Tujuan
Rusyan (dalam Sagala, 2006) menyatakan walaupun karya wisata banyak
unsur non akademisnya, tetapi tujuan pendidikan dapat pula tercapai terutama
mengenai wawasan dan pengalaman tentang dunia luar seperti tempat yang
memiliki situs bersejarah, musium, peternakan, atau pertanian (agro wisata),
dan sebagainya. Tetapi kalau karya wisata itu sengaja disiapkan sebagai
metode pembelajaran maka unsur akademiknya harus menonjol. Tujuan
pembelajaran harus dirumuskan secara jelas, materi pembelajaran yang akan
dipelajari harus ditulis berupa tugas yang harus diperoleh melalui observasi
atau wawancara dengan nara sumber yang ada ditempat wisata itu, dan ketika
akan kembali atau setelah sampai di sekolah guru harus mengevaluasi hasil
belajar yang baru mereka kerjakan melalui karya wisata itu. Dengan demikian
tujuan karya wisata sebagai metode pembelajaran adalah untuk :
1) Mengkaji materi pembelajaran tertentu sebagaimana direncanakan dalam
kurikulum/silabus. Misalnya untuk mempelajari cara berternak sapi perah
dan pengelolahan susunya, maka siswa diajak berkarya wisata ke
peternakan sapi perah.
2) Melengkapi materi pelajaran yang tertulis di buku sehingga pemahaman
siswa menjadi lebih jelas dan konkrit.
3) Memupuk rasa cinta lingkungan, daerah, tanah air, dan penghargaan
terhadap pahlawan serta pemimpin yang berjasa dimasa silam.
c. Alasan Menggunakan Metode Karya Wisata
1) Memvariasikan penggunaan metode pembelajaran agar siswa termotivasi
belajar.
2) Dengan karya wisata siswa berkembang rasa kebersamaanya, tanggung
jawabnya, kerjasamanya, dan toleransinya. 3) Penguasaan materi yang dipelajari secara langsung melalui karya wisata
akan lebih cepat dikuasai dan lama diingat.
4) Karena keunggulan dan tujuan karya wisata sebagai metode pembelajaran
sebagaimana dikemukakan dalam naskah ini.
d. Keunggulan dan Kelemahan Metode Karya Wisata
1) Keunggulan
Apa saja keunggulan metode karya wisata ?
Metode karya wisata mempunyai keunggulan sebagai berikut :
a) Siswa dapat belajar langsung di lapangan sehingga pengetahuan yang
diperoleh nyata, hidup, bermakna, dan komperhensif.
b) Siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah atau
pertanyaan tentang materi yang dipelajari dengan melihat, mendengar,
mencoba dan membuktikan sendiri secara langsung.
c) Motivasi dan minat belajar siswa tinggi. Siswa senang belajar melalui
karya wisata.
d) Guru diperingan tugasnya dalam menyampaikan materi pelajaran,
karena materi disampaikan oleh nara sumber atau observasi langsung
oleh siswa sendiri.
e) Siswa aktif belajar melalui observasi, wawancara, percobaan,
menggolong-golongkan, dan sebagainya.
2) Kelemahan
Apakah ada kelemahan metode karya wisata ?
Ada beberapa kelemahan metode karya wisata, antara lain :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi kalau dilaksanakan
terlalu sering dan jauh dari sekolah, sehingga dapat mengganggu
jadwal pelajaran.
c. Memerlukan biaya yang relatif tinggi.
d. Memerlukan pengawasan yang ketat agar siswa fokus kepada
tugasnya.
e. Laporan hasil karya wisata biasanya diserahkan tidak tepat waktu.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Karya Wisata
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode
karya wisata antara lain :
1) Rumuskan tujuan secara jelas dan konkrit. 2) Tentukan secara jelas tugas-tugas yang harus dilakukan sewaktu karya
wisata dan sesudah karya wisata.
3) Bentuk panitia pelaksanaan karya wisata yang bertugas menyiapkan
semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan karya wisata.
4) Pilih waktu libur untuk pelaksanaan karya wisata.
5) Rencanakan pembiayaan jauh sebelum karya wisata itu dilaksanakan. Bila
mungkin masukkan rencana pembiayaan itu dalam DUK (Daftar Usulan
Kegiatan) anggaran sekolah.
6) Buat tata tertib pelaksanaan karya wisata secara jelas dan
dikomunikasikan secepatnya kepada siswa.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Karya Wisata dalam
Pembelajaran
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran
b) Menyiapkan materi pelajaran yang sesuai silabus/kurikulum yang ada
c) Melakukan studi awal ke lokasi sasaran karya wisata
d) Menyiapkan skenario pelaksanaan karya wisata
e) Menyiapkan tata tertib pelaksanaan karya wisata
2) Kegiatan Pelaksanaan Karya Wisata
a) Kegiatan Pembukaan
Kegiatan pembukaan ini dilaksanakan di sekolah sebelum berangkat
ke lokasi karya wisata, atau dapat pula dilaksanakan di lokasi karya
wisata sebelum turun ke lapangan. Kegiatan pembukaan ini meliputi :
Mengingatkan kembali pelajaran yang pernah diberikan melalui
pertanyaan apersepsi.
Memotivasi siswa dengan membuat kaitan materi pelajaran yang
akan dipelajari dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di
masyarakat atau melalui pertanyaan-pertanyaan.
Mengemukakan tujuan pelajaran yang akan dipelajari dan
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
pelajaran tersebut selama karya wisata.
Mengemukakan tata tertib selama karya wisata.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pelajaran ini dilakukan selama karya wisata : Melakukan observasi terhadap obyek sasaran belajar, lalu
mendiskripsikannya dalam bentuk kalimat, mengambil
gambarnya, dan sebagainya.
Mewawancarai nara sumber dan mencatat informasi yang
disampaikan secara lisan oleh nara sumber.
Mengumpulkan leaflet atau booklet yang ada.
Sesuai dengan skenario yang disiapkan guru, dapat
diselenggarakan seminar atau dikusi dengan nara sumber,
penguasa/pejabat yang relevan.
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan mengahiri karya wisata ini dapat dilakukan ketika
masihberada di lokasi wisata atau setelah kembali ke sekolah,
kegiatannya meliputi :
Menyuruh siswa melaporkan hasil karya wisata dan membuat
rangkuman.
Melakukan evaluasi proses dan hasil karya wisata.
Melakukan tindak lanjut berupa tugas yang sifatnya memperkaya
hasil karya wisata. 3. Metode Penemuan (Discovery)
a. Pengantar
Apa yang dimaksud dengan metode penemuan (discovery) ? Sebelum
menjawab pertanyaan tersebut perlu dipahami dengan jelas istilah yang saling
dipertukarkan. Penemuan (discovery) sering dipertukarkan pemakaiannya
dengan penyelidikan (inquiry).
Sund (dalam Kartawisastra, 1980) berpendapat bahwa penemuan adalah
proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.
Sedangkan inquiry (inkuiri) menurut Sund meliputi juga penemuan. Dengan
kata lain, inkuiri adalah perluasan proses penemuan yang digunakan lebih
mendalam. Artinya proses inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya : merumuskan masalah, merancang
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan sebagainya. Akhirnya Sund berpendapat bahwa
penggunaan metode penemuan baik untuk siswa kelas rendah, sedangkan
inkuiri baik untuk kelas tinggi.
Dengan demikian penemuan diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang
mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi obyek, melakukan
percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode penemuan
mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.
b. Tujuan
Apa tujuan penggunaan metode penemuan ? Tujuan penggunaan metode
penemuan antara lain :
1) Untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2) Untuk mengatifkan siswa belajar (CBSA) sesuai dengan materi dan
tujuan pembelajaran.
3) Untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa
tidak bosan.
4) Agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan
memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya setia dan
tahan lama dalam ingatan, dan tidak mudah dilupakan.
c. Alasan Digunakan Metode Penemuan
Mengapa guru memilih metode penemuan dalam pembelajarannya ? Guru
menggunakan metode penemuan karena metode penemuan itu :
1) Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
2) Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan
betul-betul dikuasai, dan mudah digunakan / ditransfer dalam situasi lain.
3) Siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna
dalam kehidupannya.
4) Siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah
yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.
d. Kebaikan dan Kelemahan Metode Penemuan
1) Kebaikan Metode Penemuan
a) Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan.
b) Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh. c) Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
d) Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
e) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya
sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
f) Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau
fasilitator.
2) Kelemahan Metode Penemuan
Apa kelemahan metode penemuan ? Kelemahan metode penemuan antara
lain :
a) Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang
pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan
frustrasi.
b) Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru
untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.
c) Dalam pelajaran tertentu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan
untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.
d) Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian,
sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan
keterampilan.
e) Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru,
begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.
e. Cara mengatasi Kelemahan Metode Penemuan
1) Bentuklah kelompok-kelompok kecil, yang anggotanya terdiri dari siswa
pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa yang pandai bisa
membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan
kelas besar dalam penggunaan metode ini dapat diatasi.
2) Metode penemuan untuk IPA dapat pula dilakukan di luar kelas sehingga
tidak memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal.
3) Mulailah dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah
terbiasa dengan metode ini maka gunakanlah metode penemuan bebas,
agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan
Jika guru menggunakan metode penemuan, apa saja langkah-langkah
pelaksanaannya ? Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan itu
adalah:
1) Kegiatan Persiapan
a) Mengidentifikasi kebutuhan bekajar siswa (need assessment).
b) Merumuskan tujuan pembelajaran.
c) Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan.
Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.
Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu
ditulis dengan jelas.
d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan
a) Kegiatan Pembukaan
Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai
materi pelajaran yang telah diajarkan.
Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya
dengan materi yang diajarkan.
Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang
dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.
b) Kegiatan Inti
Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui
kegiatan penemuan.
Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan
penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan
untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.
Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan
siswa.
Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika
diperlukan.
Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan.
Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya.
c) Kegiatan Penutup
Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.
Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan
penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta
siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah
melakukan penemuan dengan baik.
a. Pengertian
Sagala (2006) mengatakan bahwa metode kerja kelompok adalah cara
pembelajaran dimana siswa dalam kelas dibagi dalam beberapa kelompok,
dimana setiap kelompok dipandang sebagai satu kesatuan tersendiri untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditetapkan untuk diselesaikan secara
bersama-sama.
Pada umumnya materi pelajaran yang harus dikerjakan secara bersama-sama
dalam kelompok itu diberikan atau disiapkan oleh guru. Materi itu harus
cukup kompleks isinya dan cukup luas ruang lingkupnya sehingga dapat
dibagi-bagi menjadi bagian yang cukup memadai bagi setiap kelompok.
Materi hendaknya membutuhkan bahan dan informasi dari berbagai sumber
untuk pemecahannya. Masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan
membaca satu sumber saja tentu tidak cocok untuk ditangani melalui kerja
kelompok. Kelompok dapat dibentuk berdasarkan perbedaan individual
dalam kemampuan belajar, perbedaan bakat dan minat belajar, jenis kegiatan,
materi pelajaran, dan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan tugas yang
harus diselesaikan, siswa dapat dibagi atas kelompok paralel yaitu setiap
kelompok menyelesaikan tugas yang sama, dan kelompok komplementer
dimana setiap kelompok berbeda-beda tugas yang harus diselesaikan.
b. Tujuan
Metode kerja kelompok yang digunakan dalam suatu strategi pembelajaran
bertujuan untuk :
1) memecahkan masalah pembelajaran melalui proses kelompok
2) mengembangkan kemampuan bekerjasama di dalam kelompok
c. Alasan Penggunaaan Metode Kerja Kelompok
Mengapa guru memilih kerja kelompok sebagai metode pembelajaran? Guru
menggunakan metode kerja kelompok dalam pembelajaran karena:
1) Kerja kelompok dapat mengembangkan perilaku gotong royong dan
demokratis.
2) Kerja kelompok dapat memacu siswa aktif belajar.
3) Kerja kelompok tidak membosankan siswa melakukan kegiatan belajar
diluar kelas bahkan diluar sekolah yang bervariasi, seperti observasi,
wawancara, cari buku di perpustakaan umum, dan sebagainya.
d. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Kerja Kelompok
1) Kekuatan Metode Kerja Kelompok
a) membiasakan siswa bekerja sama, musyawarah dan bertanggung
jawab
b) menimbulkan kompetisi yang sehat antar kelompok, sehingga
membangkitkan kemauan belajar yang sungguh-sungguh. c) Guru dipermudah tugasnya karena tugas kerja kelompok cukup
disampaikan kepada para ketua kelompok.
d) Ketua kelompok dilatih menjadi pemimpin yang bertanggung jawab,
dan anggotanya dibiasakan patuh pada aturan yang ada.
2) Kelemahan Metode Kerja Kelompok
a) Sulit membentuk kelompok yang homogen baik segi minat, bakat,
prestasi maupun intelegensi.
b) Pemimpin kelompok sering sukar untuk memberikan pengertian
kepada anggota, menjelaskan, dan pembagian kerja
c) Anggota kadang-kadang tidak mematuhi tugas-tugas yang diberikan
pemimpin kelompok
d) Dalam menyelesaikan tugas, sering menyimpang dari rencana karena
kurang kontrol dari pemimpin kelompok atau guru.
e) Sulit membuat tugas yang sama sulit dan luasnya terutama bagi kerja
kelompok yang komplementer.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Kerja Kelompok
Bagaimana cara mengatasi kelemahan Metode Kerja Kelompok? Kelemahan
metode kerja kelompok dapat diatasi dengan:
1) Mengkaji lebih dulu materi pelajaran dengan cermat, lalu buat garis besar
rincian tugasnya untuk setiap kelompok agar bobot tugas tersebut sama
beratnya.
2) Adakan tes sosiometri dan hasilnya digunakan untuk pembentukan
kelompok yang mereka kehendaki.
3) Bimbingan dan pengawasan kepada setiap kelompok harus dilakukan
terus menerus.
4) Jumlah anggota dalam satu kelompok jangan terlalu banyak
5) Motivasi yang diberikan jangan sampai menimbulkan persaingan antar
kelompok yang kurang sehat.
f. Langkah-Langkah Pembelajaran dengan Metode Kerja Kelompok
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
b) Menyiapkan materi pembelajaran dan menjabarkan materi tersebut
kedalam tugas-tugas kelompok.
c) Mengidentifikasi sumber-sumber yang akan menjadi sasaran kegiatan
kerja kelompok. d) Menyusun peraturan pembentukan kelompok, cara kerja, saat
memulai dan mengakhiri, dan tata tertib lainnya.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Membuka Pelajaran
Melaksanakan apersepsi, yaitu pertanyaan tentang materi
pelajaran sebelumnya.
Memotivasi belajar dengan mengemukakan kasus yang ada
kaitannya dengan materi pelajaran yang akan diajarkan
Mengemukakan tujuan pelajaran dan berbagai kegiatan yang akan
dikerjakan dalam mencapai tujuan pelajaran itu.
b) Kegiatan Inti Pelajaran
Mengemukakan lingkup materi pelajaran yang akan dipelajari
Membentuk kelompok
Mengemukakan tugas setiap kelompok kepada ketua kelompok
atau langsung kepada semua siswa
Mengemukakan peraturan dan tata tertib serta saat memulai dan
mengakhiri kegiatan kerja kelompok.
Mengawasi, memonitor, dan bertindak sebagai fasilitator selama
siswa melakukan kerja kelompok.
Pertemuan klasikal untuk pelaporan hasil kerja kelompok,
pemberian balikan dari kelompok lain atau dari guru.
c) Kegiatan Mengakhiri Pelajaran
Meminta siswa merangkum isi pelajaran yang telah dikaji melalui
kerja kelompok.
Melakukan evaluasi hasil dan proses
Melaksanakan tindak lanjut baik berupa mengajari ulang materi
yang belum dikuasai siswa maupun memberi tugas pengayaan
bagi siswa yang telah menguasai materi tersebut.
2. Metode Karya Wisata
a. Pengertian
Sagala (2006) menyatakan bahwa karya wisata atau studi wisata sebagai
metode pembelajaran adalah siswa dibawah bimbingan guru mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk mempelajari obyek belajar yang
ada di tempat itu.
Lalu, apa perbedaannya dengan tamasya ? Tamasya berbeda dari karya wisata
dalam hal bahwa kepergian orang ke suatu tempat itu dengan maksud untuk
mencari hiburan.
b. Tujuan
Rusyan (dalam Sagala, 2006) menyatakan walaupun karya wisata banyak
unsur non akademisnya, tetapi tujuan pendidikan dapat pula tercapai terutama
mengenai wawasan dan pengalaman tentang dunia luar seperti tempat yang
memiliki situs bersejarah, musium, peternakan, atau pertanian (agro wisata),
dan sebagainya. Tetapi kalau karya wisata itu sengaja disiapkan sebagai
metode pembelajaran maka unsur akademiknya harus menonjol. Tujuan
pembelajaran harus dirumuskan secara jelas, materi pembelajaran yang akan
dipelajari harus ditulis berupa tugas yang harus diperoleh melalui observasi
atau wawancara dengan nara sumber yang ada ditempat wisata itu, dan ketika
akan kembali atau setelah sampai di sekolah guru harus mengevaluasi hasil
belajar yang baru mereka kerjakan melalui karya wisata itu. Dengan demikian
tujuan karya wisata sebagai metode pembelajaran adalah untuk :
1) Mengkaji materi pembelajaran tertentu sebagaimana direncanakan dalam
kurikulum/silabus. Misalnya untuk mempelajari cara berternak sapi perah
dan pengelolahan susunya, maka siswa diajak berkarya wisata ke
peternakan sapi perah.
2) Melengkapi materi pelajaran yang tertulis di buku sehingga pemahaman
siswa menjadi lebih jelas dan konkrit.
3) Memupuk rasa cinta lingkungan, daerah, tanah air, dan penghargaan
terhadap pahlawan serta pemimpin yang berjasa dimasa silam.
c. Alasan Menggunakan Metode Karya Wisata
1) Memvariasikan penggunaan metode pembelajaran agar siswa termotivasi
belajar.
2) Dengan karya wisata siswa berkembang rasa kebersamaanya, tanggung
jawabnya, kerjasamanya, dan toleransinya. 3) Penguasaan materi yang dipelajari secara langsung melalui karya wisata
akan lebih cepat dikuasai dan lama diingat.
4) Karena keunggulan dan tujuan karya wisata sebagai metode pembelajaran
sebagaimana dikemukakan dalam naskah ini.
d. Keunggulan dan Kelemahan Metode Karya Wisata
1) Keunggulan
Apa saja keunggulan metode karya wisata ?
Metode karya wisata mempunyai keunggulan sebagai berikut :
a) Siswa dapat belajar langsung di lapangan sehingga pengetahuan yang
diperoleh nyata, hidup, bermakna, dan komperhensif.
b) Siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah atau
pertanyaan tentang materi yang dipelajari dengan melihat, mendengar,
mencoba dan membuktikan sendiri secara langsung.
c) Motivasi dan minat belajar siswa tinggi. Siswa senang belajar melalui
karya wisata.
d) Guru diperingan tugasnya dalam menyampaikan materi pelajaran,
karena materi disampaikan oleh nara sumber atau observasi langsung
oleh siswa sendiri.
e) Siswa aktif belajar melalui observasi, wawancara, percobaan,
menggolong-golongkan, dan sebagainya.
2) Kelemahan
Apakah ada kelemahan metode karya wisata ?
Ada beberapa kelemahan metode karya wisata, antara lain :
a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b. Memerlukan waktu yang cukup lama, apalagi kalau dilaksanakan
terlalu sering dan jauh dari sekolah, sehingga dapat mengganggu
jadwal pelajaran.
c. Memerlukan biaya yang relatif tinggi.
d. Memerlukan pengawasan yang ketat agar siswa fokus kepada
tugasnya.
e. Laporan hasil karya wisata biasanya diserahkan tidak tepat waktu.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Karya Wisata
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode
karya wisata antara lain :
1) Rumuskan tujuan secara jelas dan konkrit. 2) Tentukan secara jelas tugas-tugas yang harus dilakukan sewaktu karya
wisata dan sesudah karya wisata.
3) Bentuk panitia pelaksanaan karya wisata yang bertugas menyiapkan
semua hal yang berkaitan dengan pelaksanaan karya wisata.
4) Pilih waktu libur untuk pelaksanaan karya wisata.
5) Rencanakan pembiayaan jauh sebelum karya wisata itu dilaksanakan. Bila
mungkin masukkan rencana pembiayaan itu dalam DUK (Daftar Usulan
Kegiatan) anggaran sekolah.
6) Buat tata tertib pelaksanaan karya wisata secara jelas dan
dikomunikasikan secepatnya kepada siswa.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Karya Wisata dalam
Pembelajaran
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran
b) Menyiapkan materi pelajaran yang sesuai silabus/kurikulum yang ada
c) Melakukan studi awal ke lokasi sasaran karya wisata
d) Menyiapkan skenario pelaksanaan karya wisata
e) Menyiapkan tata tertib pelaksanaan karya wisata
2) Kegiatan Pelaksanaan Karya Wisata
a) Kegiatan Pembukaan
Kegiatan pembukaan ini dilaksanakan di sekolah sebelum berangkat
ke lokasi karya wisata, atau dapat pula dilaksanakan di lokasi karya
wisata sebelum turun ke lapangan. Kegiatan pembukaan ini meliputi :
Mengingatkan kembali pelajaran yang pernah diberikan melalui
pertanyaan apersepsi.
Memotivasi siswa dengan membuat kaitan materi pelajaran yang
akan dipelajari dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di
masyarakat atau melalui pertanyaan-pertanyaan.
Mengemukakan tujuan pelajaran yang akan dipelajari dan
kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan
pelajaran tersebut selama karya wisata.
Mengemukakan tata tertib selama karya wisata.
b) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pelajaran ini dilakukan selama karya wisata : Melakukan observasi terhadap obyek sasaran belajar, lalu
mendiskripsikannya dalam bentuk kalimat, mengambil
gambarnya, dan sebagainya.
Mewawancarai nara sumber dan mencatat informasi yang
disampaikan secara lisan oleh nara sumber.
Mengumpulkan leaflet atau booklet yang ada.
Sesuai dengan skenario yang disiapkan guru, dapat
diselenggarakan seminar atau dikusi dengan nara sumber,
penguasa/pejabat yang relevan.
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan mengahiri karya wisata ini dapat dilakukan ketika
masihberada di lokasi wisata atau setelah kembali ke sekolah,
kegiatannya meliputi :
Menyuruh siswa melaporkan hasil karya wisata dan membuat
rangkuman.
Melakukan evaluasi proses dan hasil karya wisata.
Melakukan tindak lanjut berupa tugas yang sifatnya memperkaya
hasil karya wisata. 3. Metode Penemuan (Discovery)
a. Pengantar
Apa yang dimaksud dengan metode penemuan (discovery) ? Sebelum
menjawab pertanyaan tersebut perlu dipahami dengan jelas istilah yang saling
dipertukarkan. Penemuan (discovery) sering dipertukarkan pemakaiannya
dengan penyelidikan (inquiry).
Sund (dalam Kartawisastra, 1980) berpendapat bahwa penemuan adalah
proses mental dimana siswa mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip.
Sedangkan inquiry (inkuiri) menurut Sund meliputi juga penemuan. Dengan
kata lain, inkuiri adalah perluasan proses penemuan yang digunakan lebih
mendalam. Artinya proses inkuiri mengandung proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya : merumuskan masalah, merancang
eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data,
menarik kesimpulan, dan sebagainya. Akhirnya Sund berpendapat bahwa
penggunaan metode penemuan baik untuk siswa kelas rendah, sedangkan
inkuiri baik untuk kelas tinggi.
Dengan demikian penemuan diartikan sebagai prosedur pembelajaran yang
mementingkan pembelajaran perseorangan, manipulasi obyek, melakukan
percobaan, sebelum sampai kepada generalisasi. Metode penemuan
mengutamakan cara belajar siswa aktif (CBSA), berorientasi pada proses,
mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif.
b. Tujuan
Apa tujuan penggunaan metode penemuan ? Tujuan penggunaan metode
penemuan antara lain :
1) Untuk memperoleh metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
2) Untuk mengatifkan siswa belajar (CBSA) sesuai dengan materi dan
tujuan pembelajaran.
3) Untuk memvariasikan metode pembelajaran yang digunakan agar siswa
tidak bosan.
4) Agar siswa dapat menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, dan
memecahkan sendiri masalah yang dipelajari, sehingga hasilnya setia dan
tahan lama dalam ingatan, dan tidak mudah dilupakan.
c. Alasan Digunakan Metode Penemuan
Mengapa guru memilih metode penemuan dalam pembelajarannya ? Guru
menggunakan metode penemuan karena metode penemuan itu :
1) Memungkinkan untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif.
2) Pengetahuan yang ditemukan sendiri melalui metode penemuan akan
betul-betul dikuasai, dan mudah digunakan / ditransfer dalam situasi lain.
3) Siswa dapat menguasai salah satu metode ilmiah yang sangat berguna
dalam kehidupannya.
4) Siswa dibiasakan berpikir analitis dan mencoba memecahkan masalah
yang akan ditransfer dalam kehidupan masyarakat.
d. Kebaikan dan Kelemahan Metode Penemuan
1) Kebaikan Metode Penemuan
a) Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan.
b) Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh. c) Metode penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar.
d) Metode penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju sesuai
dengan kemampuannya sendiri.
e) Metode ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya
sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.
f) Metode ini berpusat pada anak, dan guru sebagai teman belajar atau
fasilitator.
2) Kelemahan Metode Penemuan
Apa kelemahan metode penemuan ? Kelemahan metode penemuan antara
lain :
a) Metode ini mempersyaratkan kesiapan mental, dalam arti siswa yang
pandai akan memonopoli penemuan dan siswa yang bodoh akan
frustrasi.
b) Metode ini kurang berhasil untuk kelas besar karena habis waktu guru
untuk membantu siswa dalam kegiatan penemuannya.
c) Dalam pelajaran tertentu (misalnya IPA) fasilitas yang dibutuhkan
untuk mencoba ide-ide mungkin terbatas.
d) Metode ini terlalu mementingkan untuk memperoleh pengertian,
sebaliknya kurang memperhatikan diperolehnya sikap dan
keterampilan.
e) Metode ini kurang memberi kesempatan untuk berpikir kreatif kalau
pengertian-pengertian yang akan ditemukan telah diseleksi oleh guru,
begitu pula proses-prosesnya dibawah pembinaannya.
e. Cara mengatasi Kelemahan Metode Penemuan
1) Bentuklah kelompok-kelompok kecil, yang anggotanya terdiri dari siswa
pandai dan siswa kurang pandai, agar siswa yang pandai bisa
membimbing siswa yang kurang pandai. Dengan cara ini pula kelemahan
kelas besar dalam penggunaan metode ini dapat diatasi.
2) Metode penemuan untuk IPA dapat pula dilakukan di luar kelas sehingga
tidak memerlukan fasilitas atau bahan yang umumnya mahal.
3) Mulailah dengan penemuan terbimbing, kemudian jika siswa sudah
terbiasa dengan metode ini maka gunakanlah metode penemuan bebas,
agar siswa benar-benar dapat berkembang berpikir kreatifnya.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Penemuan
Jika guru menggunakan metode penemuan, apa saja langkah-langkah
pelaksanaannya ? Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan itu
adalah:
1) Kegiatan Persiapan
a) Mengidentifikasi kebutuhan bekajar siswa (need assessment).
b) Merumuskan tujuan pembelajaran.
c) Menyiapkan problem (materi pelajaran) yang akan dipecahkan.
Problem itu dinyatakan dalam bentuk pernyataan atau pertanyaan.
Problem tentang konsep atau prinsip yang akan ditemukan itu perlu
ditulis dengan jelas.
d) Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2) Kegiatan Pelaksanaan Penemuan
a) Kegiatan Pembukaan
Melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai
materi pelajaran yang telah diajarkan.
Memotivasi siswa dengan cerita pendek yang ada kaitannya
dengan materi yang diajarkan.
Mengemukakan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang
dilakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu.
b) Kegiatan Inti
Mengemukakan problema yang akan dicari jawabannya melalui
kegiatan penemuan.
Diskusi pengarahan tentang cara pelaksanaan
penemuan/pemecahan problema yang telah ditetapkan.
Pelaksanaan penemuan berupa kegiatan penyelidikan/percobaan
untuk menemukan konsep atau prinsip yang telah ditetapkan.
Membantu siswa dengan informasi atau data, jika diperlukan
siswa.
Membantu siswa melakukan analisis data hasil temuan, jika
diperlukan.
Merangsang terjadinya interaksi antar siswa dengan siswa.
Memuji siswa yang giat dalam melaksanakan penemuan.
Memberi kesempatan siswa melaporkan hasil penemuannya.
c) Kegiatan Penutup
Meminta siswa membuat rangkuman hasil-hasil penemuannya. Melakukan evaluasi hasil dan proses penemuan.
Melakukan tindak lanjut, yaitu meminta siswa melakukan
penemuan ulang jika ia belum menguasai materi, dan meminta
siswa mengerjakan tugas pengayaan bagi siswa yang telah
melakukan penemuan dengan baik.
Metode Pembelajaran Diskusi, Simulasi dan Pemberian Tugas
1. Metode Diskusi
a. Pengertian
Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa
metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan
alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dalam
percakapan itu para pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok
pembicaraan yaitu masalah yang ingin dicarikan alternatif pemecahannya.
Dalam diskusi ini guru berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat
mendelegasikan tugas sebagai pemimpin itu kepada siswa, walaupun
demikian guru masih harus mengawasi pelaksanaan diskusi yang dipimpin
oleh siswa itu. Pendelegasian itu terjadi kalau siswa dalam kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok diskusi. Pemimpin Diskusi harus mengorganisir
kelompok yang dipimpinnya agar setiap anggota diskusi dapat berpartisipasi
secara aktif.
b. Tujuan
1) Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematik
yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan.
2) Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat.
3) Mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda.
4) Melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, keterampilan
berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan menyimpulkan
pendapat.
5) Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.
c. Alasan Penggunaan Metode Diskusi
Mengapa guru memilih menggunakan metode diskusi ? Sumantri dan
Permana (1998/1999) mengemukakan alasan dipilihnya metode diskusi :
1) Topik bahasan bersifat problematis.
2) Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam perdebatan
ilmiah.
3) Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan terbuka.
4) Mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik berjiwa
besar.
5) Peserta didik memiliki pAndangan yang berbeda-beda tentang masalah
yang dijadikan topik diskusi. 6) Peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat-pendapat tentang
masalah yang akan didiskusikan.
7) Masalah yang didiskusikan akan berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang lain pula.
d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
1) Kelebihan Metode Diskusi
Apa saja keunggulan Metode Diskusi? Beberapa keunggulan metode
diskusi untuk pembelajaran adalah:
a) Siswa dapat menguasai materi pelajaran secara bersama-sama.
b) Merangsang siswa untuk lebih kreatif menyumbangkan gagasan dan
ide-ide.
c) Melatih siswa membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi
setiap permasalahan.
d) Melatih siswa mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat
orang lain.
e) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.
2) Kelemahan Metode Diskusi
Sebaliknya, apa saja kelemahan Metode Diskusi ? Beberapa kelemahan
metode diskusi untuk pembelajaran di sekolah adalah :
a) Sering diskusi dikuasai oleh dua atau tiga orang siswa yang pandai
bicara.
b) Pembahasan dalam diskusi cenderung meluas, sehingga hasilnya
kabur.
c) Diskusi memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga tidak
sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada.
d) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional sehingga menimbulkan ketersinggungan antar siswa yang
menyebabkan terganggunya iklim pembelajaran.
e) Kadang-kadang guru tidak menguasai cara menyelenggarakan diskusi
sehingga diskusi cenderung menjadi tanya jawab.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Diskusi
Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan diskusi? Ada
beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode diskusi antara lain:
1) Masalah yang didiskusikan harus cukup sulit dan menarik perhatian siswa
karena berkaitan dengan kehidupan mereka. 2) Guru harus menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi. Ia harus
membagi-bagi pertanyaan dan memberi petunjuk tentang jalannya
diskusi.
3) Tempat duduk harus diatur melingkar atau berbentuk tapal kuda supaya
peserta diskusi dapat saling berhadapan sehingga terjadi komunikasi yang
lancar.
4) Setiap siswa peserta diskusi harus memahami masalah yang harus
didiskusikan, untuk itu guru sebagai pemimpin diskusi harus terlebih
dahulu menjelaskan masalah yang akan didiskusikan dan garis besar arah
dan tujuan yang ingin dicapai.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Diskusi
Apa saja langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi ? Langkah-langkah
pelaksanaan metode diskusi meliputi hal-hal berikut :
1) Kegiatan Persiapan
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi
Mengidentifikasi masalah yang cukup sulit yang berupa problematik
sehingga memerlukan diskusi untuk memecahkannya.
Memilih jenis diskusi yang cocok apakah itu diskusi kelas, diskusi
kelompok kecil, simposium, atau diskusi panel tergantung pada tujuan
yang ingin dicapai misalnya: apabila tujuan diskusi suatu persoalan,
maka dipilih jenis diskusi kelompok kecil, sedang jika tujuannya
untuk mengembangkan gagasan siswa maka simposium dianggao
sebagai jenis diskusi yang tepat.
2) Kegiatan Pelaksanaan Metode Diskusi
a) Kegiatan Pembukaan
Guru menanyakan materi pelajaran yang pernah diajarkan
(apersepsi).
Guru mengemukakan permasalahan yang ada di masyarakat yang
ada kaitannya dengan masalah yang akan didiskusikan.
Guru mengemukakan tujuan diskusi serta tata cara yang harus
diperhatikan dalam diskusi.
b) Kegiatan Inti Pembelajaran
Guru mengemukakan materi pelajaran yang berupa problematik
yang akan didiskusikan, dan menjelaskan secara garis besar
hakekat permasalahan tersebut. Guru berusaha memusatkan perhatian peserta diskusi dengan cara
antara lain : mengingatkan arah diskusi yang sebenarnya,
mengakui kebenaran gagasan siswa dengan menggalang bagian
penting yang telah diucapkan siswa, merangkum hasil
pembicaraan pada tahap tertentu sebelum berpindah pada masalah
berikutnya.
Memperjelas uraian pendapat siswa karena ide yang disampaikan
kurang jelas sehingga sukar dimengerti oleh anggota diskusi.
Menganalisis pAndangan siswa karena terjadi perbedaan pendapat
antar anggota diskusi dengan jalan meneliti apakah alasan siswa
tersebut mempunyai dasar yang kuat, memperjelas hal-hal yang
disepakati dan yang tidak disepakati.
Meningkatkan uraian pendapat siswa dengan jalan mengajukan
pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir, memberi
waktu untuk berpikir, memberi komentar positif terhadap
pendapat siswa, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan sikap
yang bersahabat.
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi agar pembicaraan tidak
didominasi oleh beberapa orang siswa yang enggan berpartisipasi,
memberi giliran pada siswa yang pendiam, meminta siswa
mengomentari pendapat temannya, dan menengahi pendapat yang
saling sama kuat.
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan ini meliputi :
Meminta siswa atau wakil kelompok melaporkan hasil diskusi
Meminta siswa lain atau kelompok lain mengomentari dan
melengkapi rumusan hasil diskusi.
Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses diskusi.
Memberi tugas untuk memperdalam hasil diskusi.
2. Metode Simulasi
a. Pengertian
Apa yang dimaksud dengan metode simulasi dalam pembelajaran disekolah ?
Abimanyu dan Purwant (1980), Sumantri dan Permana (l998/l999)
menyatakan bahwa metode pembelajaran digunakan untuk menirukan
keadaan sebenarnya kedalam situasi buatan, misalnya seorang guru
mensimulasikan bagaimana cara melompat tinggi dengan gaya panggung atau
bagaimana seorang penatar P4 mensimulasikan kehidupan masyarakat
Pancasila, dimana setiap peserta penataran ada yang berperan sebagai
lurah/RW/RT dan anggota masyarakat yang kesemuanya berperan secara
sungguh-sungguh seperti yang dialami dalam kehidupan sosial di kelurahan
itu.
Dengan demikian simulasi adalah suatu usaha pembelajaran untuk
memperoleh pemahaman akan hakekat suatu konsep atau prinsip, atau
sesuatu keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam
situasi tiruan. Melalui simulasi itu siswa akan mampu menghadapi kenyataan
yang mungkin terjadi secara lebih efektif dan efisien.
b. Tujuan
Tujuan digunakan metode simulasi baik langsung, maupun tidak langsung
adalah sebagai berikut :
1) Tujuan langsung
a) Untuk melatih keterampilan tertentu baik yang bersifat profesional
maupun kehidupan sehari-hari.
b) Untuk memperoleh pemahaman tentang konsep atau prinsip.
c) Untuk latihan memecahkan masalah.
2) Tujuan tidak langsung
a) Untuk meningkatkan aktifitas belajar dengan melibatkan siswa dalam
mempelajari situasi yang hampir sama dengan kejadian sebenarnya.
b) Untuk meningkatkan motivasi belajar, karena simulasi sangat menarik
dan menyenangkan siswa.
c) Melatih siswa bekerja sama dalam kelompok.
d) Mengembangkan daya kreatif siswa.
e) Melatih siswa untuk memahami dan menghargai pendapat orang lain.
c. Alasan Penggunaan Metode Simulasi
Mengapa metode simulasi diperlukan dalam interaksi pembelajaran di
sekolah ? Ada beberapa alasan tentang digunakannya metode simulasi dalam
pembelajaran :
1) Simulasi dapat menunjang pelaksanaan dalam melatih keterampilan
dasar mengajar yang sangat diperlukan bagi terbentuknya guru-guru yang
profesional.
2) Simulasi merupakan salah satu metode yang memungkinkan siswa aktif
belajar menghayati, memahami dan memperoleh keterampilan tertentu
tanpa memerlukan obyek atau situasi yang sebenarnya yang umumnya
susah didapatkan.
3) Metode simulasi memungkinkan terpadunya teori dan praktek, konten dan
metode, sebab dengan simulasi teori atau konten yang baru diajarkan
dapat segera dipraktekkan, sehingga konsep yang diperoleh dan
keterampilan yang dimiliki menjadi sangat kuat tertanam dalam diri
siswa.
4) Melalui metode simulasi memungkinkan siswa belajar dengan
pemahaman bukan belajar secara mekanis.
5) Dengan metode simulasi dimungkinkan pelibatan alat-alat indra siswa
secara optimal, sehingga pencapaian tujuan pelajaran akan lebih efektif
dan bermakna.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Simulasi
1) Kekuatan Metode Simulasi
Apa saja kekuatan metode simulasi ?
Ada beberapa keuntungan digunakannya metode simulasi dalam
pembelajaran. Keuntungan-keuntungan itu antara lain :
a) Menciptakan kegairahan siswa untuk belajar.
b) Mengembangkan daya cipta siswa.
c) Siswa dapat menguasai keterampilan atau konsep-konsep tertentu
melalui simulasi.
d) Mengembangkan rasa percaya diri dan perasaan positif.
e) Melalui simulasi kegiatan pembelajaran dapat berlangsung walaupun
tidak dalam situasi dan obyek yang sebenarnya.
f) Melalui simulasi siswa dibantu memahami hal-hal yang asbtrak
melalui kegiatan nyata, walaupun dalam bentuk tiruan.
2) Kelemahan Metode Simulasi
Apa saja kelemahan metode simulasi ?
Kelemahan metode simulasi adalah : a) Pengetahuan dan keterampilan yang disimulasikan tidak selalu
sepenuhnya sama dengan kenyataan di lapangan.
b) Simulasi memerlukan kreatifitas yang tinggi dari guru dan siswa
yang kadang-kadang sukar dipenuhi.
c) Perlu pemahaman siswa tentang materi dan peranannya serta fasilitas
pendukung yang tidak selalu mudah terpenuhi.
d) Simulasi sebagai metode pembelajaran dapat melenceng tujnya
menjadi alat hiburan.
e) Rasa malu, ragu-ragu dan tidak menguasai materi akan menyebabkan
simulasi tidak mencapai tujuan.
f) Sering guru tidak melakukan diskusi balikan setelah selesai
pelaksanaan simulasi, sehingga kurang bermanfaat bagi siswa lainnya.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Simulasi
Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode simulasi ?
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode
simulasi adalah :
1) Perlu pengkajian yang cermat tentang pengetahuan dan keterampilan
yang akan disimulasikan agar sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2) Guru perlu menyiapkan materi dan skenario simulasi sebelum simulasi
dilaksanakan.
3) Guru perlu menjelaskan kepada siswa bahwa simulasi ini adalah latihan
keterampilan tertentu bukan suatu hiburan karena itu siswa lain yang
tidak terlibat dalam simulasi harus menyimak dengan baik karena dalam
tahap evaluasi mereka akan ditanya pengetahuan dan keterampilan yag
disimulasikan itu.
4) Setelah simulasi berakhir harus dilakukan diskusi balikan yang
melibatkan semua siswa agar siswa yang tidak melakukan simulasi ikut
memahami hasil simulasi itu.
5) Siswa yang akan memegang peranan dalam simulasi perlu latihan yang
memadai sebelum melakukan simulasi agar tidak terjadi keragu-raguan,
rasa malu dan tidak menguasai materi.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Simulasi
Jika Anda akan melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
simulasi, apa saja langkah-langkah yang harus Anda lakukan ?
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode simulasi meliputi :
1) Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan yang perlu dilakukan oleh guru adalah :
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa.
b) Memilih materi dan topik yang akan disimulasikan.
c) Menyiapkan garis besar skenario pelaksanaan simulasi.
d) Guru memberi penjelasan kepada siswa tentang garis besar materi,
tujuan dan situasi yang akan disimulasikan.
e) Guru mengorganisasikan pembentukan kelompok, peranan-peranan
yang akan ada, pengaturan ruangan, pengaturan materi, pengaturan
alat yang akan digunakan dan sebagainya.
f) Menawarkan kepada siswa tentang siapa yang akan memegang peran
dalam simulasi.
g) Guru memberi penjelasan kepada siswa dan para pemegang peran
tentang hal-hal yang harus dilakukan.
h) Guru memberi kesempatan bertanya.
i) Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok dan para pemegang
peran untuk menyiapkan diri.
j) Guru menetapkan alokasi waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
simulasi.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Pembukaan
Menanyakan materi pelajaran yang lalu.
Membuat cerita anecdote yang ada kaitannya dengan pelajaran
yang akan diajarkan
Menyampaikan acuan, yaitu tujuan pelajaran yang akan dilakukan
dengan simulasi.
b) Kegiatan Inti
Setelah segala sesuatunya siap, maka simulasi dimulai
Siswa yang tidak memainkan peran akan bertindak selaku
pengamat/observer. Mereka dibekali panduan observasi untuk
merekam peranan yang dimainkan oleh para pelaku simulasi.
Para pemegang peran melakukan simulasi sesuai dengan skenario
atau pedoman umum yang telah dibuat oleh guru atau yang telah
disiapkan oleh para pemegang peran.
Guru membantu mensupervisi, dan memberi sugesti demi
kelancaran pelaksanaan simulasi. Memberi kesempatan pada para pengamat untuk menyampaikan
kritik, dan laporan hasil pengamatannya
Memberi kesempatan kepada para pemegang peran untuk
memberikan klarifikasi,
c) Kegiatan Menutup Simulasi
Kegiatan ini meliputi usaha-usaha guru untuk :
Guru meminta siswa membuat kesimpulan-kesimpulan dan
rangkuman.
Guru melakukan evaluasi
Jika berdasarkan hasil evaluasi ternyata simulasi yang dilakukan
tidak mencapai tujuan, maka para pemegang peran diminta
mengulangi lagi simulasi dengan memperhatikan masukan dari
para observer, atau guru dapat menunjuk siswa lain untuk
melaksanakan simulasi ulang tersebut.
3. Metode Pemberian Tugas
a. Pengertian
Sagala (2006) mengemukakan bahwa metode pemberian tugas adalah cara
penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas itu
dilaporkan kepada guru.
b. Tujuan
Tujuan penggunaan metode pemberian tugas adalah :
1) Untuk memperdalam bahan ajar yang ada
2) Untuk mengecek penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari
3) Untuk membuat siswa aktif belajar, baik secara individu maupun
kelompok
c. Alasan Penggunaan Metode Pemberian Tugas
Mengapa guru menggunakan metode pemberian tugas ? Alasan penggunaan
metode pemberian tugas adalah karena dengan metode tersebut 1) Siswa diaktifkan baik secara mental maupun fisik dalam menguasai
materi pelajaran
2) Siswa akan lebih mudah menguasai materi pelajarann dan siswa diperluas
pengetahuannya tentang materi pelajaran tersebut
3) Siswa dibiasakan tidak cepat puas dengan apa yang dipelajari dari materi
ajar yang telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap ingin tahu dan
haus ilmu pengetahuan
4) Siswa akan termotivasi belajar dan dilatih problem solving
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
1) Kekuatan metode pemberian tugas.
Apa saja kekuatan metode pemberian tugas? Kekuatan atau kelebihan
metode pemberian tugas adalah:
a) Pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, dan lebih
otentik.
b) Melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab,
dan berdiri sendiri.
c) Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya atau
memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari.
d) Siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri.
e) Metode ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan siswa
belajar.
2) Keterbatasan metode pemberian tugas.
Apa saja keterbatasan metode pemberian tugas?
Beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas dalam pembelajaran
adalah:
a) Bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau mereka
hanya meniru pekerjaan orang lain.
b) Ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak
meperoleh hasil belajar apa-apa.
c) Jika tugas yang diberikan siswa terlalu berat dapat menimbulkan
stress pada siswa.
d) Ada kalanya guru memberi tugas tanpa menyebutkan sumbernya,
akibatnya siswa sulit untuk menyelesaikannya.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Apa saja usaha yang harus dilakukan guru untuk mengatasi kelemahan
metode pemberian tugas? Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kelemahan metode pemberian tugas antara lain:
1) Tugas yang diberikan pada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakannya.
2) Beri waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
3) Tugas yang diberikan harus diawasi secara sistematis agar siswa belajar
dengan sungguh-sungguh.
4) Tugas yang telah dikerjakan dan telah diserahkan pada guru harus
dikoreksi dan diberi catatan-catatan perbaikan dan kemudian
dikembalikan pada siswa.
5) Tugas yang diberikan hendaknya menarik minat siswa dan mendorong
siswa untuk menyelesaikannya.
f. Langkah-langkah Pengajaran Dengan Metode Pemberian Tugas
Apa saja langkah-langkah pengajaran dengan metode pemberian tugas?
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian
tugas meliputi:
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b) Menyiapkan pokok-pokok materi pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c) Menyiapkan tugas-tugas kegiatan yang akan diberikan pada siswa.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan pembukaan
Mengajukan pertanyaan apersepsi untuk mengingatkan siswa
terhadap materi yang telah diajarkan.
Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita yang ada di
masyarakat yang ada kaitannya dengan materi yang akan
diajarkan.
Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Kegiatan inti pelajaran
Guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan
diajarkan.
Guru menjelaskan rincian tugas dan cara mengerjakannya Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk atau cara
penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru termasuk antaranya
adalah menggunakan lembar kegiatan siswa.
Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan selama jam
pelajaran yang ada, maka guru meminta siswa melaporkan hasil
penyelesaian tugasnya.
Guru memeriksa hasil penyelesaian tugas siswa.
Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan di rumah, maka
siswa diberitahu kapan hasil penyelesaian tugas itu harus
diserahkan pada guru untuk diperiksa oleh guru.
c) Kegiatan mengakhiri pelajaran
Guru menyuruh siswa merangkum materi yang diajarkan melalui
kegiatan pemberian tugas itu.
Guru melakukan evaluasi
Guru melakukan tindak lanjut yang kemungkinannya dapat berupa
memberikan penjelasan tentang materi yang belum dikuasai siswa
atau memberi tugas tambahan untuk memperdalam atau
menambah penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.
a. Pengertian
Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999) menyatakan bahwa
metode diskusi diartikan sebagai siasat untuk menyampaikan bahan pelajaran
yang melibatkan siswa secara aktif untuk membicarakan dan menemukan
alternatif pemecahan suatu topik bahasan yang bersifat problematis. Dalam
percakapan itu para pembicara tidak boleh menyimpang dari pokok
pembicaraan yaitu masalah yang ingin dicarikan alternatif pemecahannya.
Dalam diskusi ini guru berperan sebagai pemimpin diskusi, atau guru dapat
mendelegasikan tugas sebagai pemimpin itu kepada siswa, walaupun
demikian guru masih harus mengawasi pelaksanaan diskusi yang dipimpin
oleh siswa itu. Pendelegasian itu terjadi kalau siswa dalam kelas dibagi
menjadi beberapa kelompok diskusi. Pemimpin Diskusi harus mengorganisir
kelompok yang dipimpinnya agar setiap anggota diskusi dapat berpartisipasi
secara aktif.
b. Tujuan
1) Memecahkan materi pembelajaran yang berupa masalah atau problematik
yang sukar dilakukan oleh siswa secara perorangan.
2) Mengembangkan keberanian siswa mengemukakan pendapat.
3) Mengembangkan sikap toleran terhadap pendapat yang berbeda.
4) Melatih siswa mengembangkan sikap demokratis, keterampilan
berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, menafsirkan dan menyimpulkan
pendapat.
5) Melatih dan membentuk kestabilan sosial-emosional.
c. Alasan Penggunaan Metode Diskusi
Mengapa guru memilih menggunakan metode diskusi ? Sumantri dan
Permana (1998/1999) mengemukakan alasan dipilihnya metode diskusi :
1) Topik bahasan bersifat problematis.
2) Merangsang peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam perdebatan
ilmiah.
3) Melatih peserta didik untuk berpikir kritis dan terbuka.
4) Mengembangkan suasana demokratis dan melatih peserta didik berjiwa
besar.
5) Peserta didik memiliki pAndangan yang berbeda-beda tentang masalah
yang dijadikan topik diskusi. 6) Peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat-pendapat tentang
masalah yang akan didiskusikan.
7) Masalah yang didiskusikan akan berhubungan dengan persoalan-
persoalan yang lain pula.
d. Kelebihan dan Kelemahan Metode Diskusi
1) Kelebihan Metode Diskusi
Apa saja keunggulan Metode Diskusi? Beberapa keunggulan metode
diskusi untuk pembelajaran adalah:
a) Siswa dapat menguasai materi pelajaran secara bersama-sama.
b) Merangsang siswa untuk lebih kreatif menyumbangkan gagasan dan
ide-ide.
c) Melatih siswa membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi
setiap permasalahan.
d) Melatih siswa mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat
orang lain.
e) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain.
2) Kelemahan Metode Diskusi
Sebaliknya, apa saja kelemahan Metode Diskusi ? Beberapa kelemahan
metode diskusi untuk pembelajaran di sekolah adalah :
a) Sering diskusi dikuasai oleh dua atau tiga orang siswa yang pandai
bicara.
b) Pembahasan dalam diskusi cenderung meluas, sehingga hasilnya
kabur.
c) Diskusi memerlukan waktu yang cukup panjang, sehingga tidak
sesuai dengan jadwal pelajaran yang ada.
d) Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional sehingga menimbulkan ketersinggungan antar siswa yang
menyebabkan terganggunya iklim pembelajaran.
e) Kadang-kadang guru tidak menguasai cara menyelenggarakan diskusi
sehingga diskusi cenderung menjadi tanya jawab.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Diskusi
Apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan diskusi? Ada
beberapa cara untuk mengatasi kelemahan metode diskusi antara lain:
1) Masalah yang didiskusikan harus cukup sulit dan menarik perhatian siswa
karena berkaitan dengan kehidupan mereka. 2) Guru harus menempatkan dirinya sebagai pemimpin diskusi. Ia harus
membagi-bagi pertanyaan dan memberi petunjuk tentang jalannya
diskusi.
3) Tempat duduk harus diatur melingkar atau berbentuk tapal kuda supaya
peserta diskusi dapat saling berhadapan sehingga terjadi komunikasi yang
lancar.
4) Setiap siswa peserta diskusi harus memahami masalah yang harus
didiskusikan, untuk itu guru sebagai pemimpin diskusi harus terlebih
dahulu menjelaskan masalah yang akan didiskusikan dan garis besar arah
dan tujuan yang ingin dicapai.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Diskusi
Apa saja langkah-langkah pelaksanaan metode diskusi ? Langkah-langkah
pelaksanaan metode diskusi meliputi hal-hal berikut :
1) Kegiatan Persiapan
Merumuskan tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi
Mengidentifikasi masalah yang cukup sulit yang berupa problematik
sehingga memerlukan diskusi untuk memecahkannya.
Memilih jenis diskusi yang cocok apakah itu diskusi kelas, diskusi
kelompok kecil, simposium, atau diskusi panel tergantung pada tujuan
yang ingin dicapai misalnya: apabila tujuan diskusi suatu persoalan,
maka dipilih jenis diskusi kelompok kecil, sedang jika tujuannya
untuk mengembangkan gagasan siswa maka simposium dianggao
sebagai jenis diskusi yang tepat.
2) Kegiatan Pelaksanaan Metode Diskusi
a) Kegiatan Pembukaan
Guru menanyakan materi pelajaran yang pernah diajarkan
(apersepsi).
Guru mengemukakan permasalahan yang ada di masyarakat yang
ada kaitannya dengan masalah yang akan didiskusikan.
Guru mengemukakan tujuan diskusi serta tata cara yang harus
diperhatikan dalam diskusi.
b) Kegiatan Inti Pembelajaran
Guru mengemukakan materi pelajaran yang berupa problematik
yang akan didiskusikan, dan menjelaskan secara garis besar
hakekat permasalahan tersebut. Guru berusaha memusatkan perhatian peserta diskusi dengan cara
antara lain : mengingatkan arah diskusi yang sebenarnya,
mengakui kebenaran gagasan siswa dengan menggalang bagian
penting yang telah diucapkan siswa, merangkum hasil
pembicaraan pada tahap tertentu sebelum berpindah pada masalah
berikutnya.
Memperjelas uraian pendapat siswa karena ide yang disampaikan
kurang jelas sehingga sukar dimengerti oleh anggota diskusi.
Menganalisis pAndangan siswa karena terjadi perbedaan pendapat
antar anggota diskusi dengan jalan meneliti apakah alasan siswa
tersebut mempunyai dasar yang kuat, memperjelas hal-hal yang
disepakati dan yang tidak disepakati.
Meningkatkan uraian pendapat siswa dengan jalan mengajukan
pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpikir, memberi
waktu untuk berpikir, memberi komentar positif terhadap
pendapat siswa, mendengarkan dengan penuh perhatian, dan sikap
yang bersahabat.
Menyebarkan kesempatan berpartisipasi agar pembicaraan tidak
didominasi oleh beberapa orang siswa yang enggan berpartisipasi,
memberi giliran pada siswa yang pendiam, meminta siswa
mengomentari pendapat temannya, dan menengahi pendapat yang
saling sama kuat.
c) Kegiatan Penutup
Kegiatan ini meliputi :
Meminta siswa atau wakil kelompok melaporkan hasil diskusi
Meminta siswa lain atau kelompok lain mengomentari dan
melengkapi rumusan hasil diskusi.
Melakukan evaluasi hasil belajar dan evaluasi proses diskusi.
Memberi tugas untuk memperdalam hasil diskusi.
2. Metode Simulasi
a. Pengertian
Apa yang dimaksud dengan metode simulasi dalam pembelajaran disekolah ?
Abimanyu dan Purwant (1980), Sumantri dan Permana (l998/l999)
menyatakan bahwa metode pembelajaran digunakan untuk menirukan
keadaan sebenarnya kedalam situasi buatan, misalnya seorang guru
mensimulasikan bagaimana cara melompat tinggi dengan gaya panggung atau
bagaimana seorang penatar P4 mensimulasikan kehidupan masyarakat
Pancasila, dimana setiap peserta penataran ada yang berperan sebagai
lurah/RW/RT dan anggota masyarakat yang kesemuanya berperan secara
sungguh-sungguh seperti yang dialami dalam kehidupan sosial di kelurahan
itu.
Dengan demikian simulasi adalah suatu usaha pembelajaran untuk
memperoleh pemahaman akan hakekat suatu konsep atau prinsip, atau
sesuatu keterampilan tertentu melalui proses kegiatan atau latihan dalam
situasi tiruan. Melalui simulasi itu siswa akan mampu menghadapi kenyataan
yang mungkin terjadi secara lebih efektif dan efisien.
b. Tujuan
Tujuan digunakan metode simulasi baik langsung, maupun tidak langsung
adalah sebagai berikut :
1) Tujuan langsung
a) Untuk melatih keterampilan tertentu baik yang bersifat profesional
maupun kehidupan sehari-hari.
b) Untuk memperoleh pemahaman tentang konsep atau prinsip.
c) Untuk latihan memecahkan masalah.
2) Tujuan tidak langsung
a) Untuk meningkatkan aktifitas belajar dengan melibatkan siswa dalam
mempelajari situasi yang hampir sama dengan kejadian sebenarnya.
b) Untuk meningkatkan motivasi belajar, karena simulasi sangat menarik
dan menyenangkan siswa.
c) Melatih siswa bekerja sama dalam kelompok.
d) Mengembangkan daya kreatif siswa.
e) Melatih siswa untuk memahami dan menghargai pendapat orang lain.
c. Alasan Penggunaan Metode Simulasi
Mengapa metode simulasi diperlukan dalam interaksi pembelajaran di
sekolah ? Ada beberapa alasan tentang digunakannya metode simulasi dalam
pembelajaran :
1) Simulasi dapat menunjang pelaksanaan dalam melatih keterampilan
dasar mengajar yang sangat diperlukan bagi terbentuknya guru-guru yang
profesional.
2) Simulasi merupakan salah satu metode yang memungkinkan siswa aktif
belajar menghayati, memahami dan memperoleh keterampilan tertentu
tanpa memerlukan obyek atau situasi yang sebenarnya yang umumnya
susah didapatkan.
3) Metode simulasi memungkinkan terpadunya teori dan praktek, konten dan
metode, sebab dengan simulasi teori atau konten yang baru diajarkan
dapat segera dipraktekkan, sehingga konsep yang diperoleh dan
keterampilan yang dimiliki menjadi sangat kuat tertanam dalam diri
siswa.
4) Melalui metode simulasi memungkinkan siswa belajar dengan
pemahaman bukan belajar secara mekanis.
5) Dengan metode simulasi dimungkinkan pelibatan alat-alat indra siswa
secara optimal, sehingga pencapaian tujuan pelajaran akan lebih efektif
dan bermakna.
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Simulasi
1) Kekuatan Metode Simulasi
Apa saja kekuatan metode simulasi ?
Ada beberapa keuntungan digunakannya metode simulasi dalam
pembelajaran. Keuntungan-keuntungan itu antara lain :
a) Menciptakan kegairahan siswa untuk belajar.
b) Mengembangkan daya cipta siswa.
c) Siswa dapat menguasai keterampilan atau konsep-konsep tertentu
melalui simulasi.
d) Mengembangkan rasa percaya diri dan perasaan positif.
e) Melalui simulasi kegiatan pembelajaran dapat berlangsung walaupun
tidak dalam situasi dan obyek yang sebenarnya.
f) Melalui simulasi siswa dibantu memahami hal-hal yang asbtrak
melalui kegiatan nyata, walaupun dalam bentuk tiruan.
2) Kelemahan Metode Simulasi
Apa saja kelemahan metode simulasi ?
Kelemahan metode simulasi adalah : a) Pengetahuan dan keterampilan yang disimulasikan tidak selalu
sepenuhnya sama dengan kenyataan di lapangan.
b) Simulasi memerlukan kreatifitas yang tinggi dari guru dan siswa
yang kadang-kadang sukar dipenuhi.
c) Perlu pemahaman siswa tentang materi dan peranannya serta fasilitas
pendukung yang tidak selalu mudah terpenuhi.
d) Simulasi sebagai metode pembelajaran dapat melenceng tujnya
menjadi alat hiburan.
e) Rasa malu, ragu-ragu dan tidak menguasai materi akan menyebabkan
simulasi tidak mencapai tujuan.
f) Sering guru tidak melakukan diskusi balikan setelah selesai
pelaksanaan simulasi, sehingga kurang bermanfaat bagi siswa lainnya.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Simulasi
Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode simulasi ?
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan metode
simulasi adalah :
1) Perlu pengkajian yang cermat tentang pengetahuan dan keterampilan
yang akan disimulasikan agar sesuai dengan kenyataan di lapangan.
2) Guru perlu menyiapkan materi dan skenario simulasi sebelum simulasi
dilaksanakan.
3) Guru perlu menjelaskan kepada siswa bahwa simulasi ini adalah latihan
keterampilan tertentu bukan suatu hiburan karena itu siswa lain yang
tidak terlibat dalam simulasi harus menyimak dengan baik karena dalam
tahap evaluasi mereka akan ditanya pengetahuan dan keterampilan yag
disimulasikan itu.
4) Setelah simulasi berakhir harus dilakukan diskusi balikan yang
melibatkan semua siswa agar siswa yang tidak melakukan simulasi ikut
memahami hasil simulasi itu.
5) Siswa yang akan memegang peranan dalam simulasi perlu latihan yang
memadai sebelum melakukan simulasi agar tidak terjadi keragu-raguan,
rasa malu dan tidak menguasai materi.
f. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Simulasi
Jika Anda akan melakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
simulasi, apa saja langkah-langkah yang harus Anda lakukan ?
Langkah-langkah pembelajaran dengan metode simulasi meliputi :
1) Kegiatan Persiapan
Kegiatan persiapan yang perlu dilakukan oleh guru adalah :
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai oleh siswa.
b) Memilih materi dan topik yang akan disimulasikan.
c) Menyiapkan garis besar skenario pelaksanaan simulasi.
d) Guru memberi penjelasan kepada siswa tentang garis besar materi,
tujuan dan situasi yang akan disimulasikan.
e) Guru mengorganisasikan pembentukan kelompok, peranan-peranan
yang akan ada, pengaturan ruangan, pengaturan materi, pengaturan
alat yang akan digunakan dan sebagainya.
f) Menawarkan kepada siswa tentang siapa yang akan memegang peran
dalam simulasi.
g) Guru memberi penjelasan kepada siswa dan para pemegang peran
tentang hal-hal yang harus dilakukan.
h) Guru memberi kesempatan bertanya.
i) Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok dan para pemegang
peran untuk menyiapkan diri.
j) Guru menetapkan alokasi waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan
simulasi.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan Pembukaan
Menanyakan materi pelajaran yang lalu.
Membuat cerita anecdote yang ada kaitannya dengan pelajaran
yang akan diajarkan
Menyampaikan acuan, yaitu tujuan pelajaran yang akan dilakukan
dengan simulasi.
b) Kegiatan Inti
Setelah segala sesuatunya siap, maka simulasi dimulai
Siswa yang tidak memainkan peran akan bertindak selaku
pengamat/observer. Mereka dibekali panduan observasi untuk
merekam peranan yang dimainkan oleh para pelaku simulasi.
Para pemegang peran melakukan simulasi sesuai dengan skenario
atau pedoman umum yang telah dibuat oleh guru atau yang telah
disiapkan oleh para pemegang peran.
Guru membantu mensupervisi, dan memberi sugesti demi
kelancaran pelaksanaan simulasi. Memberi kesempatan pada para pengamat untuk menyampaikan
kritik, dan laporan hasil pengamatannya
Memberi kesempatan kepada para pemegang peran untuk
memberikan klarifikasi,
c) Kegiatan Menutup Simulasi
Kegiatan ini meliputi usaha-usaha guru untuk :
Guru meminta siswa membuat kesimpulan-kesimpulan dan
rangkuman.
Guru melakukan evaluasi
Jika berdasarkan hasil evaluasi ternyata simulasi yang dilakukan
tidak mencapai tujuan, maka para pemegang peran diminta
mengulangi lagi simulasi dengan memperhatikan masukan dari
para observer, atau guru dapat menunjuk siswa lain untuk
melaksanakan simulasi ulang tersebut.
3. Metode Pemberian Tugas
a. Pengertian
Sagala (2006) mengemukakan bahwa metode pemberian tugas adalah cara
penyajian bahan pelajaran dengan cara memberikan tugas tertentu agar siswa
melakukan kegiatan belajar, dan kemudian hasil pelaksanaan tugas itu
dilaporkan kepada guru.
b. Tujuan
Tujuan penggunaan metode pemberian tugas adalah :
1) Untuk memperdalam bahan ajar yang ada
2) Untuk mengecek penguasaan siswa terhadap bahan yang telah dipelajari
3) Untuk membuat siswa aktif belajar, baik secara individu maupun
kelompok
c. Alasan Penggunaan Metode Pemberian Tugas
Mengapa guru menggunakan metode pemberian tugas ? Alasan penggunaan
metode pemberian tugas adalah karena dengan metode tersebut 1) Siswa diaktifkan baik secara mental maupun fisik dalam menguasai
materi pelajaran
2) Siswa akan lebih mudah menguasai materi pelajarann dan siswa diperluas
pengetahuannya tentang materi pelajaran tersebut
3) Siswa dibiasakan tidak cepat puas dengan apa yang dipelajari dari materi
ajar yang telah ada sehingga dapat dikembangkan sikap ingin tahu dan
haus ilmu pengetahuan
4) Siswa akan termotivasi belajar dan dilatih problem solving
d. Kekuatan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas
1) Kekuatan metode pemberian tugas.
Apa saja kekuatan metode pemberian tugas? Kekuatan atau kelebihan
metode pemberian tugas adalah:
a) Pengetahuan yang dipelajari lebih meresap, tahan lama, dan lebih
otentik.
b) Melatih siswa untuk berani mengambil inisiatif, bertanggung jawab,
dan berdiri sendiri.
c) Tugas yang diberikan guru dapat memperdalam, memperkaya atau
memperluas wawasan siswa tentang apa yang dipelajari.
d) Siswa dilatih kebiasaan mencari dan mengolah informasi sendiri.
e) Metode ini jika dilakukan berbagai variasi dapat menggairahkan siswa
belajar.
2) Keterbatasan metode pemberian tugas.
Apa saja keterbatasan metode pemberian tugas?
Beberapa kelemahan dari metode pemberian tugas dalam pembelajaran
adalah:
a) Bagi siswa yang malas cenderung melakukan kecurangan atau mereka
hanya meniru pekerjaan orang lain.
b) Ada kalanya tugas itu dikerjakan oleh orang lain sehingga siswa tidak
meperoleh hasil belajar apa-apa.
c) Jika tugas yang diberikan siswa terlalu berat dapat menimbulkan
stress pada siswa.
d) Ada kalanya guru memberi tugas tanpa menyebutkan sumbernya,
akibatnya siswa sulit untuk menyelesaikannya.
e. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Pemberian Tugas
Apa saja usaha yang harus dilakukan guru untuk mengatasi kelemahan
metode pemberian tugas? Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengatasi kelemahan metode pemberian tugas antara lain:
1) Tugas yang diberikan pada siswa hendaknya jelas, sehingga mereka tidak
mengalami kesulitan dalam mengerjakannya.
2) Beri waktu yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
3) Tugas yang diberikan harus diawasi secara sistematis agar siswa belajar
dengan sungguh-sungguh.
4) Tugas yang telah dikerjakan dan telah diserahkan pada guru harus
dikoreksi dan diberi catatan-catatan perbaikan dan kemudian
dikembalikan pada siswa.
5) Tugas yang diberikan hendaknya menarik minat siswa dan mendorong
siswa untuk menyelesaikannya.
f. Langkah-langkah Pengajaran Dengan Metode Pemberian Tugas
Apa saja langkah-langkah pengajaran dengan metode pemberian tugas?
Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian
tugas meliputi:
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
b) Menyiapkan pokok-pokok materi pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
c) Menyiapkan tugas-tugas kegiatan yang akan diberikan pada siswa.
2) Kegiatan Pelaksanaan
a) Kegiatan pembukaan
Mengajukan pertanyaan apersepsi untuk mengingatkan siswa
terhadap materi yang telah diajarkan.
Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita yang ada di
masyarakat yang ada kaitannya dengan materi yang akan
diajarkan.
Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Kegiatan inti pelajaran
Guru menerangkan secara garis besar materi pelajaran yang akan
diajarkan.
Guru menjelaskan rincian tugas dan cara mengerjakannya Siswa mengerjakan tugas sesuai dengan petunjuk atau cara
penyelesaian tugas yang diberikan oleh guru termasuk antaranya
adalah menggunakan lembar kegiatan siswa.
Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan selama jam
pelajaran yang ada, maka guru meminta siswa melaporkan hasil
penyelesaian tugasnya.
Guru memeriksa hasil penyelesaian tugas siswa.
Jika tugas itu direncanakan untuk diselesaikan di rumah, maka
siswa diberitahu kapan hasil penyelesaian tugas itu harus
diserahkan pada guru untuk diperiksa oleh guru.
c) Kegiatan mengakhiri pelajaran
Guru menyuruh siswa merangkum materi yang diajarkan melalui
kegiatan pemberian tugas itu.
Guru melakukan evaluasi
Guru melakukan tindak lanjut yang kemungkinannya dapat berupa
memberikan penjelasan tentang materi yang belum dikuasai siswa
atau memberi tugas tambahan untuk memperdalam atau
menambah penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan.
Langganan:
Postingan (Atom)